8. Surat misterius

17 2 57
                                    

Rehan tersenyum miring ketika seseorang pria menghampirinya. Dia, Hamid Abdul Basyir. Yang katanya, akan menjadi pengawas Rehan saat ini. Asyiik ada pengawas...

Pagi ini, Rehan di bangunkan oleh hamid. Ia terus saja di ikuti oleh sosok itu. Kemanapun ia pergi, maka sosok itu pasti ada.

Rehan berkali-kali mengulas dada, sabar. Setiap kegiatan yang di lakukannya di atur oleh sosok itu.

Rehan mengacak rambutnya frustasi. Mengapa? Baru setengah hari saja dirinya memiliki pengawas, ia bisa se-menderita ini. Sampai kapan ini 'kan berakhir?

"Ck, bisa nggak? Lo jangan ngikutin gue, satu jam aja." Rehan menatap Hamid dengan tatapan kesal.

Hamid tersenyum tipis, "tidak bisa, Rehan. Karena ini adalah amanah dari kyai Basyir."

"Mau amanah kek, mau apa kek, terserah!! Gue nggak peduli." Rehan berjalan melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Hamid. Namun, pria itu terus saja mengikutinya.

*****

"Assalamualaikum," sapa Fathan dengan senyum ramahnya.

"Waalaikumussalam," jawab Hamid, seraya menyalami GLF. Yap, mereka bertiga selalu bersama.

"Bagaimana kabarmu? Kang Hamid?" Tanya Latif

"Alhamdulillah, baik."

Mereka terus berbincang-bincang, sampai Rehan merasa bahwa mehadirannya tidak di anggap. Yap, Rehan ada bersama mereka.

Rehan memutar bola matanya, jengah, "Gue izin ke toilet, lo jangan ngikutin. Disini aja, ngombrol sama mereka."

Rehan melangkahkan kakinya pergi, tanpa menunggu balasan dari Hamid.

Yang dituju dirinya sekarang, bukanlah toilet. Tapi, Rehan melangkahkan kakinya menuju taman perbatasan, dan duduk di bawah pohon sawo seperti biasa.

Ia mengusap wajahnya kasar. Kemudian memukul pohon sawo dengan tanganya.

BUGH....

"ANJING!!"

Srakhh..

Rehan menoleh ke asal suara. Disana, terdapat secarik kertas lusuh yang tersimpan rapih pada amplop berwarna biru muda. Namun, seperti sudah lama disimpan, karena terlihat tampak kotor.

Mungkin saja, sewaktu Rehan duduk di tempat ini, kertas itu sudah ada di sini.

Rehan mengambil kertas lusuh itu, dan kemudian membaca sebuah coretan pena yang menjadi untaian sebuah kata-kata.

Untukmu, yang selalu duduk di tempat ini;)

Kau tahu, bagaimana cara merendam amarah dengan baik? Yaitu dengan mengucapkan lafadz "Astagfirullahhal'adzim" berulang-ulang.

Dengan kamu mengucapkan kata-kata kasar, kamu belum tentu akan menjadi tenang. Ingatlah, Allah akan selalu ada di sampingmu.

Jika kamu merasa tidak tenang, maka yang harus kamu lakukan  hanyalah membaca Al-Qur'an. Bukan malah membaca mantra-mantra yang berisi nama binatang yang ada di taman safari itu.

Dengan kamu membaca Al-Qur'an, maka kamu akan merasa tenang.

~Hamba Allah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hikmah MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang