Hajime terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Ia lalu pergi ke toilet. Suara-suara plung plung terdengar dari ruangan itu. Saat Hajime keluar, dapat dicium bau yang sangat tidak sedap.
"Hihihi... Kerjain mereka, ah... Mumpung sekarang hari spesial gue. Pasti mereka maklum." Tentu saja Hajime, karena hari ini adalah hari lahirnya anak Hajime di toilet! Bagus sekali, Hajime.
Hajime keluar kamarnya secara diam-diam. Ia hendak memasuki kamar Soshi. Biasanya Soshi masih tidur. Hajime berniat memasukkan cacing mainan ke dalam lubang hidung Soshi. Tiba-tiba, ia mendengar sesuatu.
"Aah, enak, Soshi~" Itu... Rei?! Sedang apa Rei di kamar Soshi?!
"Iya lah Rei, gue emang berpengalaman kalau masalah ginian. Udah berapa kali gue ngelakuin ini sama cowok-cowok lain? Udah gak kehitung, man!" Soshi tertawa, suaranya rendah. "Kalau sakit bilang, oke?"
"Iya. Ah, di sana! Oh, enak banget... Kerasin! Nah... Astaga, mantap..." Hajime sudah tidak tahan lagi. Ia membuka pintu kamar itu dan melihat...
Ia melihat Soshi terduduk di atas Rei yang terbaring di atas kasur. Tangan Soshi berada tepat di atas pantat Rei. Mereka berdua menatap Hajime kaget. Anehnya, mereka hanya memakai...
"Lo berdua... Ngapain?" tanya Hajime, tubuhnya membeku di ambang pintu. Rei dan Soshi saling menatap sejenak sebelum kembali menatap Hajime.
"Oh, ini. Si Rei pantatnya tepos, jadi gue pijit biar gak tepos lagi. Masih tepos, Rei?" Apa sihh mana ada pantat tepos dipijit biar gak tepos lagi sumpah dah.
"Udah nggak terlalu, kok. Makasih ya, Soshi. Tadi itu enak banget." ucap Rei sebelum ia bangkit dari posisinya tadi. "Hajime, lo kenapa? Kayak abis liat cowo homo aja."
"Karena emang itu yang gue liat!" Hajime benar-benar ingin mengatakannya, tetapi ia hanya bisa bertanya, "Ya iya lah! Lo berdua ngapain cuma pake popok hah?!"
"Oh, ini. Gue gak mau si Soshi pegang pantat gue langsung, jadi gue pake popok. Soshi pake popok biar lubang pantatnya gak gatel, katanya." jawab Rei sambil menggaruk-garuk pantatnya dengan wajah datar. Dengan wajah yang sama datarnya, Soshi menaruh tangannya di pantat Rei dan membantu pria berambut putih itu menggaruk pantatnya.
Hajime menggigit bibir bawahnya. Ia menatap mereka dengan keringat bercucuran di wajahnya. Ia ingin... Ia ingin menebas mereka di sana saat itu juga.
"Oke, maaf ya udah ganggu. Silakan lanjutkan... Ritual kalian itu." Hajime menutup pintu kamar itu dengan pelan. Ia lalu bersandar di pintu itu, air mata mulai menetes.
"Mata gue udah gak suci lagi..." pikir pemuda itu sambil tersenyum pahit.
Hajime perlu sesuatu yang suci. Sesuatu yang bisa membuatnya merasa lebih baik. Dan ia bisa mendapatkan hal itu dari Yutaka.
Hajime yang pada hakikatnya memang menjijikkan memasuki kamar Yutaka secara diam-diam. Ia hanya berencana menonton Yutaka yang tertidur.
"Hm..." Hajime panik. Ia kira Yutaka terbangun. Tiba-tiba, Yutaka menangis. Hajime semakin panik.
"Yukari... Jangan..."
Hajime menatap Yutaka. Ia sebenarnya tidak tega melihat Yutaka seperti ini, tetapi ia tidak bisa menahan rasa penasarannya. Apa yang dimimpikan Yutaka?
"Yukari... Jangan di sana..." Tiba-tiba Hajime melihat sesuatu bergerak di bawah selimut yang dikenakan Yutaka. Hajime membuka selimut itu dan melihat Yukari memeluk Yutaka, wajahnya tepat di... Area yang tidak boleh disebutkan namanya.
Mata Hajime menggelap. Ia langsung meninggalkan kamar itu dengan wajah datar. Lagi-lagi ia menyandar di pintu sambil menangis.
"Apa-apaan ini...? Aku pasti bermimpi..." Hajime menusuk pantatnya sendiri dengan jempolnya. "Iya, aku pasti bermimpi."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝐝𝐢𝐨𝐭𝐢𝐜 𝐐𝐮𝐚𝐫𝐫𝐞𝐥𝐬 [ON HOLD]
Humor❝ Capek gue ngurusin bocah-bocah kayak kalian.❞ ┈✾┈✥┈> Keseharian delapan remaja Yang selalu bersama Baik senang maupun susah ...