Jisung baru saja masuk ke pekarangan rumahnya. Ia terkejut saat melihat Minho menunggunya. Jisung menghela napasnya. Berusaha menenangkan dirinya. Dalam hatinya ia bertanya-tanya apa yang laki-laki itu lakukan di sini? Padahal ini sudah setengah dua belas malam.
Jisung kemudian turun dari mobilnya dan berjalan santai mendekati Minho yang berdiri saat ia berjalan mendekatinya. Menyambut kepulangannya
"Ada perlu apa malem-malem gini?" Tanya Jisung tanpa basa-basi.
"Nggak di suruh masuk?"
"Nggak."
"Galak banget sih kamu."
"Masalah?"
"Iyalah."
"Ck, ada perlu apa?"
"Silaturahmi Sungie. Udah lama kan kakak nggak main kesini?"
"Iya. Seharusnya nggak usah kesini selamanya lebih bagus."
"Jaga silaturahmi tu perlu loh."
"Betul sih. Tapi kayaknya pengecualian buat kakak."
Minho terkekeh geli dengan perkataan Jisung. Jisung terlihat ketus padanya. Tak bisa ia pungkiri, hal itu menyakiti hatinya. Jisungnya, telah berubah.
"Udah makan?"
"Kalau nggak ada yang penting aku masuk."
Minho menghela napasnya. "Tunggu di sini. Jangan masuk dulu." Pintanya. Kemudian Minho berjalan menuju mobilnya untuk mengambil sesuatu.
Jisung mengangkat bahunya tidak peduli kemudian duduk seraya menunggu Minho.
Tak lama kemudian Minho kembali dengan membawa Kue dengan angka 25 dan juga ia yakin Minho menenteng paper bag yang berisi hadiah untuknya.
"Masih kurang 10 menit nih. Nggak papa ya?"
Jisung hanya mematung menatap Minho.
"Happy birthday Jisung
Happy birthday Jisung
Happy birthday
Happy birthday
Happy birthday Jisung~"Minho tersenyum lebar. "Tiup lilinnya."
Jisung menganggukan kepalanya kemudian meniup lilinnya.
"Makasih kak..." Ucap Jisung seraya menerima kue yang di berikan Minho dan meletakkannya di meja yang ada di dekatnya.
"Selamat ulang tahun! Harapan kakak buat kamu cuma satu Sungie. Bahagia selalu ya!" Minho tersenyum tulus.
Jisung hanya tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Tidak bisa dipungkiri ia merindukan Minho.
"Nggak kerasa ya kamu udah dewasa." Minho terkekeh seraya mengusak rambut Jisung. "Dulu padahal kamu nggak segede ini. Wajah kamu juga masih imut." Ujar Minho seraya menelusuri wajah Jisung.
"Yang nggak berubah cuma satu sih. Ini nih pipi kamu." Minho terkekeh seraya mencubit pipi Jisung.
"ADUH! KOK DI CUBIT."
"Terus? Mau dicium?" Tanya Minho seraya terkekeh geli.
Jisung menepis tangan Minho. "Enak aja!"
"Sungie, kakak minta maaf ya? Nggak bisa nepatin janji kakak buat selalu jagain kamu, buat selalu bikin kamu senyum, selalu bikin bahagia..."
Jisung mendengarkan penuturan Minho dengan hati yang terasa sakit. Ia sudah berusaha mengubur luka itu dalam-dalam namun Minho dengan kurang ajarnya kembali mengorek luka itu.
"Maafin kakak yang malah bikin kamu nangis, sedih dan ninggalin luka yang kayaknya sampai sekarang masih belum sembuh ya?" Tanya Minho seraya menatap mata Jisung.
Jisung yang di tatap oleh Minho memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin jatuh lagi kepada laki-laki itu.
"Kakak bangga sama kamu. Kamu sekarang mandiri. Nggak kayak dulu." Minho terkekeh sebelum melanjutkan ucapannya. "Kamu dulu manja banget sama kakak. Tapi di depan ayah sama bunda belagak mandiri."
Jisung tertawa pelan mendengarnya. Semua yang dikatakan Minho benar. Ia memang selalu berusaha terlihat mandiri dihadapan orang tuanya namun selalu berubah menjadi Jisung yang manja jika dihadapan Minho.
"Maafin kakak ya, Sungie. Kakak pergi gitu aja ninggalin kamu. Maaf kakak juga nggak bisa ada di samping kamu waktu ayah sama bunda mu..." Ucap Minho yang terdengar penuh penyesalan.
"Nggak perlu merasa bersalah. Udah takdir Tuhan kak." Tegur Jisung dengan senyum lembut.
Minho tersenyum. "Kamu terlalu baik buat dunia yang kejam." Ucapnya.
Jisung hanya diam dan menundukkan kepalanya. Sungguh ia sedang malas untuk mengeluarkan air mata. Namun, Minho sialan itu malah terus berbicara hal-hal yang sangat dihindarinya.
"Sungie, kakak-"
"Udah ya? Diem kak. Nggak pegel apa ngoceh terus?"
Minho tertawa. Ia sangat paham jika Jisungnya tidak bisa di ajak berbicara tentang hal yang sensitif untuknya.
"Oh iya, kakak punya hadiah buat kamu." Minho mengulurkan paper bag yang ia bawa. "Nggak mahal. Tapi semoga kamu suka."
Jisung menerimanya dengan wajah yang terlihat bingung.
Jisung tersentak saat tiba-tiba Minho mendekapnya dan menghela napas berat. Jisung tahu Minho sedang berusaha menahan perasaannya.
"Kakak sayang kamu Sungie. Kakak berharap kamu bahagia meskipun nggak sama kakak."
"Udah lepas." Protes Jisung.
"Kakak pengen egois. Kakak pengen balik lagi sama kamu. Tapi nggak bisa..
Kakak punya keluarga yang harus kakak jaga. Kakak nggak bisa lagi sama-sama kamu---"
"Aku juga nggak mau sama kakak lagi."
Minho terkekeh meskipun hatinya terasa nyeri. "Kalau gitu janji sama kakak jaga diri baik-baik ya?"
Jisung mengangguk.
"Janji sama kakak kamu harus bahagia, oke?"
Jisung lagi-lagi mengangguk.
"Udah ya? Lepas." Jisung berusaha melepas pelukan Minho. Namun, Minho makin memeluk Jisung dengan erat. Jauh di lubuk hatinya ia enggan melepas laki-laki yang berada dalam pelukannya.
Jisung mendadak melepaskan pelukannya saat melihat mobil Changbin terparkir di halaman rumahnya.
"Kenapa Sungie?" Tanya Minho yang kebingungan saat Jisung tiba-tiba melepaskan pelukannya.
"Kak Changbin, Jisung bisa jelasin."
-tbc
pendek bgt euyyyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
lα ғιɴ || Binsung ✓
Fanfic"Kak maafin Jisung...." "Iya nggak apa-apa. Toh kamu juga masih cinta kan sama Minho?" Tanya Changbin seraya tersenyum. "Kakak nggak bisa apa-apa Ji. Kakak juga sadar mau sekeras apapun kakak berusaha, kakak nggak akan pernah bisa gantiin posisi Min...