Chapter 7

1.2K 204 52
                                    

Jeno dan Jisung berjalan beriringan menuju kantin rumah sakit. Mereka sedang malas keluar karena salju turun sejak pagi hingga menyebabkan udara di luar sangat dingin.

"Padet banget gue hari ini." Keluh Jeno.

"Nikmatin aja bro dari pada makan gaji bu-"

Brukk.

Tiba-tiba seseorang menabrak Jisung dari samping.

"Hati-hati mas kalau jalan." Tegur Jeno yang membantu Jisung bangun. "Lo nggak papa? Lagian lembek banget sih lo di senggol dikit jatuh."

"Enak aja! Itu tadi keras banget nabraknya." Ucap Jisung membela dirinya.

"Jisung?"

Jisung yang tadinya menatap Jeno, kini mendongakkan wajahnya dan matanya bertemu dengan orang yang menabraknya.

"K-kak Minho?"

"Maaf kakak nggak sengaja."

"Lah... Ketemu mantan." Gumam Jeno dengan sangat pelan.

"Nggak masalah. Saya permisi." Pamit Jisung seraya menarik lengan Jeno untuk kembali berjalan ke kantin. Namun sayangnya lengannya dicekal oleh Minho.

"Kita perlu bicara sung." Ucapnya.

Jisung menatap Jeno dan Minho bergantian. "Lo laperkan? Gih duluan nanti gue susul." Putus Jisung akhirnya.

Jeno hanya mengangguk paham. Ia sangat paham bahwa di antara mereka berdua masih ada sesuatu yang belum selesai.

"Kenapa Anda disini?"

"Felix-istriku sakit Ji."

Jisung terlihat terkejut namun kemudian ia mampu mengendalikan ekspresi wajahnya.

"Ah.. ayah sama bunda apa kabar?"

"Ada apa?" Tanya Jisung to the point mengabaikan pertanyaan Minho.

"Yakin mau ngobrol di sini?"

"Ya terus mau dimana? Di surga?" Tanya Jisung ketus.

Minho terkekeh dengan jawaban ketus Jisung.

Sedangkan Jisung hanya melirik Minho yang terkekeh. Ia bersumpah laki-laki itu terlihat tampan apalagi saat tertawa. Ia berusaha mati-matian supaya tembok yang ia bangun tidak runtuh.

"Maafin kakak."

"Nggak masalah. Badan saya nggak remuk kok."

"Bukan masalah tadi."

"Lalu?"

"Nggak usah sok formal Sungie."

"Anda siapa? Terserah saya lah."

Minho menghela napasnya. "Soal enam tahun lalu..."

"Ah? Sudah enam tahun ya?"

"Maaf."

"Lupakan."

"Dengerin kakak dulu."

"Saya harus dengar apalagi dari mulut anda?"

"Han Jisung tolong dengerin dulu."

Jisung kemudian diam.

"Kakak merasa kamu perlu tau soal alasan kakak pergi waktu itu."

"Kalau saya nggak mau dengar?"

"Emangnya kamu nggak penasaran?"

Jisung terdiam.

"Enam tahun yang lalu, kakak dapet kabar dari Papa kalau sahabatnya papa meninggal karena kecelakaan pesawat. Waktu itu beliau berhasil di selamatkan, tapi beberapa hari kemudian beliau meninggal. Dan sebelum meninggal beliau titip anaknya ke kakak"

Jisung terlihat menyimak cerita Minho.

"Dia punya satu anak dan dia nggak punya siapa-siapa lagi selain ayahnya. Dan waktu itu kakak diminta terbang ke Australia buat nemenin dia selesain kuliah disana." Minho menarik napasnya sebelum melanjutkan ceritanya. "Dia kelihatan hancur banget waktu itu karena dia bener-bener sendiri dan nggak punya siapa-siapa."

"Namanya Felix. Dia mirip banget sama kamu. Perilaku, hobi, makanan kesukaan semua sama kayak kamu." Ucap Minho dengan tatapan kosong. "Tapi yang bikin kalian beda cuma satu. Dia rapuh sedangkan kamu kuat."

"Tiap di deket dia kakak berasa harus ngelindungin dia. Dan juga kakak harus jaga amanah dari ayahnya yang minta kakak buat jaga anaknya." Jelas Minho. "Kakak minta maaf, karena pergi gitu aja dari kamu. Kakak nggak ngasih penjelasan apapun yang pasti buat kamu bertanya-tanya kenapa kakak ninggalin kamu gitu aja.."

Jisung sedari tadi mengalihkan pandangannya dari Minho. Hatinya terlalu sakit mendengar penuturan Minho. Rasanya ia ingin berteriak di depan Minho jika ia sama dengan Felix. Ia sendirian. Orang tuanya juga telah bahagia di alam sana.

Jisung tertawa terbahak hingga air mata keluar dari kedua matanya. Jisung tidak tertawa layaknya menertawakan sesuatu yang lucu. Tawanya berbeda. Terdengar menyakitkan.

"Anda tau? Orang tua saya juga pergi setelah dua tahun anda pergi. Kapal yang mereka tumpangi tenggelam. Bahkan sampai sekarang jasad mereka nggak ditemukan." Jelas Jisung dengan suara bergetar.

"Jisung maaf.. kakak-"

"Bukan cuma Felix yang butuh anda. Tapi saya juga."

"..."

"Tiap malam saya sulit cuma buat tidur sebentar aja. Bayang-bayang ayah sama bunda. Dan bayang-bayang anda, tiap hari selalu muncul dan menghantui saya..."

Ucapnya terpotong karena menahan tangis.

"Ah maaf saya bicara terlalu banyak. Anda tidak perlu tahu tentang masa sulit saya."

"Jisung kak-"

"Cukup."

Minho kemudian diam. Ia terlihat merenungi kalimat-kalimat Jisung yang terpotong-potong. Ia ingin memukul dirinya sendiri karena telah meninggalkan Jisung dan juga tidak berada disisinya ketika laki-laki itu berada pada titik terendahnya.

"Saya nggak papa. Saya udah ikhlas."

"Kakak masih sayang kamu Jisung..."

"Jangan jahat sama dua orang kak. Cukup sakitin saya. Jangan Felix." Tegas Jisung. "Saya berterimakasih sama kalian. Berkat kalian saya bisa mandiri. Saya udah nggak bergantung dengan anda dan juga Hyunjin. Kalian ngasih saya pelajaran hidup yang berharga. Terimakasih."

"Jisung-"

"Semua selesai ya? Saya bakal selalu berdoa buat kebahagiaan kak Minho."

"Boleh kakak peluk kamu buat yang terakhir?"

Jisung hanya diam. Tidak menolak ataupun mengiyakan permintaan Minho. Ia berusaha mati-matian agar air matanya tidak jatuh.

"PAPA!" Panggil seorang anak perempuan cantik dari ujung koridor yang ia yakin adalah anak dari Minho. Gadis kecil itu kemudian berlari dan memeluk Minho.

"Kak Ino? Aku cariin ternyata kakak disini."

"Felix? Yena? Kok di sini? Yuk balik ke kamar. Kamu belum pulih." Ucap Minho khawatir. Ia mengambil alih kursi roda yang di dorong oleh salah satu perawat seraya menggendong gadis kecil yang memanggilnya papa.

"Yena bosen kak di kamar. Minta jalan-jalan." Jawab Felix. Ia kemudian menatap Jisung yang memunggunginya.

"Dia siapa kak?" Tanyanya penasaran.

"Ah itu-"

"Halo, saya Han Jisung adik tingkat Kak Minho waktu SMA dulu." Jelas Jisung dengan senyum ramahnya.

"Ah.. salam kenal aku Felix."

Jisung hanya menjawabnya dengan senyuman. "Kalau gitu saya permisi." Pamit Jisung.

Minho menatap kepergian dengan tatapan sendunya. Mau berusaha sekuat apapun untuk mencintai Felix, ia tetap tidak mampu. Karena Han Jisung, laki-laki itu sudah memenuhi ruang di hatinya.

-tbc


Hah gimana? Aneh ya? Maap😭

lα ғιɴ || Binsung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang