Milik siapa ini ?

24.9K 705 8
                                    

*** Konten dewasa, 18+! Yang tidak suka jangan dibaca.

Lucas memperhatikan Mark yang berkeliling di sekitar apartemen yang sedang mereka pertimbangkan.

"Aku bahkan tidak yakin apa yang merupakan tempat yang baik. Bagaimana menurutmu ?" ujar Mark dari seberang ruangan. Cahaya dari jendela di sebelahnya membuatnya tampak seperti sedang bersinar. Kulit putih tanpa cacat, bibir merah muda dan rambut hitamnya berkilau di bawah sinar matahari. Lucas belum pernah melihat pemandangan yang lebih indah.

"Hei, Lucas! Apa yang kau pikirkan ?" Mark mengerutkan kening. Keningnya yang berkerut hanya membuat Lucas semakin terpana. Lucas menelan ludah dan menjilat bibirnya saat dia menatap mata Mark. Mata Mark melebar ketika dia mengetahui ekspresi Lucas.

"Ay, Lucas. Apakah kau tidak lelah ?" ujar Mark berkacak pinggang dengan ekspresi putus asa.

"Hah ? Dari apa ?" ujar Lucas bingung.

"Kau tahu." Mark memerah dan melihat ke arah jendela.

Lucas menyeringai dan menengadah ke langit seolah meminta kesabaran. Kapan Mark mengetahui bahwa dia mempesona dan membuat Lucas terpana ?

"Aku harap kau bisa melihat bagaimana aku melihatmu. Ini adalah aku yang sedang menahan diri. Kau tidak tahu apa yang diperlukan untuk membuatmu keluar dari ranjangku."

Tubuh Mark memanas dan dia mengipasi dirinya dengan kemejanya. Kadang-kadang Lucas mengatakan hal-hal paling lucu, tapi jauh di lubuk hatinya Mark menyukai setiap hal yang dikatakannya. Dia merasa sangat bersyukur atas momen ini. Dia ingin tetap seperti ini selamanya.

"Panas di sini." meskipun jantungnya berdebar kencang, Mark mengubah topik pembicaraan. Mereka benar-benar perlu fokus pada apartemen.

"Aku pikir ini adalah tempat yang bagus. Ada ruang tambahan dan kita bisa memiliki ruang kerja di sana. Ada mesin cuci dan dapur yang cukup bagus."

"Uh huh. Katakanlah pada pria yang bahkan bisa membuat omelette gosong." Mark memutar bola matanya dan berjalan menuju dapur ke arah Lucas. Lucas meraih lengannya saat dia lewat.

"Sudah kubilang aku akan membuatmu kecanduan masakanku. Sudah kubilang aku akan membuatmu kecanduan padaku."

Mark mencoba terus berjalan, tapi Lucas memegangnya dengan kuat. Dia menatapnya dengan curiga. Lucas menatap bibir bawah Mark yang pucat. Kilau air liur dan kelembutannya mengalihkan perhatiannya lagi. Lucas menarik Mark lebih erat ke arahnya. Mata Mark membelalak kaget tapi segera melembut padanya.

"Lucas, agen perumahan akan segera kembali."

"Tidak, dia tidak akan. Dia bilang dia akan kembali ke kantornya dan meneleponnya ketika kita membuat keputusan."

Mark mencoba memikirkan alasan lain, tapi anehnya pikirannya kosong. Dia mengguncang Lucas. Setengah dalam antisipasi dan setengah ketakutan dia akan ketahuan. Resiko itu hanya akan membuatnya semakin terangsang.

"Bahkan tidak ada satu pun perabot di sini. Kenapa kita tidak pulang saja ?"

"Ini adalah rumah kita. Aku baru saja memutuskan."

"Siapa yang membiarkanmu memutuskan ?" Mark mengangkat dagunya dengan kesal.

"Kau tahu kau menyukainya." ibu jari Lucas mengelus pergelangan tangan Mark. Itu mengingatkan mereka berdua tentang bagaimana dia mengikat tangannya ke kepala ranjang kemarin. Bayangan kepala Mark di bantal dan lengannya menarik-narik ikatan dasinya, sementara dia memasukinya di ranjang, membuat Lucas sangat terangsang. Lucas menarik pinggul Mark ke arahnya. Dia mengangkat tangannya untuk membelai pipi Mark dan menekan jari telunjuknya ke bibirnya.

SOTUS : A BDSM Story [ LuMark Ver ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang