*** Konten dewasa, 18+! Yang tidak suka jangan dibaca.
Lucas dan Mark duduk dalam mobil di depan rumah orangtua Mark. Mark mengambil nafas dalam-dalam sementara Lucas mencoba untuk tersenyum.
"Sudah tersenyum saja. Kenapa kau begitu percaya diri, ya ?" tuntut Mark dengan wajah cemberut.
"Kau duduk di sana seperti sedang melahirkan, itu sebabnya." Lucas tertawa kecil dan memegang tangan Mark. "Kenapa kau begitu gugup ? Mereka sudah memberi restu. Ini hanya formalitas."
"Tentu saja kau tidak pernah gugup. Semua orang selalu menyukaimu," ujar Mark dengan cemberut.
"Yah, semoga keberuntunganku berlanjut. Aku benar-benar ingin semua orang baik-baik saja dengan kita," Lucas meremas tangan Mark. Dia membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Dia membungkuk dan menatap Mark dengan tatapan meyakinkan.
"Ayo."
Mark menghela nafas dan melangkah keluar dari mobil. Dia berjalan ke depan rumah orang tuanya sambil berpegangan tangan dengan Lucas. Dia menarik nafas dalam-dalam dan membunyikan bel. Ibunya membuka pintu dengan senyum dan tangan terbuka. Mark melangkah masuk dan mengagumi kehangatan yang merupakan miliknya. Dia melangkah mundur dan menunjuk ke arah Lucas.
"Ini Lucas." Mark menatap kedua orang itu.
Lucas bersikap sopan seperti biasanya dan memberi ibunya senyum lebar saat dia memberinya salam penuh hormat.
"Nyonya Lee, suatu kehormatan bertemu denganmu. Aku bisa lihat dari mana Mark mendapatkan ketampanannya." ujar Lucas sambil menurunkan tangan dan menegakkan punggung.
"Senang bertemu denganmu juga. Masuk, masuk!" ujarnya sambil memberi isyarat agar mereka masuk ke dalam rumah. Ibu Lee berjalan di belakang Lucas di sebelah Mark dan menggaet lengan putranya.
"Aku mengerti mengapa kau begitu terpesona!" gumamnya dari sudut mulutnya.
Mark memerah dan Lucas berbalik untuk melihat wajahnya yang memerah dan telinganya yang sensitif. Mata Lucas memberat saat dia menatap Mark dengan nafsu tepat di tengah ruang tamu orang tuanya.
"Oof!" ujar nyonya Lee sambil mengipasi dirinya sendiri. "Rasanya panas." Dengan pandangan penuh pengertian pada Mark, dia berbalik dan menuju dapur. "Aku akan pergi ke dapur. Ayahmu seharusnya sudah turun. Bersantailah," ujarnya saat dia berjalan pergi.
"Dia sama sepertimu!" Lucas tertawa kecil ketika dia mengingat bagaimana Mark mengatakan hal yang sama setelah dia menciumnya.
"Diam," ujar Mark dengan memerah. Dia duduk di kursi berbentuk hati yang sempit sehingga Lucas tidak bisa duduk di sebelahnya. Lucas mempoutkan bibirnya saat dia duduk sendirian di sofa besar. Mark memalingkan wajahnya sambil menahan senyum. Itu yang dia dapat, pikirnya.
"Selamat sore," terdengar suara Hyukjae, ayah Mark. Lucas langsung berdiri dan memberi hormat.
"Duduklah," ujar Hyukjae. Wajahnya tidak terlalu ramah, tapi dia juga tidak sedang marah.
"Aku senang kau akhirnya datang menemuiku. Aku mulai berpikir kau tidak akan pernah pulang." Hyukjae menatap Mark dengan tajam.
"Maaf, pa. Aku hanya sangat sibuk," ujar Mark sambil memalingkan wajah. Semua orang tahu ada yang lebih dari itu, tapi tidak ada yang mengatakan apa-apa.
"Ayo makan. Kita akan bicara nanti." Ini kedengarannya tidak menyenangkan dan senyum Lucas memudar ketika semua orang berjalan menuju ruang makan. Mereka semua duduk dan makan sementara nyonya Lee berusaha menjaga agar percakapan tetap berjalan.
"Jadi Lucas, apa bidang utamamu ? Bagaimana kau bertemu Mark ?"
Lucas tersenyum ketika dia mengingat bagaimana dia dan Mark menjadi pasangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOTUS : A BDSM Story [ LuMark Ver ]
FanfictionSaya selalu merasa bahwa Mark bisa menjadi submisif dominan. Artinya seseorang yang suka memerintah, tapi suka dikuasai. Sementara itu, Lucas selalu menyukai Mark untuk memerintahnya. Menyenangkan baginya untuk menentangnya dan menyenangkan mereka b...