Kompromi

15 4 0
                                    

Al POV
"Tok tok tok"
Suara pintu yang diketuk menyadarkan ku saat sedang menekuni beberapa berkas yang sedang kubaca.
"Masuk"
"Maaf pak Al, saya mau mengingatkan bahwa sudah masuk waktu makan siang. Bapak mau saya pesankan makanan seperti biasa ?" tanya sekertarisku yang tadi masuk ke ruangan.
"tidak perlu, saya akan makan siang diluar" kataku sambil beranjak dari meja dan bersiap untuk menjemput Layla.

Kulirik jam dipergelangan tanganku yang sudah menunjukkan pukul 12:05, sial sepertinya aku akan terlambat.

.................................................................

Layla POV

Waktu sudah menunjukan pukul 12:20 tapi kak Al belum menghubungiku, apa kak Al lupa dengan janji kami yah pikirku.
"hehh rasanya gugup juga, padahal kami hanya mau makan siang sambil berbincang. Bukan kencan"
Ujarku bermonolog sendiri.

"this is real, this is me" terdengar ringtone ponselku berbunyi yang segera kuangkat yang ternyata panggilan dari kak Al.

"assalamualaikum kak"
"walaikum salam, aku sudah di lobi rumah sakit. Turunlah"
"baik kak"
"tut"
Itulah percakapan kami ditelpon yang singkat.

Akupun bergegas turun ke lobi dan bertemu kak al, karna waktu makan siang yang sebentar lagi kami memutuskan untuk makan siang di restoran depan rumah sakit.

.................................................................

Sepasang manusia nampak memasuki restoran italia didepan RS. CITRA MEDIKA, mereka pun memilih duduk di kursi pojok samping jendela dan memesan makanan langsung pada pelayan yang menghampiri mereka.

Setelah makanan mereka tiba hanya terdengar suara sendok dan garpu yang menemani mereka menyantap hidangan makan siang mereka.

"Bisa kita mulai pembicaraan kita?" tanya sang wanita setelah mereka menyelesaikan makananya, mengawali percakapan diantara mereka berdua.
"tentu saja" Jawab Al pada layla, setelah dia meneguk habis segelas air putih yang tersedia.

Layla POV
"mengenai pernikahan yang kaka sebutkan kemarin malam, itu bukan sebuah permainan kan kak ?" tanyaku pada kak Al.
"tentu saja itu bukan permainan, aku sangat serius" jawabnya.
"baiklah kalau begitu, aku menerimanya. Lalu apa yang ingin kakak sampaikan padaku ?" kataku sembari bertanya padanya.
"aku memang sangat serius dengan pernikahan kita, tapi aku punya beberapa pengaturan yang harus kamu setujui" ujar kak al.
"apa maksud kakak ?, apa kita akan melakukan pernikahan kontrak ? " tanyaku pada kak Al.
"bukan pernikahan kontrak, mungkin bisa dibilang sarat-sarat pernikahan" jawab kak Al dengan ekspresi tenang nya.
"apa yang kakak ingin aku lakukan? "
"berhentilah dari pekerjaanmu, aku ingin istriku hanya mengurus diriku dan anak-anak ku saja kelak" jawab kak Al membuatku terkejut.
Aku hanya bisa terdiam mendengar keinginan kak Al yang sangat sulit untuk kupenuhi, bukan hal yang mudah untuk ku mencapai posisi ku saat ini sebagai dokter spesialis jantung. Hampir seluruh hidupku kudedikasikan untuk belajar hingga posisiku saat ini, bahkan saat teman-temanku yang lain sibuk dengan pertemanan dan kisah percintaan mereka aku hanya sibuk belajar dan belajar terus. Berbagai akselerasi dari SMP dan SMA pun kuikuti untuk mempercepat masa studiku sehingga aku lebih cepat menggapai cita-cita yang kuimpikan menjadi seorang dokter spesialis jantung yang kuimpikan. Membayangkan aku harus berhenti dari pekerjaan ku saat ini rasanya seperti leherku sedang dicekik dengan sangat kuat, tidakkah permintaan kak Al seperti menyuruh ku untuk melompat kejurang.

Tanpa terasa air mataku pun menetes saat memikirkan keinginan kak Al, itu sungguh berat untukku.

"seberat itukah permintaanku hingga kamu menangis Layla?" tanya kak Al menyadarkanku dari lamunanku sambil mengulurkan sapu tangannya padaku.
"ah, permintaan kak Al sangat mengejutkanku" jawabku sambil menerima sapu tangan kak Al untuk menghapus air mataku.
"cepat atau lambat kamu harus mengetahui keinginanku, menurutku lebih cepat aku mengatakannya lebih baik. Maaf karna permintaan ku mengejutkan mu, tapi aku sangat serius" kata kak Al dengan ekspresi datarnya.
"permintaan kakak sungguh egois"
"aku tau, tapi aku yakin kamu pasti menyanggupi permintaanku" jawab kak Al yakin.
"kenapa kakak berpikir begitu?" tanyaku karna penasaran.
"kebahagiaan orang tua mu dan Kei mengenai pernikahan kita bagi mereka bukan hanya sekedar aku yang akan jadi investor agar dapat menyelamatkan perusahaan, tapi mereka juga akan mendapat menantu dan ipar yang menurut mereka sangat baik dan tepat. Kau pasti tidak mungkin akan mengecewakan mereka" tutur kak Al.
"kakak sangat picik" celaku pada kak Al.
"bukan picik, tapi realistis. Kita merupakan pasangan yang cocok, karna kita sama-sama berpikir realistis dengan otak bukan dengan hati. Bukankah begitu ?" tanya kak Al.
"sial, aku tidak bisa membantah" umpatku tanpa sadar.
"jam makan siang sudah hampir berakhir, sebaiknya kita sudahi obrolan kita. Akan kutunggu jawaban mu tentang KOMPROMI kita ini nanti malam, walaupun aku sudah tau jawabannya" kata kak Al mengakhiri pembicaraan dengan menekankan kata kompromi membuatku jengah.

Kamipun beranjak dari posisi kami, kak Al memaksa membayar makan siang kami dan kamipun meninggalkan restoran dan melanjutkan aktifitas kantor kami masing-masing.



Cold FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang