ANJUNGAN LEPAS PANTAI

1.9K 133 7
                                    


Tidak ada yang lebih mengerikan selain kegelapan malam di tengah lautan. Anginnya yang begitu dingin, menusuk hingga tulang belulang. Cahaya rembulan yang tidak cukup terang membuat seolah tidak ada apapun sejauh mata kita memandang, hanya laut dan langit gelap yang tak berbatas. Seakan-akan kita berada sendirian di bumi ini, tanpa tanah yang bisa dipijak. Meski ada bongkahan-bongkahan besi yang tersusun membentuk sebuah Platform Anjungan, menopang kaki mereka. Namun tetap saja, tidak ada yang dapat membendung ketakutan teramat sangat, di Anjungan lepas pantai pengeboran minyak bumi (Oil Platform) malam itu.

Beberapa pekerja Anjungan nampak berlarian di koridor, membuat bingung seorang pekerja tua yang melintas. Padahal tidak ada alarm Emergency apa pun yang berbunyi, tetapi para pekerja itu –sekitar tiga orang- nampak begitu ketakutan. Jauh dibelakang mereka, terlihat seorang pekerja wanita yang terlihat tertatih berlari, tertinggal dari rombongan pekerja tadi. Pekerja tua itu kemudian menghampirinya.

"What Happened?" (Apa yang Terjadi?)

Wanita itu hanya diam mematung. Pandangannya terus menghadap kebawah, mengacuhkan bapak tua itu. Bapak itu kemudian menarik tangannya.

"Tell me what's going on! Can't you speak English?" (Apa yang terjadi? Kamu tidak bisa bahasa Inggris, kah?

Wanita itu lalu menoleh, dengan wajah yang dipenuhi lebam disana-sini. Matanya menatap tajam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Pak tua itu kaget, ia segera melepaskan genggamannya. Tanpa ia sadari, tangan wanita itu juga dipenuhi lebam.

"Hey! Are you sick?" (Hey! Kamu Sakit?)

Wanita itu menggeleng pelan. Kemudian ia mengulurkan jari tangannya, menunjuk pada kakinya sendiri. Pak tua itu kemudian menatap kaki wanita itu.

"HAAAAA!!!!!"

Kedua kakinya terpelintir kebelakang. Telapak kaki yang harusnya berada di depan itu, berputar kebelakang, berikut jari-jemarinya. Tumitnya justru berada di sisi depan, begitu juga mata kaki yang tulang-tulangnya menonjol. Telapak kaki itu terbalik ....

Wanita itu terkikik menyeramkan. Kikikannya menggelegar, menggema ke seluruh koridor, bersahutan dengan suara teriakan Pak tua itu. Lalu, kedua suara teriakan itu berhenti, diganti dengan bunyi 'krek' tulang yang patah. Seketika koridor kembali hening.

Tidak ada yang lebih mengerikan selain kegelapan malam di tengah lautan. Angin laut yang dingin, membekukan keberanian pekerja-pekerja yang berlarian tadi. Tentu mereka ketakutan setengah mati, ketika mendengar suara tawa melengking mengerikan dari arah koridor. Terlebih ketika mereka berusaha mencari sumber suara tersebut, mereka tidak mendapati apa-apa.

Mereka yang sebenarnya berniat melapor pada kepala tambang bahwa ada seorang pekerja perempuan yang sakit akhirnya mengurungkan niatnya. Pekerja perempuan itu menghilang secara tiba-tiba, entah kemana. Keesokan paginya, mereka menyadari bahwa tidak hanya pekerja perempuan itu saja yang hilang, seorang pekerja tua juga tidak diketahui keberadaannya.

Meski mereka hidup diatas Anjungan yang dindingnya terbuat dari baja kuat, dan dilindungi oleh berbagai peralatan keselamatan laut yang canggih. Tetapi, kali ini, mereka tidak akan pernah bisa membentengi diri ... dari terror ketakutan.



..........................................



'Kau harus selalu menghargai laut, karena kau tidak akan pernah tau apa yang disimpanya di bawah sana'

Kata-kata itu sontak terlintas dipikiranku, ketika kapal kami meninggalkan pelabuhan Kota Dwarka. Kata yang diucapkan almarhum kakekku itu begitu kuingat, karena beliau selalu menceritakan tentang kisah-kisahnya saat masih menjadi tentara angkatan laut dulu. Beliau selalu menceritakan bagaimana ganasnya laut lepas. Namun pagi ini, sepertinya laut sedang baik padaku. Aku tersenyum dan terharu dalam hati, Oh, seandainya kakek melihatku sekarang, pasti ia akan sangat bangga, gumamku.

Iblis Kaki TerbalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang