"Lim ... Still awake?" (Lim ... Masih bangun?)
"Huh?"
Aku bangkit dari kasur dan melirik ke kasur Lim yang berada diatas kasurku. Terlihat Lim merespon ucapanku dengan acuh, sambil terus fokus pada game di *smartphone-*nya.
"Do you understand Hindi?" (Kamu paham bahasa India, gak?)
"Not even a word" (Nggak tau) ucapnya acuh
Aku mendesis kecewa, bukan karena sikap Lim yang cuek padaku, tetapi karena tidak ada dari kami yang paham Hindi (bahasa India). Beberapa saat kemudian nampak Lim merancu kesal, dengan bahasa China yang aku tidak mengerti artinya. Ia kemudian mematikan *smartphone-*nya dengan penuh emosi, dan menghela nafas panjang.
"Lose huh?" (Kalah ya?)
"You bet ... The signal here is absurb! Gaaahh!" (Jelas saja ... Sinyal disini sangat aneh! Gaahh!) Keluh Lim kesal.
"Don't play online game" (Jangan main game online) Ucapku sambil membungkuk, lalu kembali berbaring di kasurku.
"What's that for?" (Untuk apa tadi?) Tanya Lim
"What?" (Apa?)
"That Hindi things" (Bahasa India yang tadi)
"Ohh ... You remember Gagan, Lim?" (Ohh ... Kamu ingat Gagan, Lim?)
Aku mulai menceritakan kejadian tadi sore pada Lim. Kalau aku tidak salah dengar, kata 'Pretni' yang diucapkan oleh Gagan saat itu, pastilah bahasa India. Aku sungguh penasaran arti kata itu, apakah suatu hal yang tidak penting (kata kotor atau doa pada Dewa) atau yang lainnya. Menurutku, kata itu berhubungan dengan menghilangnya pekerja Eropa tua yang membawa kardus bohlam itu.
"That kid is a weirdo" (Anak itu aneh) ucap Lim.
Sebenarnya kata-kata itu sungguh kasar, tetapi aku setuju dengannya. Lim berpendapat mungkin saja pekerja itu kembali ke Generator-Compressor Platform. Meski aku sudah menceritakan bahwa aku hanya beberapa detik saja menoleh kearah Gagan, Lim tetap meyakinkanku untuk tidak perlu khawatir. Diskusi malam ini pun berakhir dengan kedua mata kami memejam tidur.
..................................................................................................
Pagi ini cuaca begitu mendung. Angin laut yang berhembus membuat suhu semakin dingin, karena tidak ada cahaya matahari yang menghangatkan. Aku berjalan menyusuri jembatan Well-head Platform dengan mantel tebal milik Lim. Dan Lim sendiri, sepertinya sudah terbiasa dengan udara dingin. Ia terus tertawa ketika aku mulai menggigil kedinginan.
Gerbang Well-head Platform sudah terlihat, aku bahkan samar-samar dapat melihat tangga ruang monitor Well-head tempat kami bekerja. Tiba-tiba, dari tangga itu turun beberapa orang berbondong-bondong. Barusaja aku hendak bertanya pada Lim apa yang terjadi –karena ia berjalan sedikit didepanku- ia sudah menarikku kepinggir jembatan. Secara mendadak, datang rombongan pekerja lain dari arah belakang kami dengan berlari. Apa yang terjadi? Dalam sekejap mata, seluruh ruangan Well-head Platform penuh sesak dengan orang.
Lim langsung menarikku berlari menorobos kerumunan orang, masuk kedalam Well-head Platform. Dengan susah payah kami berhasil menerobos kerumunan orang hingga sampai kedalam. Di beranda tangga ruang monitor, aku melihat Mr.Teigl dan beberapa stafnya -yang selalu mengikutinya- turun dan menerobos kerumunan orang. Mereka kemudian menuju kearah jembatan Generator-Compressor Platform. Wajah mereka nampak serius dan takut. Aku bisa melihat peluh keringat membasahi wajahnya, sebelum lautan pekerja yang bergerombol menelan mereka dari pandanganku. Padahal, pagi ini udara begitu dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iblis Kaki Terbalik
HorrorDimas, seorang Insinyur Pertambangan yang baru bekerja di sebuah Anjungan Lepas Pantai. Harus menghadapi kasus seorang pekerja yang tiba-tiba melompat ke laut. Kemudian, muncul makhluk mengerikan yang membunuh pekerja Anjungan satu per satu. Misteri...