Mr Teigl akhirnya mengakhiri presentasinya. Seluruh penonton berdiri memberikan tepuk tangan. Tentu, kecuali Lim yang masih tertidur pulas. Kemudian Pak tua James berdiri dan mengarahkan kami semua untuk keluar dari aula. Aku langsung menggoyang-goyang badan Lim, ia pun terbangun dengan kaget. Beberapa orang yang melihat kami tertawa kecil, aku sungguh malu.
Setelah membagikan ID Card, kali ini Pak tua James mengarahkan kami keluar dari Living Platform, untuk berkeliling ke Platform lain. Menyusuri jembatan besi kecil itu, kami berjalan membetuk dua barisan. Jembatan ini dipagari oleh baja kuat di samping dan atapnya yang membentuk menjari, sehingga celah besar terbentuk karena persilangan besi tersebut. Untuk bagian sisi, hanya terdapat pembatas setinggi dadaku saja. Tujuan struktur ini tentu agar jembatan bisa stabil dari hempasan angin laut. Baru saja aku bergumam mengenai struktur jembatan ini, angin laut langsung berhembus kencang, nyaris-nyaris membuatku terhuyung jatuh. Namun Lim yang lebih terguncang. Karena kesadarannya yang belum penuh, hampir saja ia terjatuh dan menabrak orang dibelakang kami. Perempuan cantik dibelakang Lim sudah bersiap menghindar ketika melihatnya berjalan terhuyung. Perempuan itu melirikku yang berjalan disebelah Lim, berkali-kali aku dibuat malu oleh tingkahnya, Duh.
Production Platform adalah Platform pertama yang kami kunjungi. Begitu memasuki pintu gerbang yang terhubung dengan jembatan, kami disuguhkan sebuah ruangan sangat besar dengan kilang minyak besar ditengahnya. Di atas mulut kilang itu, terdapat dua pipa besar yang menumpahkan minyak secara terus menerus. Di kaki dari kilang itu terdapat beberapa mesin pengolah minyak, dan beberapa pekerja yang berlalu-lalang. Di salah satu ruang raksasa itu terdapat sebuah ruangan monitor yang menggantung, menempel di dinding. Ada kaca transparan besar yang menjadi dinding dari ruangan tersebut. Dari sana, aku bisa melihat beberapa pengawas yang tengah sibuk mengawasi pengolahan minyak dari komputer dan monitor-monitor besar. Pengawas-pengawas tersebut orang Eropa dan aku bisa melihat salah satunya orang China, Eh tunggu?
Aku menoleh kesamping, Lim sudah tidak ada. Lantas aku berbaling menoleh kearah ruangan tersebut, sambil memicingkan mata. Itu benar-benar Lim, What the hell?! Bagaimana dia bisa sampai diatas sana begitu cepat.
"Your friend's are bit weird... aren't he?" (Temanmu agak aneh ya?)
Tiba-tiba seorang perempuan Eropa cantik menyapaku. Rambutnya pirang panjang, dengan kulit yang begitu putih. Matanya begitu indah dengan warna biru pada irisnya. Ditambah lagi badannya yang begitu ideal, aku seperti melihat seorang artis Hollywood dihadapanku.
"Um ... well ..." (Um... Jadi...) ucapku sedikit gugup.
"Julia ..." ia menjulurkan tanganya padaku
Aku begitu tersanjung, segera aku membalas jabatan tangannya. "Dimas ... Indonesia"
"I see! Asian huh..." (Oh ... Asia ya) ia lalu mengalihkan pandangannya keatas, melihat tingkah Lim.
Aku-pun dengan terbata berkelit. "Well, not all Asian are weird, you know" (Jadi, nggak semua Asia aneh, tau)
Julia lalu tersenyum simpul dan berlalu "Haha, I can see that ..." (Haha, Aku bisa lihat itu...)
Sial, ibuku tidak akan mengijinkanku menikah dengan wanita bule, umpatku dalam hati.
Lim sepertinya ditugaskan di bagian produksi. Itu yang aku ketahui ketika aku hendak meminta maaf atas tindakannya yang dengan lancang masuk ke ruang monitor kepada Pak tua James. Ia sepertinya memaklumi meski sedikit mendesis kesal, mengingat Lim begitu cerewet dan tidak bisa dikontrol. Lagipula memang tempat kerjanya disana, Mungkin? Setelah puas melihat-lihat, kami semua kemudian diajak melanjutkan perjalanan tour perusahaan ini ke Platform selanjutnya.
Dari sekitar 20 orang Insinyur, hanya separuh yang melanjutkan perjalanan. Sepertinya mereka adalah Insinyur yang akan bekerja di bagian produksi. Aku beruntung, Julia masih berjalan didepanku, mengikuti rombongan yang menuju Platform selanjutnya, yaitu Well-head Platform. Aku sangat mendambakan bisa satu tempat kerja dengan Julia... hahhaha.
"Pretty huh?" (Cantik ya?)
"Preciesly!" (Tepat sekali!)
"China-girl are cuter than her ... I think" (Gadis China lebih imut daripada dia ... menurutku)
"Well, I'm not interest in china-girl like y ... WTF!" (Jadi, aku nggak tertarik dengan gadis China seperti ya... WTF!)
Aku melotot kaget mendapati Lim yang sudah berada disebelahku. Aku kira dia bekerja di Production Platform. Ia terlihat tertawa puas melihatku terkaget-kaget. Sepertinya ia hanya bercanda ketika naik ke ruang monitor Production Platform tadi, ia tidak benar-benar bekerja disana. Lalu mengapa ia naik kesana tadi, grrrr ... dasar Lim!
Segera aku menyikut bahu dan lehernya dengan kesal. Namun seketika aku melepaskan cengkramanku itu, ketika Pak tua James dan Julia menoleh kebelakang, mendengar keributan yang kami buat. Di hari pertama ini, kami sudah membuat kegaduhan memalukan, semua karena Lim!
Well-head Platform adalah Platform terbesar, dan ketika kami masuk ruangan didalamnya jauh lebih besar lagi. Sebuah tabung besar tinggi menjulang -berwarna silver- berada tepat di tengah-tengah ruangan raksasa itu. Aku sudah bisa memastikan itu adalah tabung yang menyelimuti bor raksasa Anjungan, yang digunakan untuk menggali minyak bumi. Sama seperti Production Platform, terdapat ruangan monitor yang menempel di dinding atas. Pak tua James segera memberikan isyarat kepada Insinyur yang ditugaskan disini untuk naik ke ruangan monitor. Aku berjalan menuju tangga kecil yang menempel di dinding, menuju ruangan tempat kerjaku itu.Tetapi, yah! sayangnya Julia tidak ikut naik.
Platform yang akan dikunjungi selanjutnya jelas adalah Generator-Compressor Platform. Aku tidak menyangka perempuan secantik Julia, bekerja di tempat, yang pastinya, penuh dengan laki-laki. Benar saja, ketika aku menoleh kebawah, hanya Julia saja perempuan yang tersisa, diantara empat laki-laki. Gaaaahhhh ... sungguh permata ditengah-tengah lumpur.
Kaki-kakiku kembali fokus melangkah pada tangga besi curam itu. Karena terlalu fokus pada Julia, aku sampai tidak memperhatikan, ada sekitar lima orang insiyur yang juga naik, termasuk Lim. Aku langsung menodongnya beberapa pertanyaan, menanyakan alasannya ikut naik, apakah hanya untuk iseng seperti tadi atau memang dia satu divisi denganku. Lim mengiyakan bahwa dia juga ditugaskan di Well-head Platform sambil tertawa kecil, Grrrr.
Ada dua orang wanita diantara kami. Yang pertama adalah seorang wanita Eropa tinggi kurus, dengan bintik-bintik jerawat pada pipinya. Yang satunya adalah seorang wanita Afrika berkulit hitam, aku bisa memastikan dari bibirnya yang tebal dan besar. Sungguh, tetap tidak ada yang bisa menandingi cantinya Julia ... sialnya aku.
Di ujung tangga ini ada sebuah pintu besi. Sepertinya semua pintu dan gerbang di Anjungan ini menggunakan standart seperti ini, berlapis besi. Bahkan daun pintunya juga mirip persis dengan kamarku. Ketika kami masuk ke ruangan, kami langsung disambut oleh Mr. Teigl. Betapa terkejutnya kami, Kepala Teknik Tambang sendiri yang menyambut. Diikuti oleh beberapa karyawan berwajah Eropa lainnya, mereka berdiri dari tempat duduk dan menyalami kami satu persatu. Sungguh tata karma yang sangat hangat, aku begitu tersanjung. Biasanya, ketika ada pekerja baru pasti kamilah yang menyalami mereka. Tetapi tidak disini, seolah mereka menghargai kami sangat tinggi, mereka dengan penuh perhatian menyapa dan mengarahkan masing-masing dari kami ke tempat kita bekerja. Meski wajah mereka menekuk cemberut ketika menyalami kami -dan aku sedikit khawatir denga hal itu, haha- budaya seperti ini tidak akan kalian temukan di manapun, terlebih di Indonesia yang menjunjung tinggi senioritas. Sepertinya aku akan sangat kerasan tinggal disini.
..................................................
Hari ini kami diajarkan tentang pekerjaan disini. Di ruangan monitor itu ada peralatan nautika lengkap, seperti radar, pengatur sonar, dan lain-lain yang digunakan untuk memantau kedalaman laut tempat mata bor menancap. Tidak lupa ada komputer-komputer kecil yang terhubung pada sebuah layar monitor utama berukuran besar di dekat jendela kaca transparan. Dengan begitu, kami bisa mengawasi pergerakan bor dengan baik.
Mr Teigl kemudian memanggil namaku, Lim dan wanita Afrika tadi. Kami bertiga kemudian di dudukkan di satu meja bundar. Mr Teigl kemudian memanggil lima orang Eropa lainnya dan kami mulai berdiskusi mengenai pekerjaan yang akan dilakukan hari ini. Jantungku berdegup kencang, benar-benar pengalaman pertamaku bekerja dengan orang asing. Aku bahkan duduk semeja dengan Kepala Tambangnya langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iblis Kaki Terbalik
HororDimas, seorang Insinyur Pertambangan yang baru bekerja di sebuah Anjungan Lepas Pantai. Harus menghadapi kasus seorang pekerja yang tiba-tiba melompat ke laut. Kemudian, muncul makhluk mengerikan yang membunuh pekerja Anjungan satu per satu. Misteri...