Part 3 udah saya up kembali ya.
***
Malam minggu itu mereka habiskan berdua di kamar. Laras merebahkan kepalanya dipangkuan Ben.
"Besok mas udah balik lagi ya."
"Udah, memangnya kenapa dek?"
"Ih, akhirnya manggil aku dek juga." Balas perempuan itu sambil tertawa kecil.
Ben hanya tersenyum.
"Mas kok bisa santai banget sih menghadapi sesuatu. Kayaknya emosinya terkontrol banget."
"Bukan terkontrol, pekerjaan memaksaku untuk tidak panik. Kalau dokternya panik, pasienku bisa salah diagnosis."
Laras tertawa sambil memcium pipi Ben. Pria itu kaget, namun akhirnya membalas ciuman dipipi sang istri.
"Mas,"
"Ya."
"Minggu depan aku yang kesana ya?"
"Nanti kamu kecapekan."
"Nggak lah, aku kan punya tanggung jawab buat ngurus mas."
"Kamu juga kan kerja, mas nggak apa apa. Jangan terlalu capek."
"Tapi tugas istri kan..."
"Saat kita bersama, kamu bisa melakukan tugas kamu. Kalaupun kita nanti berjauhan, jangan lupa doakan aku, sama seperti aku yang akan selalu mendoakan kamu. Itu sudah lebih buat mas."
Laras mengangguk. Ia suka pada cara Ben. Tidak salah mengenal laki laki itu lebih dekat. Tidak ada image yang harus dijaga. Semua hanya sekedar awal dari sebuah hubungan.
Laras kembali pada posisinya semula. Menikmati jemari Ben yang mengelus rambutnya. Perlahan ia meraih punggung tangan itu dan meletakkan didadanya. Ben tersenyum penuh arti.
Pria itu segera meremas benda bulat besar yang ternyata masih tersisa dijemari besarnya. Menikmati jemari lentik bercat kuku ungu yang mengelus punggung tangannya.
"Di kamar yuk mas." Desah Laras
Ben mengangguk kemudian membopong tubuh indah yang mengenakan lingerie tersebut.
****
Laras terbangun pukul dua pagi. Ia berada dalam pelukan hangat Ben. Tubuh mereka masih sama sama polos. Ditatapnya pria itu lama. Wajah yang terlihat dewasa, dan khas seorang dokter. Rambut tebalnya tetap terlihat rapi saat tidur.
Perempuan itu berusaha melepaskan pelukan mereka. Meraih gaun tidurnya kemudian mengenakan. Duduk disisi jendela sambil menatap ke jalanan dibawah sana. Hanya satu dua mobil yang melintas. Darimana dan mau kemana mereka?
Teringat akan kehidupannya setahun ini. Sering juga pulang dijam seperti sekarang. Setelah mengunjungi klub malam dan menghabiskan hari. Mungkin juga saat itu ada seseorang yang menatap dari atas sini.
Laras mengelus paha mulusnya. Ada tanda merah disana. Sepertinya bekas jemari Ben saat menahan kakinya untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Tadi ia cukup terkejut saat pria itu mengatakan bahwa ini yang pertama untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENUA / Terbit Di IBUK / Fast Order
General FictionBagi banyak orang, move on itu mudah. Tapi bagi Benua susahnyaminta ampun.