"Mana apartemen yang mau kamu beli? Aku mau lihat detailnya." Ucap Ben mengalihkan pembicaraan mereka.
Segera Laras memperlihatkan beberapa buah foto dari ponselnya.
"Cuma satu kamar ya," ujar Ben.
"Namanya juga tipe 36. Kalau mau lebih besar ya harus cari yang lain lagi."
"Kamu sudah bayar?"
"Belum, kan kemarin mas belum setuju." Laras mencebik.
"Aku kirain kamu sudah benar benar beli." Balas Ben sambil tersenyum.
"Nanti katanya aku nggak mau dengerin suami."
Ben mengacak lembut rambut sang istri yang sudah duduk menempel disampingnya.
"Ada rencana kemana hari ini?"
"Aku sih di rumah aja, mas?"
Ben melepaskan kacamata dan meletakkannya di nakas.
"Ngantuk, pengen tidur."
"Mau aku pijitin?"
"Kamu nggak capek habis olahraga gitu?"
"Enggak sih, ayo buka bajunya. "
Pria itu menurut. Membiarkan jemari Laras yang lincah memijat area punggungnya. Tak lama ia terlelap.
.
.
.Ben bangun dengan tubuh segar. Laras tengah membereskan meja.
"Sudah bangun mas?"
"Hmmm, aku tidurnya lama ya."
"Lumayan, langsung makan yuk."
"Tambah gemuk terus nih ras. Makan tidur aja."
"Nggak juga, kalau di rumah sakit mas kan jarang istirahat malah."
Ben menghampiri sang istri, kemudian memeluknya dari belakang.
"Kangen dek,"
Perempuan itu membalikkan tubuhnya. Kemudian membalas pelukan sang suami.
"Makan dulu,"
"Habis ini, keluar yuk. Lihat lihat apartemen. Agent kamu itu bisa menawarkan yang lain?"
"Bisa lah, kemarin juga aku ditawarin yang lebih besar. Cuma kutolak, gak sesuai budget. Menurut mas, mending rumah atau apartemen?" Tanya Laras sambil menyendokkan nasi.
"Aku sih mending apartemen. Kasihan kamu, kalau rumah kan ribet ngurusnya. Kamu juga bukan tipe ibu ibu tinggal di kompleks."
Laras hanya memutar bola matanya. Kesal!
***
Jadilah siang itu keduanya berkeliling ke beberapa apartemen. Seorang perempuan bermata sipit menemani mereka. Saat melihat salah satu unit di Jakarta selatan. Tampaknya Ben jatuh hati. Hanya saja Laras cukup terbelalak saat melihat harganya.
"Mas, ini mahal banget lho?" Bisiknya.
Pria itu memilih tidak menjawab. Namun dengan tekun mendengar penjelasan perempuan yang menjadi agent tersebut. Setelah selesai, saat keduanya dalam perjalanan pulang. Ben berkata,
KAMU SEDANG MEMBACA
BENUA / Terbit Di IBUK / Fast Order
General FictionBagi banyak orang, move on itu mudah. Tapi bagi Benua susahnyaminta ampun.