Semoga setelah membaca part ini. Kita kembali ingat akan kasih sayang orangtua kita masing masing.
Mungkin mereka sudah nggak ada. Tapi spirit cinta mereka, pasti masih bisa kita rasakan. Kalau mereka masih ada, sebaiknya jangan menunda untuk berbagi kabar. Karena hidup selalu punya waktu sendiri.
Satu lagi, sekarang kan banyak yang disuruh diam di rumah tuh. Jadi please.... para readersku tersayang. Jangan kemana mana ya. Kecuali emang penting banget. Stay at home, lakukan kegiatan yang seharusnya. Jaga kesehatan dan kebersihan.
Nggak usah arisan dulu, karaokean, ngemall, dll. Mencegah lebih baik daripada mengobati kan?
***
Pagi harinya, seluruh karyawan rumah sakit sibuk membicarakan pernikahan dokter Ben yang sudah dilaksanakan dengan sangat sederhana. Tidak ada pesta apapun, hanya saja cincin dijari manisnya, yang menandakan kalau pria itu sudah tidak single lagi.
Apalagi kabar burung yang mengatakan kalau ibu Ben tidak hadir karena sakit. Beliau sama sekali tidak setuju dengan pernikahan tersebut.
Banyak yang menyayangkan, terutama dengan latar belakang Laras. Apalagi berita kalau ia mandul. Beruntung gosip itu tidak sampai di lantai lima. Tempat seluruh keluarga Suseno sudah berkumpul.
Laras sendiri masih tenggelam dalam kesedihan. Melihat kondisi ayahnya yang belum juga pulih. Saat ia turun ke lantai dasar, semua mata menatap kearahnya. Yang tidak mengenal, banyak yang memuji kecantikannya. Meski terlihat polos tanpa make up. Namun tetap cantik. Berbeda dengan orang yang sudah mengetahui kalau ia adalah istri sah pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja.
Ben sendiri memilih tidak ambil pusing. Ia sudah biasa menjadi bahan gosip. Mulai dari pernikahan batal, dituduh menghamili dokter Alena. Sampai saat ini menikahi Laras. Ketidak hadiran ibunya juga tidak berpengaruh banyak padanya. Entah karena sudah kebal terhadap rasa sakit semenjak baru lahir.
Saat mendengar nyonya Pratikno sakit, tadi pagi ia mengirim mobil untuk menjemput sang ibu. Sayang ditolak. Saat ia menghubungi ibunya, panggilannya tidak diangkat. Dan akhirnya Ben memilih diam.
Di lantai lima Jatmiko yang bekerja di Australia juga sudah pulang. Akhirnya keluarga besar Laras berkumpul. Semua menatap sedih ayah mereka. Sampai akhirnya pukul empat sore, pak Suseno menghembuskan nafas terakhir dengan senyum. Dikelilingi orang yang mencintai dan dicintainya.
Laras pingsan, ia tidak siap ditinggal ayahnya. Sementara Bu Suseno hanya duduk terdiam didampingi Rama. Jatmiko dan Dhani segera pulang ke rumah untuk mempersiapkan segala sesuatu.
Laras dan Ben pulang bersama. Mengiringi ambulance dari belakang. Kali ini ia tidak peduli pada siapapun. Matanya terlihat kosong. Ben berkali kali harus menyadarkannya. Ia hanya mengangguk tanpa berkata apa apa.
Sampai di rumah, ia duduk ditepi jenazah, kemudian mencium ayahnya berulang ulang. Sampai harus diingatkan agar ia lebih ikhlas. Tapi ia benar benar kehilangan.
Esoknya setelah selesai pemakaman, mereka kembali pulang ke rumah. Saat semua menangis di ruang tamu yang kosong. Mereka berlima saling berangkulan. Berusaha menguatkan satu sama lain. Ben dan beberapa iparnya hanya menatap dari sisi lain. Dan kali ini Laras kembali pingsan.
**
Ben masih mengusap jemari istrinya. Saat Laras sudah sadar. Dengan lemah menatap ke sekeliling kamar.
"Sudah sore mas?"
"Sudah, kamu mau mandi dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BENUA / Terbit Di IBUK / Fast Order
Ficção GeralBagi banyak orang, move on itu mudah. Tapi bagi Benua susahnyaminta ampun.