9

17.3K 3K 184
                                    

Awal tahun yang diawali kebersamaan itu selesai dalam empat hari. Laras kembali disibukkan dengan pekerjaan. Hanya saja kali ini ia berniat untuk mulai mencari tempat tinggal yang nyaman untuk ditempati. Tidak perlu besar. Cukuplah, sebuah tempat yang memiliki tampilan benar benar sebuah rumah. Ada kamar, ruang tamu, dan dapur.

Ia melakukan itu tanpa sepengetahuan Ben. Karena berniat membeli dengan uangnya sendiri. Lagipula Laras tidak mau ambil resiko. Takut nanti dikira morotin suami. Enggak banget, itu bukan dirinya. Harus meminta minta kepada kaum laki laki.

Setelah memilih beberapa, akhirnya perempuan itu jatuh hati pada apartemen didaerah jakarta pusat.

"Lagi dimana dek?"

"Mau ketemu teman mas,"

"Urusan kerja?"

"Nggak, aku mau beli apartemen. Yang kecil aja sih. Kalau mas kemari biar berasa di rumah."

"Kok nggak bilang bilang?"

"Mas sibuk, lagian nggak penting juga kan?"

"Beli yang tipe berapa?"

"36 aja mas. Ngapain juga besar besar."

"Lho, nggak nanggung? Itu berapa kamar?"

"Satu,"

"Cari yang lebih besar sedikit. Biar sekalian."

Laras terdiam sebentar.

"Jauh lebih mahal mas."

"Berapa sih bedanya?"

"Nggak tahu, nanti aku tanya agentnya deh. Emang kenapa?"

"Biar nanti mas yang nambahin sisanya. Kamu pilih aja."

"Aku nggak mau ah, nanti ribet urusannya."

"Ribet gimana?" Tanya Ben. Ia tersinggung dengan jawaban istrinya.

Laras terdiam, bingung mau menjawab apa.

"Dek,"

"Aku nggak mau kalau nanti jadi ribet mas. Apartemen ini akan jadi milikku. Kalau kita ada apa apa..."

"Susah ya ngomong sama kamu?" Teriak Ben.

"Terserah, kalau mau meneruskan beli  sendiri. Berarti kamu nggak butuh mas. Cukup mas tahu itu dek."

"Mas, bukan gitu."

Sayang Ben sudah mematikan sambungan telfon.

Akhirnya Laras menepikan mobilnya. Memilih menenangkan perasaannya sejenak. Ia sudah tidak bersemangat melihat lihat calon apartemen barunya.

***

Minggu pagi, Laras menghabiskan waktu di GBK untuk berolahraga rutin. Pertengkaran mereka beberapa hari lalu membuatnya enggan bertemu dengan Ben. Lagipula suaminya itu sedang ada pertemuan di Bali.

Tak sengaja ia melihat sepasang suami istri dengan sebuah stroller bayi dihadapan mereka. Gun! Dan pasti disebelahnya adalah Nandhita. Baru kali ini ia bertemu dengan pasangan tersebut. Apalagi menatap Nandhita secara  langsung.

Tubuh perempuan itu masih cukup gemuk. Mungkin karena baru melahirkan. Terlihat keibuan dan cantik! Sambil menjaga bayinya, masih terlihat ia sibuk mengurus keperluan Gunung. Beberapa orang yang menyapa mereka dibalas dengan ramah.

Seperti inikah perempuan favorit suaminya? Nandhita tampak sangat sederhana. Berbeda jauh dengannya yang mengutamakan penampilan. Tapi jelas terlihat bagaimana Gunung yang setahunya playboy kelas kakap bisa nyaman  disampingnya.

BENUA / Terbit Di IBUK / Fast OrderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang