DY-2. Mama, Ayah, Bunda.

9 3 0
                                    

Haiiii

HAPPY READING.........

××××

'I miss my Mother, i miss you... I Want you in here.. Iloveyou♥'-Anindya

××××

'Apakah mamanya benar benar membencinya? Apa salahnya??

Pertanyaan itu selalu saja membuat Anin merasa ingin menangis, namun ia tak bisa, ia selalu saja mengingat Ayahnya yang menikah demi kebahagiaan anaknya. Tetapi ia dirundung oleh kebingungan. Mengapa Ayahnya mengatakan mencari Ibu 'tiri' untuk membuat dia bahagia? Padahal ia sama sekali tidak merasa bahagia karena kehadiran 'Ibu tiri' nya tersebut. Ia sangat ingin memberitahukan hal ini kepada Ayahnya, namun ia tahu... Ayahnya pasti akan kecewa dan merasa sedih karenanya.

Sebenarnya ia ingin bertemu Bundanya, ia tahu bahwa Bundanya belum pergi jauh dari sini... Ia ingin tahu apakah Bundanya akan mau menerima ia disana.

"Anin... Ayah pulang.... Anin? Sayang? Kalian dirumah?" Mendengar suara tersebut sontak Anin langsung tergesa gesa keluar, ia tahu hal itu... Bahwa... 'Ayahnya pulang, Ayah yang disayanginya.'

"AYAHHHHHHHHHHHH." Dia langsung menghamburkan dirinya kedalam pelukan sang Ayah. Tanpa ia sadari, ia meneteskan air mata spontan karena terharu.

"Lho? Anin kok nangis... Mama kemana? Kok gak muncul muncul sih?" Mendengar hal itu, ia juga bingung. Pasalnya Mamanya itu sedari tadi ada dikamarnya tanpa mau keluar kamar.

"Mama kayanya dikamar deh, Yah.. Soalnya dari tadi gak keluar keluar kamar abis dari kantor Ayah." Ayahnya hanya mangut mangut sambil tersenyum manis.

"Oke yaudah, Ayah kekamar dulu ya, Ayah juga mau bersih bersih badan. Gerah, sana gih balik lagi ke kamar." Mendengar hal itu Anin sedikit terkejut, biasanya Ayahnya akan memanjakan Anin sebelum menuju kamarnya. Tapi ini sangat berbeda, kenapa?

"O-oke Yah!! Oh iya Ayah mau dibuatin kopi apa enggak nih???" Ayahnya menyunggingkan senyum yang sangat manis.

"Gausah Anin sayang.... Ayah kekamar dulu aja, nanti kalo Ayah pengen kopi Ayah bakalan suruh Mama buatin, gih sana balik lagi.. Pasti tadi abis ngerjain pr, yakan??" Anin hanya tersenyum getir, ia tahu cepat atau lambat, hal apa saja yang terjadi di rumah ini saat Ayahnya pergi bekerja akan terkuak suatu hari nanti.

"Oke Yah... Anin balik ke kamar dulu ya.. Dah Ayah...." Ayahnya hanya tersenyum melihat anaknya yang bertingkah seperti itu. Ia bahagia melihat anaknya tumbuh bahagia tanpa kasih sayang Bundanya.

'Ayah tahu, nak... Bagaimana sikap Rania kepada kamu.. Maafin Ayah ya, Nak... Ayah janji secepatnya Ayah akan usir Rania keluar rumah ini. Ayah janji!!' Dalam lubuk hatinya, Batinnya berperang untuk bertekad membahagiakan anak yang paling dia sayanginya.

Anin telah masuk kedalam kamarnya, ia segera menduduki kursi meja belajarnya, dia tidak menuliskan keluh kesahnya, yang ia lakukan hanya melamun dan melamun dia berpikir, bagaimana ia betah diperlakukan semena mena oleh ibu tirinya. Padahal kalau di pikir pikir Anin nyaris tidak pernah membuat masalah dengan ibu tirinya.

Dia selalu ingin membicarakan hal ini kepada ibu tirinya, namun apa daya ibunya nyaris tidak mau berbicara dengan Anin kecuali saat ia sedang marah marah.

Dia rindu Bundanya.... Ia sangat sangat rindu... Andaikan Bundanya tidak meninggalkannya sendirian disini. Ia memikirkan hal itu terus menerus... Sampai ia tak sadar kalau ia telah terlelap dengan keadaan masih duduk di kursi meja belajarnya

Pagi harinya

Hari ini adalah hari yang cerah, Anindya telah bangun dari tidur panjangnya yang senantiasa melelahkan.

Ia melakukan aktivitas yang sama layaknya hari hari biasa. Ia akhirnya telah selesai melakukan rutinitas paginya, namun ia tak pernah ikut merasakan sarapan bersama, tapi hari ini ia akan melakukan hal itu karena Ayahnya berada di rumah. Hanya itulah alasannya.

"Anin, nanti kamu berangkat sekolahnya sama Ayah ya?" Mendengar namanya disebut, ia mendongakkan kepalanya sambil mengangguk angguk.

Merekapun akhirnya telah selesai dengan sarapan paginya, Anin dan Ayahnya pun telah berangkat bersama.

"Anin ada masalah gak sama sekolahnya?" Ayahnya membuka percakapan pagi ini dengan membahas perihal sekolahnya,

"E enggak kok Yah, semua baik baik aja." Bohong, ia tak pernah merasa baik baik saja di sekolah maupun di rumah.

"Oh okedeh kalo ada masalah cerita aja ya? Oh iya... Belajar yang rajin ya anak Ayah yang paling cantikkk... Semangat!!" Anin bahagia melihat Ayahnya mengepalkan tangannya untuk menyemangatinya dengan ekspresi yang yah... Menurut Anin sangat lucu, Anin reflek tertawa.

"Ok siyap Yahh!! Aku keluar dulu ya... Ayah hati hati dijalan... Byee."

××××

Skip aja... kepanjangan... Next part lanjutannya, oke?

See you next part....

《Dear YOU》[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang