DY-5. Hate?

13 3 0
                                    

HAII

HAPPY READING...

■■■■

'Membenci takdir yang telah diberikan Tuhan? Tak akan, aku akan mencoba menerimanya, walaupun akan sakit nantinya'-Anindya

■■■■

Pulang sekolah, dan kembali ke rumah, menurut sebagian orang akan menyenangkan dan sangat membahagiakan. Namun tidak bagi Anin, dia sangat tidak merindukan suasana rumahnya yang yah... Hanya diisi oleh teriakkan ibu nya karena menyalahkannya dan memakinya. Dia ingin bundanya kembali, hanya itu keinginannya.

"Anin pulang." Ucapnya datar, perpaduan lelah dan malas pulang menjadikannya sangat tidak bertenaga, apalagi Ayahnya sekarang tengah melakukan projek di luar kota, mengharuskan beliau meninggalkan Anin di rumah beberapa minggu dengan ibunya.

"Selamat datang anak manja! Cepat ganti bajumu dan segera ke dapur untuk membuatkanku masakan." Apa Anin bilang, ia sangat malas pulang ke rumah karena ibu tirinya yang terus menerus menyuruhnya tanpa imbalan apapun. Dengan cepat, ia mengganti pakaiannya dan segera turun untuk melayani ibu tirinya.

Dia membuka lemari es yang penuh dengan bahan masakan, ia berinisiatif untuk membuatkan ibunya sup ayam, makanan itu adalah makanan favorit bundanya dulu.

Tigapuluh menit berlalu, ia hampir menyelesaikan masakannya, dia mematikan kompornya dan menuangkan sup ayam tersebut ke dalam mangkuk. Dan langsung membawanya ke ruang makan, disana telah ada ibu tirinya yang masih fokus pada smartphonenya tanpa menghiraukan Anin.

"Ma? Makanannya udah jadi." Ibunya yang tadi masih fokus pada smartphonenya langsung mengalihkan atensinya kepada Anin yang tengah membawa semangkuk sup menuju ke meja tempatnya duduk.

"Hm, sana pergi. Saya kan mau makan, anda ngapain masih disini? Mau ikut makan?" Anin yang ditanya seperti itu langsung diam, ia sebenarnya juga lapar, sangat lapar. Namun mamanya berkeinginan untuk makan sendiri tanpa Anin menemaninya. Anin benar-benar ingin merasakan kehangatan kasih sayang seorang ibu, walaupun hanya lewat ibu tirinya.

Bunda... Anin rindu sama Bunda.. Apa bunda tak mau bertemu dengan Anin? Sekali saja. Anin ingiin sekali memeluk Bunda, mencium aroma Bunda. Anin merasakan hal itu saat Anin masih kecil... Anin ingin bunda kembali...

Tanpa ia duga, sebulir air menetes dari pelupuk matanya. Mamanya tak tahu, ia masih fokus menikmati makanannya. Anin pun segera beranjak dari ruang makan menuju kamarnya, ia takut mamanya akan memergokinya menangis.

Sementara Anin dikamar, Anin terus-menerus menangis karena mengingat bundanya.

'Line!'
'Line!'

Anin kaget karena mendengar notifikasi ponselnya, segera ia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi Line yang ada di ponselnya.

LyoonaClara
Add|Block

LyoonaClara
|Aniin...
|Addback Aing!!
(Read)

You
Oke|
(Read)

You changed LyoonaClara to Lyona!

Lyona!
|Lagi ngapain?
(Read)

You
Gak ngapa ngapain sih
emang kenapa?|
(Read)

Lyona!
|Kok aing gapercaya ya?
Jujur ama Aingggg
(Read)

You
Cenayang ya? Sotau banget anda btw:)|
(Read)

Lyona!
|Cerita enggak?
|Kalo enggak gak aing anggep temen!!
(Read)

Anin bingung, ia ingin menceritakan keluh kesahnya, namun ia tak tahu harus menceritakannya kepada siapa. Tapi... Untuk saat ini, ia belum mau cerita apapun kepada siapapun. Saat tengah asyik melamun, ia dikejutkan oleh nada dering ponselnya. Saat ia melihatnya, itu adalah panggilan video dari Lyo.

Lyona! Is calling....

Anin bingung, pasalnya ia tak tahu mengapa Lyo menelponnya, Anin ragu untuk mengangkatnya, namun Anin juga ingin curhat kepada seseorang, ia lelah jika hanya memendam masalahnya dan selalu berakhir dengan membuat puisi untuk meredam masalahnya. Namun tanpa sadar, Anin menggeser tombol hijau dan berakhir ia mengangkat telepon dari Clarissa

(Nb: Tulisan miring Lyo, tulisan biasa Anin)

'Aniinnn'

Anin bisa melihat wajah Clarissa yang sedikit cemberut,

'Kenapa sih? Mau ngomongin apa?'

'YA JELAS ANDA YANG HARUSNYA SAYA TANYAIN SEPERTI ITU WOEE!!'

Anin tertawa, ternyata memiliki sahabat rasanya seperti ini.

'Hahahahaha emangnya aku keliatan kek begimana?'

'Ya.. Gak kek begima-eh! LO ABIS NANGIS??'

'Sotau woe!!'

'Anin.. Lo gamau cerita sama gue gitu? Kita kan temen?'

'Lyo... Ada saatnya gue cerita ke lo. Tapi gak sekarang, sorry ya?'

'Oke... Tapi janji harus cerita oke?'

'Sip! Eh btw lo telfon cuma mau nanyain itu?'

'Hehehe.. Iya. Oh iya gue dipanggil nyokap nih, bye!! Salam ke bunda sama Ayah lo!'

'Iya'

Klik.

Telefon dimatikan sepihak oleh Clarissa. Anin melempar ponselnya ke kasur dan menuju meja belajarnya dan menulis pada diary birunya.

'Rindu, menyayat hati, membuat orang menjadi ingin mempercepat waktu pertemuan. Namun.. Apakah akan terjadi jika itu menyangkut kau dan aku yang telah berbeda dunia, Bunda?'

Anin ingin menangis lagi, ia heran, mengapa saat ia bertelefon dengan Clarissa ia tak mengutarakan keluh kesahnya? Ia membenci dirinya yang sulit bergaul dengan orang lain. Ia ingin berubah, namun bagaimana cara ia berubah, ia sudah tak percaya dengan yang namanya teman. Namun saat Clarissa mengenalkan dirinya bahwa ia adalah teman masa kecilnya, perlahan tapi pasti Anin akan berubah dengan sendirinya.

Karena terlalu larut dalam pikirannya, tanpa sadar Anin terlelap lagi di meja belajarnya

■■■■


See you next part.....

《Dear YOU》[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang