DY-8. Pertolongan

10 3 0
                                    

Hai...

Happy Reading...

¤¤¤¤
'Entah kenapa gue mau mau aja buat nolongin lo! Lo siapa sih? Kenapa gue takut lo kenapa-napa?'-Reygant

¤¤¤¤

"Loh? Reygant?" Merasa terpanggil, Reygant menoleh.

"Lepas! Mau kemana sih?" Anin meronta dalam cengkraman tangan Reygant. Namun dengan cepat Reygant mengeratkan lagi cengkraman tangannya.

"LEPAS!" Anin menghempaskan tangan Reygant yang sedari tadi mencengkram tangannya. Dan akhirnya, cengkraman tangannya bisa terlepas.

"Lo gatau terima kasih ya!" Reygant melenggang menjauhi Anin. Anin bingung, pasalnya dia tak tahu letak kesalahannya dimana, mengapa tiba-tiba Reygant melenggang menjauhinya?

"REYGANT!" Tanpa malu sedikitpun, Anin meneriakkan nama Reygant. Berharap Reygant mau membalikkan badannya dan kembali lagi.

Namun yang terjadi sebaliknya, Reygant mengacuhkan panggilannya.

"Dasar rese! REYGANT NYEBELIN!!" Reygant mendengar teriakkan Anin, namun ia enggan untuk berbalik. Ia akhirnya melanjutkan perjalanannya tanpa menghiraukan Anin.

"Ih.. Dasa--OH IYA! GUE NINGGALIN CLARISSA DI KANTIN!" Teriakkan Anin membuat sekitarnya memperhatikan Anin dengan tatapan aneh mereka.

Anin berlarian sepanjang koridor menuju kantin. Ia benar benar lupa dengan temannya yang ia tinggalkan di kantin.

"CLARISSAA!!" Anin langsung saja meneriakkan nama Clarissa dengan keras tanpa mempedulikan tatapan para penghuni kantin yang menatapnya dengan tatapan yang bermacam macam.

"Cla-hosh ris-hosh sa-hosh." Clarissa yang berada disana pun langsung menghampiri Anin yang tengah terengah engah dengan napas terputus putus.

"Lo kenapa sih? Jangan lari larian dong. Gue tetep disini kok!" Clarissa menggiring Anin ke tempat duduk mereka tadi, Clarissa juga memberikan air mineral kepada Anin yang masih terengah engah.

"Nih minum! Pelan pelan kalo minum, Nin!" Anin meneguknya dengan brutal, seolah ia telah lama tidak merasakan segarnya air.

"Thanks, Clar!" Clarissa menganggukkan kepalanya. Sementara Anin, dia masih terengah engah karena ulah Rey yang membawanya ke koridor yang berada lumayan jauh dari kantin.

"Btw... Lo tadi ditarik siapa? Keknya gue gapernah liat." Anin membelalakkan mata, Anin fikir siapa yang tidak mengenal Reygant yang memiliki julukan pria ter hot and sexy seantero SMA Cendikia Bangsa. /btw, itu nama sekolah author:>cuma.. Di plesetin dikit sih')/

"Bukan siapa siapa, emang kenapa? Lo naksir sama dia?" Clarissa langsung gelagapan, ia sedikit salah tingkah, namun Anin bisa menangkap gelagat anehnya.

"E--enggak kok! Gue cuma... Cuma... Ehmmm... Itu... Kagum! Iya kagum!" Sontak Anin langsung tertawa terbahak-bahak hingga para penghuni kantin menoleh lagi kearahnya, namun tak dihiraukan oleh Anin.
"Anin! Kalo ketawa yang selow dong! Malu gue diliatin orang!!!" Anin tak peduli, dia tetap tertawa walau sudah tak sekencang tadi.

¤¤¤¤

Sementara di tempat lain, lebih tepatnya di sebuah basecamp, sesosok pria tengah merutuki tingkah lakunya tadi, pasalnya.. Ia saja belum lama mengenal gadis tadi, mengapa dia harus menolongnya? Ada perasaan tak suka saat melihat dia dalam masalah. Namun anehnya... Dia dengan refleks mendekati mereka dan menarik salah satu dari mereka menjauh agar tak terjadi hal yang tak diinginkan, tapi dia tak tahu apa maksud tubuhnya melakukan refleks itu?

"Woe! Ngelamun aja! Ngopi ngapa ngopii diem diem bae!!" Tiba tiba, ada beberapa pria yang mengagetkan salah satu temannya yang tengah berkutat dengan pemikirannya sedari tadi.

"Dik, jauh jauh lo sana! Ganggu hidup orang aja!" Pria yang disebut Dik oleh temannya tadi hanya terkikik geli. Pasalnya sahabatnya itu tak mungkin bisa jauh darinya. Itu murni pemikiran pria yang dipanggil Dik ini, bukan orang lain. Itu katanya.

"Ye... Bacot lo Lang!" Pria yang dipanggil Lang tadi hanya mengernyitkan kening bingung.

"Lo kenapa sih? Lo PMS? Eh PMS kan buat cewe. Eh Rey! Lo cewe apa cowo sih? Kok bisa PMS?" Oh cukup, Rey kesal sedari tadi mendengarkan celotehan Dika yang tidak berguna sama sekali. Oh.. Tolong... Siapapun.. Bawa Sandika menjauh dari sini. Kalau memungkinkan bawa saja sampai samudra pasifik. Rey lelah memiliki teman seperti Sandika. Sungguh!

"Diem, Dik! Lo banyak tanya. Kalo lo masih nanya nanya lagi, enyah aja lo dari peradaban! Gue cape ngeliat lo! Eh bukan gue aja sih, kita kita cape ngeliat kelakuan lo!" Ujar salah satu temannya yang membuat pria bernama Sandika ini langsung mengerucutkan bibirnya seperti gadis yang tengah ngambek.

"Biasa aja dong kalo marah, gue kan cuma becanda, Re!" Pria bernama Sandika tadi masih sedikit kesal dengan perilaku teman temannya yang lupa akan sifatnya yang murni seperti itu.

"Iya iya... Gue juga becanda Dik! Udah lah... Lo ngambek an kek cewe!! Maapin gue lah kalo gitu!" Mendengar hal itu, Sandika langsung tersenyum lagi melupakan pertengkaran kecil yang tak sengaja mereka buat.

"Dah dah dah! Ini kenapa malah bahas Sandika? Kita disini kan mau introgasi Rey. Ada apa gerangan Tuan Rey yang terhormat menarik seorang gadis dari kantin sampe ujung koridor?" Pria yang tadi dipanggil Rey memelototkan mata tak percaya, teman temannya mengikutinya sampai sebegitunya? Ah.. Mereka semacam penguntit kelas intel jika mereka tengah mengkepoi  urusan orang. Dasar kurang kerjaan!

"Isn't your own bussines!" Para temannya hanya melongo, Rey langsung melenggang menjauhi bascamp tanpa mempedulikan pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabatnya.

"Itu kenapa sih si Rey? Dia beneran PMS?" Temannya yang mendengar hal itu langsung menepuk keningnya sambil menghembuskan napas kasar,  menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Sandika itu... Sangat menguras emosi.

"Dahlah, gue males! Gegara lo si Rey pergi kan! Kita kita kan belum introgasi Rey!" Sandika yang mendengar hal itu langsung mengernyitkan kening.

"Emang dia bikin masalah apa?" Oh Gosh!!! Tolong bawa jauh jauh temannya ini!

"Dahlah Dik, gue males ngomong sama lo, lo gak jelas! Cabut yok Re!" Pria yang disebutkan Re oleh pria tadi langsung melenggang bersama pria yang mengajaknya tadi.

"REAN! LANGIT! NAPA LO NINGGALIN GUE SENDIRIAN DI SINI SIH!!" Kedua pria yang disebutkan namanya tadi hanya terkikik geli sambil melanjutkan langkahnya yang terhenti karena teriakan Sandika.

Disisi lain, pria tadi berbaring di brangkar Uks, walaupun tak merasa  sakit sekalipun. Ia selalu memikirkan apa yang terjadi tadi siang.

Dia benar benar bingung dengan tindakannya tadi yang mendadak itu.

"Argghs.. Kenapa bisa sih gue nolongin dia! Gue kan gak kenal namanya, masa iya gue nolongin dia karena kejadian pagi tadi sih?"

"Tapi... Kenapa kalo gue liat dia dibully gue ngerasa gak suka? Perasaan apa sih ini anjir!!"

¤¤¤¤

Hehehehe... Rey kenapa ya?

See you next part kakak....

《Dear YOU》[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang