DY-9. Tak butuh dikasihani.

7 2 0
                                    

Hai...

Happy Reading...

▪▪▪▪
'Mengapa kau ingin menolongku? Aku tak butuh rasa ibamu!'-Anindya

▪▪▪▪

Anin tak ingin kejadian seperti kemarin terulang lagi, Anin merasa tak suka. Kemarin, saat ada yang menolongnya, jujur saja ia terkejut, pasalnya ada banyak orang yang membencinya tapi... Dia berbeda.

Semalaman ia memikirkan hal itu, entah mengapa ia selalu memikirkannya. Mengenal pria yang menolongnya saja cuma sekadar nama, mengapa juga pria itu menolongnya dari kakak kelas yang membullynya? Itukan masalah Anin, mengapa pria itu harus ikut campur?

Anin kali ini tengah melamun di balkon kamarnya sambil memperhatikan hujan yang tengah turun membasahi bumi.  Ia mencium aroma hujan, bau hujan itu sangat menyegarkan, membuat dirinya tenang dan rileks seketika.

Namun kesenangannya tidak berlangsung lama, pintu kamarnya diketuk dengan keras oleh mamanya, jika bukan beliau siapa lagi?

"HEI! APA KAU TULI? AKU TELAH MENGETUKNYA BERATUS RATUS KALI! CEPAT BUKA PINTUNYA ANAK MANJA!!" Mendengar teriakan ibunya, Anin segera membukakan pintunya, saat pintunya telah terbuka lebar, ia langsung diberi tamparan kuat oleh ibunya. Entah apa salahnya, juga.. Kemarin dia hampir mendapat tamparan, kemarin memang ia belum mendapatkannya, tapi tamparannya diganti hari ini, bukan dengan kakak kelasnya, tapi dengan ibunya.

"KENAPA LAMA SEKALI KAU MEMBUKAKAN PINTUNYA? KAU TENGAH APA DIDALAM SANA? BERSEMEDI HA??" Anin diam. Bukannya ia takut, tapi ia hanya merasakan sakit karena bekas tamparan di pipinya masih terasa menyakitkan.

"M-maaf ma, A-anin tadi tengah me-melamun, jadi tidak mendengar panggilan mama." Mamanya berdecih, Anin hanya menundukkan kepalanya dan merutuki jawabannya tadi.

"Alasan! Noh sana turun! Ada teman mu menunggu disana!" Anin menengok ke bawah, astaga! Disana ada Clarissa yang pastinya mendengar makian dan cacian ibunya yang diperuntukkan untuknya! Ia harus bagaimana? Haruskah ia pura pura tak tahu jika Clarissa ada disana? Tapi.. Clarissa sudah datang kemari, ia harus menemuinya.

"Kok malah melamun? Sana temui dia!" Mamanya mendorongnya kebawah, untungnya Anin berpegangan kuat di pegangan tangga. Jika tidak, ia pasti akan terjatuh dari tangga.

"I-iya, A-anin mau ganti baju dulu." Anin kembali memasuki kamarnya, ia menutup pintunya pelan, ia tak mau dimarahi lagi oleh ibunya.

Setelah selesai mengganti pakaiannya, Anin turun menuju ke ruang tamu. Ruang tamu dan tangga menuju ke lantai dua hanya dibatasi oleh bufet yang juga menyekat antara ruang tamu dan ruang keluarga membuat kejadian tadi tak mungkin tak bisa disaksikan.

"Eh Clarissa! Kok tumben kesini?" Clarissa menoleh, ia menatapnya iba. Ya, dia mendengar semuanya, dari teriakan ibu dari sahabatnya tersebut, sampai tamparan yang memekakan telinga. Ia tak tahu, jika Anin selalu diperlakukan seperti itu setiap harinya, ia merasa... Ikut sedih merasakan apa yang dirasakan sahabatnya.

"Lo... Tiap hari digituin? Sakit gak?" Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Clarissa, Anin merubah ekspresinya menjadi dingin, ia tak suka jika masalahnya diketahui oleh orang lain.

"Memangnya kenapa?" Clarissa yang mendengar jawaban Anin terkejut, bukannya bagaimana, ia merasa tadi Anin masih tersenyum saat menyambutnya, namun.. Mengapa secepat itu Anin merubah dirinya menjadi dingin?

"Cuma pengen tahu. Sekali lagi maaf ya kalo menyinggung perasaan kamu." Anin tak mengindahkan jawaban Clarissa. Ia masih bersikap dingin karena pertanyaan Clarissa tadi.

"Ya kenapa? Dengar, aku tak suka jika dikasihani oleh orang orang diluar sana! Aku lebih baik sendirian daripada memiliki teman tapi hanya mengasihani ku tanpa mau melihatku dengan biasa saja! Tak ada mereka yang seperti itu! Teman yang menerima apa adanya itu tak ada! Benar benar tak ada. Jika kamu masih ingin mengungkit permasalahan saya. Saya memperkenankan kamu pulang dan jangan menampakkan wajahmu dihadapanku." Mendengar kalimat menohok dari Anin, Clarissa tertegun. Ia merasa... Telah salah mengucapkan kalimat tadi. Ia rasa kalimat itu sangat menyinggung perasaan Anin.

"T-tapi Nin, aku ga--"

"Tolong, keluarlah dari sini!" Anin mengatakan kalimat itu dengan tangannya yang juga menunjuk ke arah pintu utama rumahnya.

"Tapi--"

"Ke.lu.ar!" Clarissa yang tengah memprotes terhenti karena suara Anin yang tengah menginterupsinya.

Clarissa pasrah. Ia melangkahkan kakinya menuju keluar rumah. Ia benar benar tak tahu jika Anin semenderita itu, ia kira Anin masih bersama bundanya dan ayahnya, tapi yang ia lihat benar benar diluar dugaan.

Ia merasa.. Anin belum bisa mengikhlaskan kepergian Ibundanya. Ia masih dalam keadaan terpuruk, dan ia juga menghadapi kenyataan yang mengerikan pula, beberapa bulan setelah ibundanya pergi, ayahnya menikah lagi dengan wanita yang umurnya 10 tahun lebih tua diatasnya. Oh ayolah.. Wanita itu lebih cocok menjadi kakaknya, bukan ibunya! Ibunya itu tak ada gantinya walaupun telah pergi sekalipun.

Saat Clarissa telah menghilang dari jangkauannya, Anin merutuki kalimat yang ditujukan kepada Clarissa tadi, oh ayolah... Anin tadi sangat kasar. Ia harus minta maaf sekarang juga, entah bagaimana nantinya ia akan dimaafkan atau tidak.

Lyonaa!
Online

Clar?|
(Read)

Beberapa detik kemudian Clarissa menjawabnya.

|Knp?

Gue minta maaf soal kejadian tadi|
(Delete)

Terlalu to the point!

Hmm masih marah?|
(Delete)

Ah terlalu basa basi!

Anin benar benar pusing memikirkan cara meminta maaf secara baik, pasalnya ia saja jarang memiliki teman, meminta maaf kan harus bersama orang, jika tidak? Apa kalian mau dibilang orang gila? Ah Anin tak peduli! Ia harus segera meminta maaf! Tak peduli bagaimana nanti Clarissa akan menanggapinya!

Gue minta maaf karena kejadian tadi|
Jujur gue sebenernya gak suka kehidupan pribadi gue diusik|
Sorry ya?|
(Read)

Oh tidak! Pesannya telah terbaca oleh Clarissa!! Anin harus bagaimana?

|Oke, gue maklumin
|Tapi Nin, lebih baik diceritakan,pasti lo bakalan lega deh kalo abis curhat!

Hm gitu ya?|
Tapi gue belum siap|
(Read)

|Kan gue udah bilang, gue bakal tunggu sampai lo siap nyeritain masalah lo ke gue.

Dia benar benar lega, pasalnya ia kira Clarissa akan marah dan tidak akan mau berteman lagi dengannya, ternyata pemikirannya salah besar, Clarissa hanya kecewa padanya.

Anin hanya takut jika ucapannya tadi menyinggung perasaan Clarissa, ia juga takut jika Clarissa menjauhinya. Ia cuma khawatir jika ia akan tak memiliki teman lagi.

Kemarin saja waktu sebelum Clarissa kembali, ia merasa sangat sendirian. Dan saat Clarissa mengaku jika ia sahabat masa kecilnya, ia takut jika alasan itu tidak memungkinkan Clarissa berubah pikiran untuk menjauhi Anin.

▪▪▪▪

Jangan lupa votenya kaka....

See you next part gaiseuu....

《Dear YOU》[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang