DY-7. Bully.

7 3 0
                                    

Hai...

Happy Reading....

=_=_=

'Dia dan mereka tetap sama, selalu membuatku membencinya tanpa henti dan jeda.'-Anindya

=_=_=

Ya, Anin masih tetap berada di rooftop dan tak mengikuti pelajaran, bahkan sampai jam pertama berakhir. Anin tak peduli jikalau gurunya menanyai Anin, toh gurunya juga tahu kalau Anin itu cerdas. Jadi mereka kadang membiarkan Anin tidur dikelas atau tak memperhatikan mereka saat pelajaran dimulai.

Anin pun memutuskan untuk kembali ke kelas. Dan dia masih senantiasa mendapatkan tatapan benci dan iri dari teman sekelasnya.

"Anin.. Lo darimana aja sih? Gue panik tahu!!" Ya, kalian mengetahui siapa yang berbicara, Clarissa.

"Hehehe, sorry ya Clar bikin lo panik. Oh iya ada guru yang nyariin gue gak?" Clarissa menggeleng, Anin mengira Clarissa sudah termakan ucapan temannya tentang dirinya yang ansos.

Dan Aninpun menghentikan pemikiran negatifnya tentang Clarissa, karena guru pengajarnya sudah memasuki kelas. Dan pelajaran pun kembali berlangsung.

Beberapa jam telah berlalu, bel istirahat telah berbunyi nyaring membuat para siswa siswi berhamburan keluar kelas untuk mengisi perutnya di kantin. Begitupun yang dilakukan oleh dua dara cantik yang memiliki kepribadian berbeda, mereka berjalan beriringan menuju kantin yang hampir penuh oleh para siswa yang tengah kelaparan.

"Nin, lo cari bangku sana, gue yang mesenin. Lo mau pesen apa?" Anin langsung berpikir cepat, maklum dia tengah lapar karena kekesalannya tadi pagi.

"Samain aja." Mendengar jawaban Anin tadi, Clarissa mengangguk dan meninggalkan Anin yang tengah mencari bangku untuk tempat mereka makan.

Anin langsung mencari bangku yang kosong. Kebetulan, ada satu bangku yang kosong. Namun, tempatnya berada di pojok ruangan, dimana tempat itu jarang ditempati oleh para siswa sini.

Anin langsung saja mendudukinya, namun belum hangat tempat duduknya, ada dua lelaki yang bisa dibilang sangar menghampirinya.

"Minggir lo, ini tempat gue sama geng gue biasanya duduk. Cari tempat lain sana!" Mendengar hal itu, Anin tak tinggal diam. Dia menggebrak meja dan membuat dua lelaki tadi kaget karena ulahnya.

"Lo kan bisa cari tempat duduk lain, jangan ganggu kenyamanan orang lain lah!" Entah sadar atau tidak, Anin telah berkata sesarkas itu kepada orang yang bahkan belum dia kenal sekalipun.

"BANGSAT! BERANI LO SAMA KITA? LO GAK NGERTI SIAPA KITA?" Anin yang dibentak langsung berjengit kaget. Pasalnya, ia tak mengira akan menjadi seperti ini masalahnya.

Anin tak gentar sekalipun, Anin masih tetap saja menatap lawan bicaranya dengan nyalang. Dia merasa tertantang karena lelaki sangar ini.

"Wah Roy! Dia cari gara gara sama lo nih!" Pria yang disebut Roy oleh temannya tadi langsung tersenyum miring sambil menatap Anin yang tengah menyembunyikan ketakutannya.

"Lo! Bakalan gue inget muka lo! Awas aja.. Urusan kita belum selesai! Ja! Cabut!" Anin yang mendengar hal itu langsung gemetaran saking takutnya, pasalnya pria itu terlihat tidak main-main oleh ancamannya.

"ANIN.. Lo gapapa kan? Gak luka gara gara cowok sangar tadi kan?" Anin yang mendengar kecemasan temannya hanya terkekeh samar, pasalnya Clarissa tengah mencemaskannya sambil membawa nampan berisi makan siang mereka.

"Gue gapapa. Udah selesai mesennya?" Clarissa menghembuskan napas lega, dia beruntung teman oh ralat, sahabatnya masih terlihat baik baik saja.

Merekapun melanjutkan acara makannya yang tertunda. Mereka makan dengan diiringi candaan ringan yang dilemparkan oleh keduanya.

"Oh.. Ini ya cewek yang carmuk ke Roy.. Gue liat liat sih, masih cantikan gue daripada dia!" Anin yang merasa tersindir mendongakkan kepalanya melihat dua orang gadis yang ditakuti oleh seantero SMA Cendikia Bangsa, siapa lagi kalau bukan para pembully kelas kakap yang sering melakukan pembullyan sampai korbannya memutuskan untuk keluar dari sekolah ini. Namun Anin menghiraukan mereka dan memfokuskan dirinya kepada makanannya lagi.

'Itu kan kak Sabina sama kak Reva!'

'Pssst.. Bisa mati tu orang kalo bermasalah sama gengnya kak Bina!'

'Tau tuh! Carmuk banget dianya! Masa bisa bisanya dia ngeganggu kak Roy! Punya nyali berapa sih!'

Bisik bisik dari segala penjuru kantin pun mulai terdengar, Clarissa sudah memucat terlebih dahulu. Pasalnya dia memang anak baru, tapi dia sudah tahu hal ini dari teman temannya yang merangkap jadi tukang gosip. Berbeda dengan yang dilakukan Anin, dia malah asyik memakan makanannya tanpa merasa terganggu oleh kedatangan Sabina dan Reva.

'BRAKK!'

"LO DENGER APA YANG GUE OMONGIN GAK SIH? DASAR JALANG LO! JANGAN SOK SOKAN BUDEG LO!" Melihat makanannya yang sudah terlempar dan tumpah ruah kesegala arah akibat gebrakan keras tadi, membuat Anin merasa jengkel. Dia merasa tak punya masalah dengan kakak kelasnya, namun mengapa dia harus diganggu, dia hanya ingin makan dengan tenang.

"Kenapa kak? Ada masalah dengan saya?" Para siswi langsung saja membicarakannya, pasalnya mereka merasa Anin adalah gadis lemah yang anti sosial. Tapi... Mengapa sekarang dia bisa seagresif ini?

Sabina yang mendengar hal itu langsung tersulut emosinya, dia menggerakkan tangannya keatas guna menampar gadis yang semenjak tadi menyulut emosinya.

"LO!! BENER BENER BERANI SAM--" Anin belum merasa tertampar, namun ada tangan kekar yang melindunginya dari tamparan itu. Tangan itu langsung menghempaskan tangan Sabina dan menarik paksa Anin untuk berjalan menjauhi kantin.

"HEH LO! URUSAN KITA BELUM SELESAI YA BITCH! AWAS AJA LO MACEM MACEM!!" Teriakan Sabina tak menghentikan pria yang menarik paksa Anin menghentikan langkahnya.

=_=_=

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan kejadian menghebohkan tadi. Dia tersenyum miring.

























"Oke bitch, welcome to your Hell."

=_=_=

Hm.. Ketebak gak kira kira siapa orang misterius tadi?

Kalo bisa komen dong.. Nanti gak aku kasih apa apa Hehehe:v canda....

Oke.. See you next part gaiseuu...

《Dear YOU》[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang