"Satu chocolate ice cream dan satu strawberry ice cream. Silahkan menikmati."
Aku dan Zayn mengambil masing-masing ice cream pesanan kami dan tersenyum pada sang pemilik kedai. "Terima kasih." Ucap Zayn sambil memberikan beberapa lembar uang kepadanya. Sementara aku hanya mulai menjilati ice creamku. Rasanya nikmat dan segar.
Kedai ice cream itu baru dibuka hari ini. Letaknya tak jauh dari playground yang biasa menjadi tempat pertemuanku dan Zayn. Dan aku bersyukur mengingat aku memang sangat menyukai ice cream.
"Enak?" Tanya Zayn ketika kami kembali ke playground. Aku mengangguk, "Lumayan. Bagaimana menurutmu?"
"Yah, begitulah," Ia memakan ice cream coklatnya dengan mulut besarnya, menjadikan ice cream itu tinggal setengah. "Mmm, Brie?"
"Ya?"
"Tidak, tidak," Zayn tersenyum dan menggeleng pelan. "Aku hanya menyebutkan namamu saja."
Aku mengangguk dan membalas senyuman Zayn. Sesaat kami saling beradu tatap. Mataku menatap dalam mata hazel miliknya yang indah. Sementara itu, Zayn hanya menatapku lembut.
Tatapannya yang seperti itu menjadikan degup jantungku berdebar tak beraturan. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali dan berusaha untuk membuat diriku tenang. Aku mengalihkan pandanganku dari Zayn. Kuharap pria itu tak mendengar degup jantungku ini------ semoga saja.
Setelah aku merasa lebih tenang, aku kembali melirik kearah Zayn dan kudapati pria itu masih menatapku lembut------ kali ini lebih dalam. Astaga, apa dia tak tau tatapannya itu membuatku gugup?
"Berhenti menatapku seperti itu, Malik."
Zayn terkekeh pelan, "Memangnya kenapa?"
"Uh," Aku menggaruk leherku yang sama sekali tidak gatal. "Tidak apa-apa, sih. Tapi----- uhm.. Ah! Pokoknya jangan, Zayn."
"Oke, oke."
Zayn mengalihkan pandangannya dariku dan akupun menghembuskan nafas lega. Aku tidak tau mengapa begini------ setiap kali Zayn menatapku atau setiap kali kami berkontak mata, pasti degup jantungku selalu tak beraturan. Nafasku tersengal, dan aku menjadi----- gugup? Grogi? Entahlah.
"Brie..."
"Ya?"
"Hey, aku tidak memanggilmu."
"Barusan kau menyebut namaku, Malik."
"Hanya menyebut, bukan memanggil, Treffscot."
Aku mendengus, "Oke, aku kalah lagi."
"Brie..."
"Jangan mulai."
"Entahlah, Brie. Aku menyukai namamu dan----- uh.. Namamu indah. Aku suka."
"Thanks." Sahutku sambil tersenyum malu.
"Brie..."
"Oh, shut up, Zayn."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Playground ➳ Zayn Malik
FanfictionLove at the first sight, eh? Fanfiction #4 [22th November] © 2014 by Zahwa.