• sept

6.4K 790 47
                                    

Menghempaskan tubuh ke ranjang, aku mulai menangis tersedu-sedu. Sebut aku berlebihan----- tapi memang beginilah aku, tidak bisa dibentak oleh siapapun. Aku akan menangis bila ada yang berani membentakku----- entah itu Ayah, teman-temanku, ataupun----- Zayn.

Dengan susah payah kuambil tissu yang terletak dimeja riasku. Pun kuseka airmata ini dan kuhirup napas dalam-dalam. Aku tidak boleh cengeng seperti ini, batinku. Perlahan, aku bangkit dari tidurku dan duduk ditepi ranjang.

Seketika, suara bentakkan Zayn kembali terngiang dibenakku.

'Apa peduli mu, hah?!'

'Apa peduli mu, hah?!'

'Apa peduli mu, hah?!'

Aku mengacak rambutku frustasi. Aku benci dibentak. Lagipula, atas dasar apa ia membentakku? Padahal, aku hanya mencoba untuk memperingatkannya, bahwa merokok tidak akan menyelesaikan apapun----- apalagi membantu. Rokok hanya dapat membuat kesehatan terganggu.

Selang beberapa menit kemudian, kurasakan saku celanaku bergetar disusul oleh suara Ed Sheeran yang menyanyikan lagunya yang berjudul Thinking Out Loud, tanda ada panggilan masuk. Pun kurogoh saku celanaku dan kulihat siapa yang menelpon.

Zayn Malik is calling...

Keningku berkerut. Untuk apa dia menelponku? Oke, biar kutebak----- pasti dia akan meminta maaf kepadaku dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi. Bukankah itu yang biasa pria lakukan ketika berbuat salah kepada wanita?

Dan yang menjadi pertanyaan adalah----- Haruskah aku menjawab panggilannya? Kalau memang ya, apa yang harus aku katakan pada Zayn?

Tidak, tidak, tidak. Aku tidak akan mengangkatnya. Aku belum siap berbicara dengan Zayn----- dan aku tidak mau ia mendengar suaraku yang seperti ini; suara serak seseorang yang baru saja menangis. Aku tidak ingin terlihat lemah ataupun rapuh dihadapannya.

Kuletakkan ponselku yang masih berdering diatas meja rias dan kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Yah, siapa tau pikiranku bisa lebih tenang dengan cara membersihkan diri.

***
Zayn's POV

"Shit, she's mad at me!"

Aku menghentakkan kakiku ke tanah dengan kesal ketika panggilanku hanya masuk ke kotak suara. Brie tidak menjawab telfonku----- dan itu berarti, dia marah dan kesal kepadaku. Sementara aku, aku masih disini, playground. Hari sudah sore dan aku masih belum pulang.

Jeez, seandainya aku bisa mengulang waktu----- aku tidak akan pernah membentak Brie. Dia begitu baik dan perhatian----- membuatku sangat amat merasa bersalah sekarang. Aku kecewa pada diriku sendiri. Brie berniat baik untuk memperingatkanku bahwa rokok berbahaya bagi kesehatanku----- tapi aku malah membentaknya. Pria macam apa aku ini?!

Akhir-akhir ini aku memang sering dibayangi oleh bayangan Felencia, dan aku sangat kesal karena hal itu. Bayangan-bayangan itu membuatku semakin merindukan sosok Felencia. Tapi, tidak seharusnya aku malah melimpahkan kekesalanku pada Brie.

Andai kalian tau, hatiku perih ketika ia mengatakkan bahwa aku jahat sebelum ia pergi tadi. Memang sih, Brie hanya bergumam----- tapi sayang, suara lembutnya masih terdengar jelas ditelingaku.

Hatiku ibarat ditusuk-tusuk.

Aku tidak tau mengapa bisa begini----- padahal sebelumnya, aku jarang merasa bersalah kepada orang lain. Aku memang cenderung tipe orang yang cuek dan tidak peduli terhadap sekitar. Dan Brie----- well, aku tidak tau apa yang special dari gadis itu, sehingga ia bisa membuatku sangat merasa bersalah seperti yang saat ini kurasakan.

Brie memiliki gaya tarik tersendiri. Itulah yang kuketahui darinya.

Dan akhir-akhir ini, aku selalu merasa nyaman bila berada didekat gadis itu. Kehadirannya membuatku merasa 'dibutuhkan'. Dan sejak kehadiran Brie, bayangan Felencia agak sedikit terlupakan dibenakku------ dan digantikan oleh bayangannya.

Kecuali hari ini.

Bayangan Felencia muncul lagi. And it's kinda sucks.

Tapi aku tetap bersyukur pada tuhan atas kehadiran seorang Briana Treffscot dikehidupanku. Mudah-mudahan, aku bisa melupakan sosok Felencia walaupun perlahan-lahan.

Brie

Brie

Brie

I'm so sorry...

I love you------ wait, what did i say?

***

Playground ➳ Zayn MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang