Bab 8 (๑¯ω¯๑)

201 21 2
                                    

Huhuhuhuhu....
Maklum Authtornya gabut
Lagi gak jelas
Pengen main
Hufffff.....
.
.
.
Astaga...gak kuat aku tuh diginiin
Udahlah gak ush mendramatisir
Capek, krn hidup terlalu banyak drama.
.
.
.
Buat Bos, makasih
Tumben baik gituh, yah
Oke, kita mulai aja dari pada authornya banyak bacod dan makin gaje.
.
.
.

"HUUWEEEE.... " suara tangis lelaki dewasa itu meramaikan suasana Gusulan yang damai dan sepi.
"Ka... Kak... Hentikan... Aku tak bisa nafas... " ujar lelaki muda berpakaian ungu yang dicekik lengan kirinya.
"TIDAK MAU!!! " teriak Jingyi dan kembali meraung lagi. "kakak... Kasihan Xian Fen, dia butuh nafas"
Kesal Huanle sambil menatap lelaki yang dicekik lengan kanan Jingyi. Xian Fen memang diam saja tapi, wajahnya sudah pucat menandakan kalau pemuda itu tidak baik-baik saja.

"Jingyi!, ayo keluar jangan menangis seperti itu! " ujar Wei Wuxian sambil mengetuk berkali-kali pintu kamar Jingyi.
"sayang, buka pintunya!" teriak pria berbaju biru tua yang berdiri disamping kiri Wei Wuxian dengan wajah khawatir.
"TIDAK!" teriak Jingyi dari dalam dengan tangisnya.

"ayolah, buka pintunya dan jangan menyekap adik-adik kecilmu juga didalam" bujuk Wei Wuxian lagi.

"Wei Ying... "

"Lan Zhan, dia itu tetap harus sarapan, ingat dia sedang mengandung! " omel Wei Wuxian pada lelaki yang ada disamping kanannya. Lan Wangji hanya menghela nafas pelan dengan tampang temboknya. "Aku sudah buatkan bubur untukmu! "

"benar, sayang, Wei Qian sudah membuatkan bubur untukmu"

"aku tidak peduli!!!, aku maunya sup akar teratai iga babi buatan Bunda!!!" balas Jingyi kembali meraung.

Wei Wuxian dan Zizhen menghela nafas dengan kasar. "keras kepala" pikir mereka bersamaan tentang Jingyi saat ini.

Sedangkan didalam kamar Huanle masih mencoba melepaskan diri dari cengkeraman kuat Jingyi.
"ah, ini tangan atau besi?, cengkeramannya lebih kuat dari ayah"
Batinnya kesal karena telingannya benar-benar akan tuli jika masih bertahan.
Xian Fen masih mencoba bertindak tenang. "kakak... Bisa lepaskan kami, kami jamin nanti Bibi akan kesini"
Ujarnya mencoba membujuk Jingyi.
"janji? " ujar Jingyi mulai melonggarkan cengkramannya. Xian Fen mengangguk mantap. Dengan gerakkan cepat Jingyi memeluk mereka sambil terisak pelan. "sudah kakak" bisik Xian Fen menenangkan.
Tangan besar Huanle mulai mengusap punggung Jingyi memberikan ketenangan walau wajahnya tidak ingin menatap Kakaknya.

Tak lama kemudian pintu kamar Jingyi terbuka. Menampilkan dua pemuda dengan baju basah dipundak mereka dan seorang lelaki yang masih sedikit terisak.
"kami akan coba memanggil Jian Cheng kemari" ujar Wei Wuxian yang diangguki oleh Jingyi. Walau sebenarnya tidak mungkin bisa membuat Jian Cheng datang ke Gusulan dipagi hari ini.

Itu karena, hari ini ada pertemuan ketua sakte dan tetua di Sakte Lanling. Akan sulit mengabulkan permintaan Jingyi, tapi setidaknya buat Jingyi lebih tenang saja itu sudah cukup. "Zizhen... Panggilkan Bunda" ujar Jingyi manja pada Zizhen dan juga wajahnya yang memelas seperti seekor anjing yang akan dibuang.

"baiklah, tapi syaratnya kau harus sarapan dulu" Jingyi mengangguk kecil kemudian menatap Wei Wuxian dan Lan Wangji bergantian. "aku ingin dipangku Han Guan Jun dan disuapi oleh Wei Qian" pintanya membuat Wei Wuxian tersenyum simpul. "kalau begitu, ayo ke ruang makan" seru Wei Wuxian sambil menarik Jingyi ke ruang makan, Lan Wangji hanya mengekori mereka dibelakang.

One Plus One = We (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang