Bab 7 (*'∇`*)

212 21 0
                                    

Hufff... Masih lanjut...
Satu kata aja "capek"
.
.
.
Author disini mungkin bakal cari ide.
Ide buat apa?
Buat para pembaca seneng
Gk suntuk kaya Bos Authtor
.
.
.
Yah, tahu sih author durhaka ama Bos
Tapi apa boleh buat
Ya kan
.
.
.

Huanle meruntuki dirinya sendiri, dia takut jika saja kakaknya tak membuka matanya selama-lamanya.
Oke, jangan berpikiran buruk dulu. Kata kak Jinling keram perut saat kehamilan memang sudah biasa terjadi maka dari itu tenangkan pikiran dulu.

Menjelang malam tiba dan seluruh suami kembali ke rumah mereka. Jingyi masih belum bisa membuka mata dan itu membuat kekhawatiran banyak orang.
"terimakasih sudah menjaga dia, Adik Huanle, Xian Fen dan Jinling"
Ujar Zizhen lembut saat mengetahui hal yang menimpa orang terkasihnya ini.

"entah kenapa semakin lama kau disini kau semakin mirip para Lan"
Ujar Jinling yang menangkap ketenangan di nada bicara Zizhen. "hemm... Mungkin saja" gumamnya kemudian manik matanya beralih ketubuh tak berdaya yang terbaring lelap.
Tangan kanan Zizhen mulai mengenggam tangan kiri Jingyi. "sayang kau bisa, kau kuat, jadi buka matamu" bisik Zizhen ditelinga Jingyi. Sizhui menepuk pundak Zizhen mencoba menenangkan suami sepupunya ini.

"dia akan baik-baik saja"

"terimakasih, Ah-Yuan"

Kelopak mata Jingyi mulai terbuka perlahan membuat semua orang yang ada disana tersenyun lega.
"sayang... "
"aiooo... Perutku masih melilit padahal baby gak banyaj bergerak" ujar Jingyi sambil menahan perih karena keram.
"Gege!,kau baik-baik saja! " seru Huanle tiba-tiba yang langsung berlari kesisi ranjang Jingyi yang lain.
"hei, kenapa wajahmu begitu? " Jingyi terkekeh kecil melihat wajah khawatir adiknya itu.
"bodoh!, dasar babi buntal! " cerca Huanle dengan mata berkaca-kaca.
"aku khawatir tahu!!! " lanjutnya membuat Jingyi tersenyum.

Zizhen hanya bisa tersenyum melihat adegan ini. Sizhui hanya bergumam pelan. "akhirnya kau jujur"
Tangan kanan Jingyi mengusap pipi adiknya lembut. "ku bilang aku bukan babi buntal dan terimakasih, Huanle"

Jingyi mulai bergerak ingin berpindah posisi. "hati-hati kau masih lemah" ujar Zizhen membantu Jingyi duduk begitu juga dengan Huanle.
"aku ingin makan sesuatu" lanjutnya sambil tersenyun lebar.
"kau ingin makan apa kata kan saja"

"benar apa kata kakak ipar, kakak kalau ingin makan bilang saja"

Jingyi mulai tersenyum puas yang menurut orang yang melihat itu adalah sneyuman pertanda buruk.
"aku ingin mangga Jinyuan! " pinta Jingyi dengan mata berbinar bahagia.

Semua orang sontak kaget. Masalahnya mangga yang diinginkan Jingyi adalah mangga langka yang hanya tumbuh di daerah sakte Lan Ling sedangkan ini sudah malam jika harus ketempat itu.
"eh... Sayang nanti kita minta bibi Yanli untuk membawakan mangga itu besok" ujar Zizhen sambil tersenyum paksa. "tidak!, aku maunya sekarang bukan besok! "

Lan Sizhui. "tapi, ini sudah malam Jingyi tidak mungkin mendapatkan mangga itu dengan waktu singkat sebelum malam ini berakhir"

Jingyi masih bertahan dengan ego kuatnya menolak hal itu. "tidak, aku ingin mangga itu sekarang, lagi pula baby juga mintanya sekarang" jingyi mengelus perut besarnya membuat orang-orang terfokus pada perut itu.
"ayolah, kakak jangan gunakan ego mu lagi! " kesal Huanle.

One Plus One = We (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang