Bab 9 (。'▽'。)♡

224 18 0
                                    

Bingung mau nulis apa
Tapi, yang jelas pasti tetap
Ngelanjutin ini cerita.
.
.
.
.
Hah... Bingung
Udah ah lanjut dari pada aku ngeluh mulu.
.
.
.

"Bunda, tambah satu mangkok lagi" ujar Jingyi sambil meminta mangkuk berisi sup akar teratai iga babi.
Zizhen hanya menatap Jingyi yang mendapatkan lagi semangkuk supnya dari Jiang Cheng.
"kau yakin tidak akan kekenyangan makan sebanyak itu?" ujar Zizhen sambil menunjuk tumpukkan mangkuk kosong yang berjumlah 18 disebelah kiri Jingyi.
"tenang saja, aku baik-baik saja" ujar Jingyi melahap supnya. "hah, kau ini bertambah gemuk! " ujar Jiang Cheng duduk kembali dihadapan anaknya.
Jingyi hanya bisa tersenyum mendengar ocehan ibunya itu.

Makan malam ini Jiang Cheng, Zizhen dan Jingyi tidak makan diruang makan sakte Gusulan. Mereka makan malam didalam kamar Jingyi, lagi pula ini juga karena permintaan pamil itu. "oh, ya Zizhen jangan gunakan teknik aneh itu lagi" ujar Jiang Cheng sambil meneguk teh hijaunya. "maaf... " gumam Zizhen sambil menunduk takut.
"hah, kau tahu teknik buatanmu itu berbahaya untuk inti emasmu"

"aku tahu, tapi kan tadi memang keadaan darurat jadi tidak apa-apa aku gunakan" jelas Zizhen dengan nada halus kemudian meneguk teh hijaunya. "hah... Kau... Sudahlah lupakan"
Jingyi hanya bisa tersenyum melihat ibunya kalah berdebat dengan menantunya itu.
"oh, ya Zizhen nanti malam aku ingin tidur bersama Jinling, kumohon.... " pinta Jingyi dengan tatapan manjanya. Zizhen menahan nafas sebentar karena pesona imut istrinya itu. Ketika Zizhen akan membuka mulutnya untuk menjawab, Jiang Cheng sudah bersuara lebih dulu.  "jika kau tidur dengan Jinling lalu bagaiman dengan bocah kembar itu, payah! " Jingyi menatap malas ibunya yang berkomentar pedas pada permintaannya. "aioo... Ayolah Bunda, apa kau ingin cucumu ileran karena permintaan mereka untuk tidur dengan bibi mereka tidak diperbolehkan olehmu?!" Jingyi memajukan bibirnya cemberut sambil mengusap perutnya yang agak besar. "akhhhh.... Baiklah, baiklah, tapi jangan menyusahkan Jinling"
Mendengar persetujuan dari ibunya membuat tersenyum lebar. Manik mata Jingyi beralih pada mata suaminya meminta jawaban atas permintaannya tadi. Zizhen yang mengerti akan arti tatapan Jingyi pun akhirnya menjawab.

"aku sama seperti Bunda"

"yeee.... Hehehehehe... Kau memang suami tercintaku" Bunda satu mangkuk lagi" ujar Jingyi sambil meminta satu mangkuk sup lagi pada Jiang Cheng. Nafsu makan Jingyi malam ini benar-benar membuat dua orang didepannya menggeleng keheranan.
.
.
.
.
.
.
"hah... beruntung si kembar mau tidur dengan mama dan papaku, jadi kenapa tiba-tiba kau ingin tidur denganku? " ujar Jinling yang sudah berbaring disamping Jingyi.
"entahlah, aku juga tidak tahu, sepertinya anakku ingin melihat lebih dekat wajah bibinya yang cantik dan tsundere ini" Jingyi tertawa kecil melihat pipi pria disampingnya sedikit memerah. "bodoh, aku tidak cantik! " seru pria itu sambil menampar Jingyi dengan bantal tidurnya. "aduhhh...lalu kalau tidak cantik apa? "

"aku ini tampan, kau tahu! "

"hilih... Tampan dari mana?, wajah imutmu itu lebih pantas dibilang cantik"

Satu lagi tamparan bantal tepat mengenai wajahnya karena menggoda Jinling. "beruntung kau sedang hamil kalau tidak sudah ku usir kau dari kamarku! " ketus Jinling kemudian kembali berbaring. Jingyi hanya tersenyum senang melihat reaksi sepupunya itu. "oh, ya bagaimana dengan keram perutmu? " tanya Jinling tiba-tiba. Terbesit nada khawatir di suara Jinling yang sedang berbaring membelekanginya. "sudah sedikit baikkan, terimakasih atas obatnya, Jinling"

"uh.. Sama-sama, lain kali jaga pola makanmu agar kram perut parah itu tidak terjadi lagi"

"terimakasih telah mengkhawatirkanku"

One Plus One = We (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang