Bab 14 ●︿●

214 15 4
                                    

Ku terlalu lama gak updet
Untung masih inget ceritanya mau gimana.
.
.
.
.
Btw Author memanfaatkan
Libur kelas online
Dengan membuat cerita
Bahkan akan menamatkannya
Di capter ini.

3 bulan kemudian...

Dipagi yang cerah dan menenangkan di Sakte Gusulan Terlihat dua orang remaja tengah berdiri di depan pintu ruang pengobatan.
Remaja dengan baju khas sakte Gusu hanya berdiri sambil menatap remaja yang berbaju ungu khas sakte Yummeng yang terus berjalan mondar-mandir seperti setrikaan.
Wajah remaja itu terlihat gelisah walau dengan raut wajah sedikit tenang tapi, dilubuk hatinya yang paling dalam ia tengah risau dengan orang-orang (tepatnya seseorang) yang ada didalam ruang pengobatan.

"hah...Jiang Huanle, anak dari paman Lan Xichen dan paman Jiang Cheng, berapa lama kau akan terus mondar-mandir seperti itu? " dilihat dari nada bicara Lan Xian Fen, ia sangat jegah melihat kelakuan sepupunya ini. Huanle menatap Xian Fen dengan tatapan kesal. "yang jelas sampai aku mendapatkan kabar baik dari dalam sana"

Xian Fen hanya menghela nafas pelan mendengar jawaban itu. "kau itu bertindak seolah kau adalah suami dari orang yang ada didalam sana"

"cih, aku bukan suaminya!, tapi oh, ayolah apa kau tak risau menunggu seseorang yang sedang melahirkan"

Xian Fen memutar bola mata malas. Menurutnya apa yang dilakukan sepupunya saat ini adalah hal yang sangat berlebihan. "aku tak terlalu risau karena aku juga pernah merasakan hal ini ketika ke dua keponakanku lahir, bahkan kakak iparku sampai pingsan karena melahirkan mereka berdua"

"APA PINGSAN?!!! "

Seketika Xian Fen menyesal karena mengatakan hal ia rasakan dulu ketika menunggu Jin Ling melahirkan. Lihat sekarang wajah tenang Huanle berubah menjadi pucat dan binaran matanya terlihat sekali kalau ia sekarang sudah sangat risau.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kita lihat apa yang dilakukan beberapa orang yang ada didalam ruang pengobatan itu.

Jingyi terus mencengkeram baju Zizhen dengan kuat. "akhhh.......ini sakit..... " erangnya. "sabar sayang... Sedikit lagi" hiburnya sambil terus mengalirkan tenaga spiritualnya pada Jingyi. "ayo... Tuan muda... Sedikit lagi bayi anda keluar" seru sang tabib yang membantu persalinan. "akkhhhh....... ZIZHENNN!!!! " erang Jingyi semakin keras.  "bertahanlah, aku disini bersamamu" ujar Zizhen yang juga ikut berkeringat melihat orang yang ia cintai tengah mengeluarkan buah cinta mereka.

Zizhen terus menyemangati Jingyi sambil mengalirkan tenaga spiritual miliknya agar Jingyi bisa bertahan dan mempermudah persalinan.
"akh.... Zizhen berjanjilah padaku satu hal jika ini sudah selesai"

"janji apa? "
Entah kenapa detak jantung ke khawatiran Zizhen mulai kencang. Akankah istri manisnya ini akan pergi meninggalkan dirinya dan anak mereka yang masih bayi?.  Ah... Zizhen tak sanggup membayangkan hal itu. Tak sanggup bila ia harus merawat anak mereka sendirian, mungkin dia akan melakukan hal berkabung seperti yang dilakukan Lan Wangji dulu ketika Wei Wuxian meninggal.

Ahkkk...kenapa pikirannya jadi negatif begini ketika Jingyi memintanya untuk berjanji.
"HOI!!!.... "teriak Jingyi menyadarkan lamunan Zizhen.
"ada apa sayang?!"

"kau... Aaakhhh... Dengar tidak tadi! "

"iya, aku berjanji, Jingyi"

One Plus One = We (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang