Bab 13 (。・ω・。)

169 17 1
                                    

Jujur aja author lagi bingung karena  tugas sekolah
Numpuk kek gunung
Minta dibelai satu-satu
Hah...kepala puyeng
Gk kuat aku tuh  (╥_╥)
.
.
.
.
Oke, author malah jd curhat
Baiklah kita lanjutkan ceritanya
Btw... Ini bentar lagi tamat.
Uhhh... Author jd gk bisa
Ketemu kalian
.
.
.
.
Lanjut aj....

"akhhhh.... Dasar babi buntal tak tahu diri!!! " seru Huanle kesal pada Jingyi yang duduk manis diatas punggung adik tercintanya ini.
"hehehehehehe... Maaf, biasa sengaja"
Ucapan dan senyum sok polos Jingyi menambah garis imenjer di dahi Huanle.

Oke, kalian penasarankan kenapa Huanle berakhir kek gituh
Kita mundurin waktunya bentar.

Falsh back on

Angin sepoi-sepoi meniup helaian rambut hitam Jingyi menambah kecantikan yang ada pada diri anak sulung dari pasangan Xicheng tersebut.
Ketika mata berbulu lentiknya akan terpejam karena terlena dengan belaian dunia itu. sebuah suara membuatnya kembali membuka mata.
"ahhhhkkk... Kenapa juga aku harus memasak denganmu! " senyum Jingyi mengembang mendengar hal itu. Sudah dipastikan pemilik suara itu adalah di kucing tsundere ungu. "hahahahahaha.... Shimei jika kau terus marah seperti itu kau akan cepat tua" tawa membahana memenuhi telinga Jiang Cheng yang kini sudah memanas kesal karena kelinci hitam kurang ajar pawang dari muka tembok Lan Wangji itu. Siapa lagi kalau bukan Mama bar-bar kita si Wei Wuxian.

"diam kau! "

"sepertinya bayi A-yi sangat menyukaiku, coba saja diingat, hanya bubur buatanku yang bisa menyembuhkan morning sicknya dan juga ketika aku menyuapinya dulu, dia terlihat senang"

"dan aku berharap cucuku tak tertular ke bar-bar an dirimu"

Wei Wuxian hanya tertawa mendengar jawaban Jiang Ceng tak lupa juga tangannya terus menepuk punggung Jiang Cheng yang tengah kesal itu. Jingyi hanya bisa melihat interaksi keduanya dari pohon beruntung sekali ketika mereka lewat dan tak mengetahui jika dirinya sekarang tengah duduk tenang diranting pohon.
Jingyi tak bisa membayangkan jika dirinya ketahuan oleh dua orang itu. Terlebih Bundanya itu. Mungkin dia akan dibuat turun paksa dengan sabetan Zidian kesayangan Jiang Cheng. Membayangkan hal itu saja sudah membuatnya merinding.

Dua punggung orang yang dikenal Jingyi itupun telah lenyap menuju dapur yang memang dibangun khusus untuk mereka berdua. Alasannya, tentu saja agar keduanya bisa mengeksperimenkan masakan aneh mereka dan hanya dicicipi oleh suami mereka sendiri. "hah....mungkin aku akan turun ketika sudah waktunya makan malam, disini sangat nyaman dan ku rasa kau juga menyukainya, sayang" ujar Jingyi sambil mengelus pelan perut buncitnya.

Ketika ia akan memejamkan matanya kembali tiba-tiba bayi dalam perutnya bergerak dan juga Jingyi merasa ingin makan manisan lagi. "ah... Kau ingin makan manisan,yah" ujarnya sedikit malas. Yah, manisan miliknya sudah habis mengingat ia hanya mengambil sedikit dari kakek koki itu. "baiklah sekarang bagaimana cara kita turun dan kembali kedapur untuk mengambil manisan itu? "

Jingyi sempat berpikir untuk lompat saja mengingat dahannya cukup pendek tapi, dia tak ingin mengambil resiko jika kandungannya malah keguguran. "hemm... Disini tidak ada orang lewat" Jingyi mulai menatap sekelilingnya dengan harapan ada seseorang yang muncul dan mungkin mau menolongnya tanpa imbalan.
Doa Jingyi terkabul ketika ia melihat sosok pemuda dengan rambut yang digerai dan terdapat kepangan disisi kiri pemuda itu. Jangan lupakan juga dia memakai baju sakte Yummeng dan wajahnya yang tenang seperti Lan Xichen.

"HUANLEEEEE!!!!..... "teriak Jingyi ketika sosok pemuda itu berjalan tepat didepannya. Hunle berhenti seketika dan menatap tajam pemilik suara yang memanggilnya barusan. Sekarang raut wajah tenang itu menghilang berganting dengan raut wajah masam dan seolah ingin menguliti Jingyi yang masih tersenyum sambil melambaikan tangan.

One Plus One = We (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang