Sore itu, hujan mengguyur dengan sangat deras. Di sana, di bawah guyuran air langit terlihat seorang pemuda tengah berada di sebuah taman umum. Dari raut wajahnya tampak kesedihan, kekecewaan, dan frustasi yang menggantung. Dia terlihat berjalan dengan langkah gontai dan kepala tertunduk lesu. Sebentar sebentar, ia tertunduk dan menghela nafas panjang. Kegiatan itu diulangnya berkali-kali, seakan dia tidak tau apa yang hendak dilakukannya.
Saat pikirannya sedang menerawang entah kemana, tiba-tiba pandangan matanya terpaku sepasang sepatu yang berhenti tepat di depannya. Perlahan, kepala yang tertunduk itu mendongak. Iris hijau daunnya mendapatimu tengah berdiri menatapnya dengan payung di genggaman tanganmu.
"Apa yang kau lakukan disini, Leo?"
"Aku tidak tau." Jawab Leo pelan. Entah kemana perginya Tsukinaga Leo yang ceria dan penuh energi.
Siapa yang tau, sebuah kekalahan mampu membuat seorang periang berubah menjadi seorang yang muram seperti ini.
"Kemana saja kau seharian ini? Ruka mengkhawatirkanmu, kau tau?"
Leo diam tidak menjawab. Kau tidak dapat melihat ekspresinya karena wajah Leo tertutup oleh surai jingga lelaki itu.
"Aku tidak berguna." Lirihnya pelan.
Kau menggigit bibir bawahmu begitu mendengar nada suaranya yang menyedihkan, "Leo..."
"Karena aku, mereka kalah. Aku sudah menghancurkan mereka. Sena, Rittsu dan juga Naru. Aku menghancurkan mimpi mereka. Aku memang tidak berguna."
"Leo..." Kau mengulurkan tanganmu untuk meraih wajahnya. Payung yang sedari tadi kau genggam telah jatuh di sisi kalian berdua, "Semuanya belum berakhir. Kau tau? Tuhan selalu memberi kita kesempatan luar biasa yang kadang tak pernah kita sadari, namun semuanya kembali pada diri kita sendiri. Ingin mengambilnya atau melepasnya begitu saja. Ingin selamanya bermimpi atau meraih mimpi."
Perlahan, kau mengangkat wajah Leo untuk menatapmu. Matanya merah, dan bahunya bergetar. Kau tidak perlu menjadi peramal hanya untuk mengetahui bahwa sang 'Raja' sedang menangis sekarang.
"Hidup bukan bagaimana kita terjatuh, melainkan bagaimana kita bangkit dari keterpurukan dengan tekad dan semangat yang kuat. Tidak ada yang tidak mungkin selama kita memiliki keinginan untuk melangkah dan terus berusaha menggapai mimpi, sekalipun mimpi yang besar." Kau tersenyum dan jarimu bergerak mengahapus air matanya yang bercampur dengan air hujan, "Kau tidak sendiri, Leo. Kau punya Knights. Kau mungkin tidak tahu bahwa mereka masih menunggumu kembali pada mereka. Mereka bahkan mendapat satu 'Ksatria' lagi. Mereka sedang menunggu 'Raja' mereka. Mereka menunggumu, Leo."
"Benarkah? Aku bisa kembali?" Tanya Leo pelan.
Kau mengangguk mengiyakan. "Tentu saja. Kau harus bangkit. Kesuksesan bukanlah saat kau berhasil terhadap suatu hal, tapi kesuksesan adalah saat kau terjatuh namun berani bangkit kembali menatap dunia. Selama kita masih memiliki tujuan untuk dicapai, kita tidak boleh patah semangat. Karena pada kenyataannya, tidak ada sukses sejati yang tercipta tanpa melewati kegagalan."
Leo balas menatapmu. Perlahan tapi pasti, senyuman yang dulu hilang kini kembali menghiasi wajah 'sang raja'.
Tanpa aba-aba, Leo menghadiahimu dengan pelukan erat hingga kau hampir terjengkang ke belakang jika saja dia tidak segera menyeimbangkan tubuhnya.
"Terimakasih, [Name]. Aku akan bangkit sekali lagi. Aku akan membawa Knights menuju ke puncak. Dan ketika saat itu tiba, aku ingin kau di sana dan melihat kami."
Kau tersenyum dan balas memeluknya,
"Ya, aku akan menunggu hingga saat itu tiba."