11. Bernafas tanpa oksigennya

494 49 9
                                    


Ini nggak lama kan ya?

Selamat membaca...

💛

Cho Ahra tengah meniti langkah memasuki sebuah rumah yang tampak berbeda dari biasanya. Terakhir kali dia ke sini, taman bunga tertata indah menyambut kala pagar rumah yang tinggi menjulang itu di buka. Kini, dia merasa seperti salah masuk, karena taman itu telah berganti rumput-rumput yang mulai memanjang tak ubahnya hutan belantara.

"Kemana orang yang tinggal di sini? Tempat ini sangat terlihat menyeramkan, bahkan di siang hari seperti ini," keluhnya.

Dia membuka pintu rumah dan hampir mengumpat saat melihat apa yang tengah menyambutnya. "Apa ini masih bisa di sebut rumah? Aigoo..."

Handuk, baju, celana panjang, berserakah di ruang tamu.

Bagaimana bisa barang-barang yang harusnya ada di kamar berada di ruang tamu, batinnya.

Membawa semua barang kotor itu Ahra berjalan menuju lantai atas, sekilas saat menaiki tangga dia melirik ke arah dapur, ternyata dapur itu jauh lebih mengenaskan. Banyak sekali cup ramen yang bertumpuk di tempat sampah. Bahkan ada beberapa cangkir dan gelas yang telah di pakai di biarkan berbaris di sink.

"Kyu, apa kau hanya makan ramen sekarang?" ia bertanya pada angin lalu. Menghela nafasnya Ahra menerawang jauh. Dulu, setiap dia datang ke rumah ini, dapur itu akan selalu rapi, meskipun Seohyun sering sekali menggunakannya. Bahkan adik iparnya itu selalu bereksperimen di dapur, seolah tempat itu adalah bagian favoritnya di rumah ini. Dan hasil masakannya pun selalu enak. Ahra semakin meringis mengingat semua itu.

"Seohyun-ah... Kembalilah..." lirihnya.

Cho Ahra kembali melanjutkan langkahnya, tepat di depan kamar ia berdo'a semoga keadaan adiknya tidak semengenaskan rumahnya, namun ia kembali mengumpat saat pintu itu terbuka.

Kamar utama di rumah ini lebih dari kata mengenaskan. Berantakan, menyedihkan. Entah apalagi kata yang tepat untuk menggambarkannya, karena memasuki kamar itu saja Ahra harus berjinjit agar kakinya tak menyentuh pecahan kaca yang berserakan di lantai.

"Ya Tuhan... Apa anak itu sering mengamuk? Ck ck ck."

Ahra menuju pintu kamar mandi dan segera mengetuknya. Namun beberapa kali tak ada sautan dari dalam. Ia memutuskan membukanya, dan tak ada siapa pun. Mendekati keranjang pakaian, Ahra meletakkan barang yang tadi ia bawa, setelah itu ia mencari keberadaan sang punya rumah.

Ia berjalan ke arah balkon kamar mengamati pemandangan di sekitar rumah, dan matanya menemukan sosok itu dari kejauhan.

Kyuhyun tengah duduk di bangku kayu yang ada di samping pohon di taman belakang.

"Kyuhyun-ah..." bisiknya.

Tanpa menunggu lama Ahra segera keluar kamar dan bergegas menuruni tangga, ia membuka pintu samping hendak menghampiri adiknya.
Namun sebelum itu, Ahra yang entah sejak kapan menangis mencoba menghapus air matanya ketika menyadari bagaimana kondisi adiknya itu saat ini. Wajah yang biasanya terlihat ceria dan penuh bahagia itu kini telah bersembunyi jauh entah kemana.

"Yak! Kyu!" teriaknya sembari berjalan.

Namja itu menoleh, lalu mencoba tersenyum. Tapi sudut bibirnya hanya terangkat sedikit, senyum itu tak sampai pada matanya. "Oh, Noona."

"Hei, kau tidak merindukanku?" Ahra mengambil tempat di samping Kyuhyun. Sembari duduk, dia menepuk pelan punggung adiknya.

"Aniyo." Setelah menjawab begitu Kyuhyun kembali memandang kedepan.

Gomawo Nan Gwenchana [Fanfiction] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang