15. Awal yang baru

594 59 11
                                    

Aku sedikit kecewa ternyata kalian nggak terlalu nanggepin petanyaanku di bab sebelumnya, padahal itu sebagai refrensi aja supaya cerita ini tidak di salah pahami. Aku sih pengen tahu apa yang aku selipin di cerita ini sampai nggak ke pembaca cerita ini. Tapi ya udahlah ya, kalau gitu aku biarkan saja kalian mau nyernanya gimana. Cz aku nggak suka koar-koar buat arahin pembaca, biar kalian aja nanggepinnya gimana. Kalau pun kemaren ada yang jawab dan bilang Eunso pelakor, terima kasih untuk jawaban itu.

Dan untuk penilaian bahwa Jungsu bisa dewasa ketimbang orang tuanya? Bagian mana? Bisa jelasin?

Aku suka di komentari, aku suka di kritik, tapi dengan catatan di perjelas. Misal ada yang nggak sesuai tolong kasih contoh bagian mana, dan kalau mengkritik plis kasih saran bersamaan dengan itu. Karena aku masih belajar, aku harap bisa mendapatkan ilmu dari komentar kalian.

Ini cerita baru setengah jalan lo, atau mungkin lebih sedikit, jadi ikuti aja alurnya jangan ngambil kesimpulan terlalu dini. Kan aku bilang, nikmati aja apa yang ada. Karena di lapak ini ya begini adanya.

Mau lanjut baca? Scroll.

Udah males baca? Klik tombol back.

Thank you.

💛

Pagi ini di awali Seohyun dengan semangat baru. Setelah membersihkan diri dan membantu Jungsu memakai seragam sekolahnya, ia terlihat sibuk di dapur. Tempat di mana sebelumnya menjadi bagian favorit di rumah ini.

Semalam setelah memeluk sembari mengelus pelan Jungsu hingga tertidur, tanpa ia sadari ia pun tertidur di samping anak itu. Lalu saat terbangun, Seohyun merasa mendapati Jungsu dalam dekapannya seperti sebuah mimpi. Anak manis itu terlihat begitu lembut dan menggemaskan.

Setelah menginjakkan kakinya di rumah ini Seohyun belum berbicara berdua dengan Kyuhyun, bahkan saat ia mengambil pakaian bersih yang masih tersisa di lemari kamar mereka tadi, namja itu sedang berada di kamar mandi. Hingga ketika ketiganya duduk di meja makan saat sarapan yang di siapkan Seohyun sudah tersaji di meja makan, barulah mereka bisa bertatap muka. Seohyun tidak memasak, hanya menyiapkan beberapa roti dan beberapa jenis selai. Satu cangkir coklat hangat untuk Kyuhyun dan segelas susu coklat untuk Jungsu. Sementara untuk dia sendiri hanya secangkir teh.

"Eomma cantik. Jungsu boleh minta selai coklat?"

Tangan Kyuhyun yang baru saja memegang roti seakan membeku di udara. Matanya langsung menatap Seohyun yang seolah tak terganggu dengan panggilan yang justru membuat kuping Kyuhyun berdengung.

"Tentu saja. Sini rotinya, biar Eomma oleskan."

Apa ini tidak keterlaluan? Kenapa Kyuhyun merasa dirinya tengah menyaksikan drama keluarga yang membahagiakan di depannya saat ini.

Tidak. Kyuhyun bukan tak senang, namun ia merasa ini di luar ekspektasinya. Haruskah Seohyun bersikap terlalu baik begini pada anaknya? Tidak bisakah wanita yang masih berstatus istrinya ini bersikap normal saja. Normal dalam artian, mungkin tak terlalu baik pada Jungsu? Aish, Kyuhyun sendiri bingung, ia jelas tak ingin jika Seohyun mengabaikan Jungsu. Tapi ini? Ini sungguh membuat Kyuhyun merasa ia tengah bernafas dengan leher yang tercekik oleh rasa bersalah.

"Appa. Jungsu hari ini mau ke rumah sakit. Boleh?"

Dan kalimat pertanyaan itu membuat Kyuhyun menoleh pada putranya yang baru saja meletakkan gelas susunya.

"Jungsu ingin ke rumah sakit?" Kyuhyun mengulang kalimat itu untuk memastikan yang baru saja ia dengar.

"Hmm. Jungsu mau bertemu Eomma."

Gomawo Nan Gwenchana [Fanfiction] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang