13. Oksigennya kembali

499 51 5
                                    

💛

Seohyun berdiri di depan ruangan yang bertulisakan IGD. Tangannya gemetar dan dadanya berdetak begitu cepat. Ia tak tahu apa yang terjadi, sepanjang perjalanan di dalam ambulance tadi, ia tak mengerti apa yang di lakukan para perawat pada Eunso, kenapa wanita itu terlihat sangat serius di tangani.

Tidak mungkin bukan, hanya karena ia menampar Eunso, wanita itu bisa pingsan dan di bawa ke ruang IGD?

Sebenarnya, apa yang sudah terjadi?

Entah sudah berapa lama Seohyun duduk di depan ruangan itu. Ia tak terlalu peduli. Sibuk tenggelam dalam pikiran yang menerka-nerka ia justru terperanjat saat pintu terbuka. Membawa tubuhnya berdiri dan menghampiri Laki-laki dengan jas putih di tubuhnya, Seohyun kembali gemetar.

"Dokter, bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?"

Dokter itu tidak langsung menjawab, dia justru menatap Seohyun dengan mata sendunya.

"Dokter, katakan sesuatu?"

"Apa anda keluarganya?"

Seohyun bingung hendak menjawab apa. Dia jelas bukan keluarga Eunso. Tapi, sekarang Eunso menjadi tanggung jawabnya, bagaimana tidak, wanita itu pingsan saat bersamanya, otomatis jika sesuatu terjadi dia akan di libatkan.

"Nona, apa anda mendengar saya?"

"Nde?"

"Apa anda keluarga dari Nyonya Go?" Dokter itu bertanya lagi.

Mendengar Dokter yang sepertinya mengenal Eunso, Seohyun mengangguk ragu.

"Baiklah, kalau begitu bisa anda ikut keruangan saya?"

Seohyun kembali mengangguk dan berjalan di belakang Dokter itu. Ketika memasuki ruangan sang Dokter, Seohyun melirik papan nama di atas meja. Dokter Kim adalah panggilan pria yang Seohyun pikir lebih tua darinya itu.

"Silahkan duduk, nona."

Seohyun langsung duduk di kursi berhadapan dengan sang Dokter.

"Jadi Dokter, apa Eunso baik-baik saja?" sekali lagi Seohyun bertanya.

"Dia jelas tidak baik-baik saja nona. Penyakitnya semakin parah."

"Mwoya? Penyakit? Maksud anda?"

Dokter itu terlihat bingung, dia mengamati Seohyun yang kelihatan tak memahami maksud ucapannya.

"Nona, anda benar keluarga Nyonya Go?"

"Em... Itu. Sebenarnya saya hanya kenalannya. Tapi saat ini saya yang bertanggung jawab untuk dia, Dokter."

"Ah... Begitu. Hanya kenalan? Pantas saja anda tidak tahun. Tapi apa tidak apa-apa saya mengatakan semuanya pada anda?"

"Ya. Katakan saja Dokter, nanti saya yang akan menjelaskan semua pada keluarganya."

"Baiklah. Nyonya Go adalah pasien saya beberapa bulan ini. Saya memintanya untuk di rawat di rumah sakit bulan lalu, tapi dia menolak, dia bilang dia baik-baik saja, lalu dia meminta obat pereda sakit, dan berjanji akan terus mengotrol penyakitnya tiap minggu. Tapi sebulanan ini dia menghilang, telepon saya pun tidak di angkat, hingga akhirnya anda datang bersamanya dalam keadaan Nyonya Go pingsan."

"Ka-kalau boleh saya tau. Eunso sakit apa, Dokter?"

"Nyonya Go menderita kanker otak yang sangat serius. Harusnya dia sekarang di rawat di rumah sakit. Saya menganjurkannya untuk kemoterapi, tapi dia menolak."

"Kanker? Kanker otak? Eunso?"

"Iya, Nona. Dan ini sudah di luar batas kemampuan kami. Obat-obatan hanya memperlambat penyakitnya bukan menyembuhkannya. Operasi pun sudah tak bisa di lakukan karena terlalu beresiko. Kami mohon maaf."

Gomawo Nan Gwenchana [Fanfiction] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang