Gomawo Nan Gwenchana [Fanfiction] √

14. Sebuah kesempatan

Sebelum kalian lanjut baca aku mau nanya dong.

Menurut kalian pelakor itu yang seperti apa sih?

Dan apakah setelah baca sampai bab kemaren, Eunso masuk dalam kategori itu?

Jawab di sini ya... Aku pengen tahu aja pandangan kalian gimana.

Thank you

💛

Eunha menatap nanar kepergian Seohyun dan Kyuhyun dari ruangan itu. Perlahan tapi pasti, dia melirik Eunso yang memberikan senyum tulus padanya.

"Akhirnya mereka bertemu, Eonni."

"Nde. Dan aku sangat bahagia melihatnya."

"Eonni bahagia untuk mereka? Lalu Eonni, bagaimana denganmu?"

"Aku? Kenapa denganku?"

Eunha yang sejak tadi berdiri kini duduk di mana beberapa waktu tadi di tempati Seohyun. Gadis itu mengulurkan tangannya untuk menggenggam jemari Eunso yang terlihat lemah.

"Eonni sungguh tidak apa-apa melihat mereka kembali bersama?"

"Tentu saja. Aku bahagia, sangat bahagia."

"Eonni..."

"Eunha-ya... Mereka sejak awal sudah di takdirkan untuk bersama, maka pada akhirnya mereka akan tetap bersama. "

"Tapi bagaimana dengan hatimu? Aku tahu Eonni, aku bisa melihat jika kau mencintai Kyuhyun Oppa lebih dari sekedar fans. Apalagi setelah kalian bersama akhir-akhir ini. Apa kau tidak ingin bahagia, eoh?"

"Kau bicara apa?"

"Eonni, kau terus saja menderita. Kau selalu di pihak yang tersakiti bahkan sejak awal. Sekali saja, sebagai adikmu aku ingin melihat kau bahagia dengan cintamu..." Eunha tak mampu menahan kesedihannya. Menarik tangannya dari Eunso kini ia menangis. Mengabaikan Eunso yang memanggil namanya, Eunha menutup kedua wajahnya menumpahkan semua kekesalannya terhadap takdir hidup saudarinya yang ia rasa sangat tak adil.

Apa salahnya jika jatuh cinta pada idola? Apa salahnya mengambil langkah ceroboh dengan menggunakan kesempatan memiliki secuil kasih yang berupa sosok mungil itu? Eunha rasa, Eunso yang naif saat itu hanya ingin cinta, itu saja. Tapi kenapa, jalan kehidupannya justru berliku. Eunha sungguh ingin berteriak saat ini jika saja ia tidak cukup waras untuk memahami di mana ia berada sekarang.

Melihat betapa hancur adiknya saat ini, Eunso ingin sekali duduk dan memeluknya. Namun tubuhnya begitu lemah, ia hanya bisa menggapai tangan itu hingga dengan pelan Eunha menurunkannya dan membiarkan Eunso memegang tangannya.

"Eunha-ya... Siapa bilang aku hanya menderita? Aku bahagia, aku cukup bahagia dengan takdirku. Mencintai idolaku, mendapatkan anak darinya meskipun dengan cara yang tidak benar, bisa membesarkannya hingga saat ini. Aku bahagia, Eunha. Eonni bahagia."

"Eonni... " Eunha berusaha menghapus air matanya namun seolah bendungan itu terlanjur jebol justru perlahan butiran bening itu terus mengalir.