.
.Aku tersenyum kecil, melihat jawaban dari Isya yang menenangkan .
'Ahhh kayak nya salah lewat sini , boro-boro mau ngelupain kalo masih lewat sini dengan pikiran mau ketemu dia'
Tapi aku melangkah mantap ditemani payung biru muda ditangan , payung yang melindungi ku dari gerimis kecil yang dibawa angin sore ini .
Tapi,, baru empat langkah , aku melihat dia . Dia berlari kecil dengan seragam basket biru gelap dan kepala yang ditutupi tas maroon itu . Itu pemandangan bagus tapi bukan hal yang kuinginkan .
Aku benar-benar ingin menampar wajahku saat melihat dia tersenyum dan sekarang merebut payung biru ku .
" ta " , katanya singkat dengan sinyum simpul terukir pada wajah lelah nya .
.
.
.
.
.
.
.
Isya: entah kenapa ya ,,, gw masih gak yakin ama lo wkwkwkw
Isya : tapi lo bisa , ta!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suara hujan di luar jendela kelas bercat hijau itu menyeruak , saling berteriak . Rasanya jarum titik hujan hari itu begitu besar dengan suara yang diciptakan nya terasa begitu berat dan nyaring saat menyentuh sebuah atap dari seng di sisi kiri atap .Wajahnya masih tertunduk , menatap handphone nya yang hari ini terus berdering menjawab pertanyaannya . Sebuah jawaban yang paling ia perlukan untuk hatinya hari ini .
Ting!
Isya : udahlah apa pentingnya diaWajah cewe itu mendengus kesal ; 'siapa juga yang bilang dia penting' . Dia tau Isya sahabat cowonya yang ada di seberang menjawab pesan itu dengan kesal karena telah lelah dengan keluhan soal perasaan cewe ini yang tak kunjung usai setelah sudah lama harusnya terhapus waktu .
Cewe itu mengelus wajahnya kasar yang lalu dibalas pandangan bertanya teman sebangkunya yang akhirnya ia jawab dengan senyum kecut dan bahu terangkat .
Isya: gak papa pelan-pelan aja
Kembali pesan masuk itu kembali terlihat pada layar gelap handphone cewe dengan nama Indrita itu .
Dia Indrita Dipta Barra , tokoh utama kisah ini . Panggil Dipta untuk singkatnya .Perempuan dengan rambut sebahu yang biasa ia kuncir ekor kuda itu , wajahnya manis pada kulit sawo matang nya ( semua cewe cantik ,bro). Tingginya lumayan 160cm bisa disebut tinggi di kalangan cewe-cewe dilingkungan nya .
Cerita ini tentang sapaan yang Dipta baru dengar setelah sekian lama , juga tentang banyak rahasia yang tiba-tiba terungkap di mata puluhan mata.
Tentang penantian dan pilihan .***
Guru paruh baya itu masih menjelaskan bagaimana dawai gitar adalah sumber bunyi dan penjelasan segala rumus yang kurang berguna dalam hidup selanjutnya di masa kerja. Lima menit berlalu dengan tatapan penantian setiap mata dikelas itu mengarah pada jam dinding bulat berwarna putih di atas papan tulis yang sudah kotor terisi tulisan Bu Yati , seorang guru fisika yang terkenal galak itu.
Sampai pada akhirnya jarum panjang warna hitam itu menyentuh angka dua belas ,bel sekolah terdengar.. diiringi gerimis yang masih setia jatuh ke bumi hari ini .
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi,Hello?
Novela JuvenilLagi, mungkin itu kata yang paling pas untukku sekarang . Lagi, jatuh pada bayang kelabu yang tak pernah tergapai itu . Lagi, hanya dalam satu senyuman aku kembali pada mimpi ke kanak-kanakan tentang berpegangan tangan atau mengobrol lewat telepon s...