Hari ini matahari tidak punya halangan untuk bersinar terang. Kemarin, untungnya Dipta sudah sampai rumah saat hujan lebat menguasai sore sampai maghrib itu. Obrolan nya dan Renza selesai saat cowo itu minta izin pulang lebih dulu sore itu. Yang penting tidak ada hutang lagi diantara kedua orang itu.
Semua orang di kelas XI MIPA 4 itu sedang duduk berkelompok. Guru Prakarya dan Kewirausahaan mereka memberi tugas kelompok untuk membuat kerajinan. Jadi sekarang mereka berdiskusi.
Isya: lo pulang jam 3 kan?
Isya: kelas lo masih yang tinggal belok kanan tangga itu kan?
Isya: lo mipa 4, kan?Dipta menatap pesan-pesan yang datang dari Isya itu dengan mengerutkan dahi. Bingung. Kenapa anak ini tiba-tiba.
Dipta: rame banget tu pertanyaan
Dipta: gw jawab sesuai urutan
Dipta: iya jam 3, iya yg itu msh sama, iya ipa4Dipta bisa melihat Isya membaca pesannya jadi ia kembali fokus pada pembicaraan soal tugas kelompok.
Isya: lo kenal bhisma?
2.45 terkirim.Dipta masih fokus, bahkan tidak melihat pesan Isya lagi. Lagian, pertanyaan Isya aneh-aneh jadi bukan hal menyenangkan untuk menjawab. Kecuali tentang Recka, itu jelas topik menyenangkan.
Bel pulang sekolah berbunyi, masih cukup banyak orang disana. Beberapa buru-buru keluar, banyak juga yang keluar berkelompok. Kebanyakan anak dikelas itu sepertinya akan memgerjakan tugas kelompoknya langsung hari itu.
Dipta juga masih disana masih menunggu sopir temannya menjemput, lalu Dipta dan 5 anak lainnya akan kerja kelompok juga.
Tangan nya dengan ahli membuat pola password pada layar handphone nya. Belum sempat terkejut. Tiba-tiba sebuah langkah tergesa masuk ke kelas itu, tubuh yang Dipta kenal.
Berjalan cepat. Masuk dan langkahnya membawa dia, Recka ke arah bangku di barisan belakang.Dipta masih terkejut dibangkunya, matanya yang baru saja membaca pesan Isya soal Bhisma langsung dikejutkan hal lain. Keberadaan anak yang berhubungan dengan Bhisma itu tiba-tiba muncul dihadapannya.
Buk!
Satu pukulan mendarat pada wajah Bhisma yang malah tersenyum merasa menang dan tahu alasan pukulan cowo itu.
Anak-anak kelas masih terkejut. Membulatkan mata mereka serempak, sama seperti Dipta yang awalnya melangkah kearah Recka, berhenti karena terkejut."B*jing*n, lu sebut dia gitu lagi gw ancurin badan lu", kata Recka nada bicaranya sedikit berteriak, sorot mata marah terlukis diwajah yang menegang itu. Tangan memegang kerah seragam Bhisma bergetar karena geram. Sedangka Bhisma yang dipojokkan ke dinding masih setia, melukis senyum merasa menang atas kemarahan Recka.
"Wey apaan si udah-udah", kata salah satu anak kelas yang duduk disamping Bhisma, jelas tidak tau apa-apa atas pertengkaran itu.
Anak-anak perempuan yang masih ada disana kompak mundur menjauh. Dipta menarik bahu, Recka yang tidak digubris cowo itu.
Lagi dan lagi Recka membawa dan melukis lebam pada wajah itu. Bhisma juga menarik kerah baju anak itu. Membulatkan matanya menantang Recka.
"Mereka sama aja, lo tinggal hina tu laki-laki, kenapa harus marah sama gw" , Bhisma tersenyum tangan nya menepuk-nepuk wajah Recka yang masih merah karena marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi,Hello?
Genç KurguLagi, mungkin itu kata yang paling pas untukku sekarang . Lagi, jatuh pada bayang kelabu yang tak pernah tergapai itu . Lagi, hanya dalam satu senyuman aku kembali pada mimpi ke kanak-kanakan tentang berpegangan tangan atau mengobrol lewat telepon s...