Resah kian merontah dari tahtanya.
Bahagia telah di renggut dari nyamanya.
Apakah kau sadar bahwa itu mengganggu.
Mengubah suasana merontah tersapu.
Merusak aksara seolah benalu.
Rasa yang semoga harus berlalu.Hasrat lah yang mengoyak batin.
Mengutuk semua kata ber-amin.
Menusuk setiap gerak harapan.
Menginjak segala ketenangan.
Seperti berlari tanpa tujuan.Kapan semuanya harus binasa.
Apakah harus menunggu akhir cerita.
Lalu kapan resah harus berhenti berkuasa.
Karena semua tindakanya sangat tak manusia.
Mengubah setiap jiwa yang hendak merdeka,
Tuk masuk dalam kedamaian neraka.
Ketenangan yang ku cari bahkan telah tiada.Semua yang berjiwa sedang terluka.
Mengarapkan kedamaian dari setiap duka.
Namun resah terus menikam asa.
Hingga kau sadar manusia itu perasa.
Apa kau paham bagaimana di sapa nestapa.
Sapaanya membuat jiwa mu rapuh nan lara.Dibiarkanya bisikan Mendekap.
Seolah batin kan tersiksa gelap.
Padahal keadaan itu kan membuat romansa.
Tentang keseimbangan dari makna rasa.
Sadarlah, wahai manusia.
Kau hanya fana dari setiap rasa.****
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMPAIKAN PADA SENJA
PoesíaSegelintir ugkapan berupa puisi dan sajak dari kisah hidup maupun perasaan penulis. Penulis ingin pembaca menafsirkan makna tulisan ini dengan cara pandang berbeda. Karena setiap kata saja bisa membuat perbedaan pendapat.