🥰 Episode 6

70 12 0
                                    

بِسْمِ الله ِالرَّحْمنِ الرَّحِيْم

۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞


🌸 Wafatnya Abu Thalib 🌸

Selang beberapa hari datang khabar yang sangat menyedihkan yaitu khabar meninggalnya Abu Thalib.

Sementara Abu Thalib adalah orang yang selalu mencegah dan menahan gangguan-gangguan orang kafir Quraisy dengan memanfaatkan kedudukankanya, kewibawaannya, pengaruhnya, kekayaannya juga umurnya yang di tuakan, berusaha dengan segala macam cara untuk melindungi Rasulullah ﷺ.

Ketika Abu Thalib meninggal orang kafir Quraisy tertawa dengan gembira, semakin parah gangguan dan siksaan yang diterima oleh Rasulullah ﷺ.
Anak-anak kecil serta budak-budak, orang Quraisy mencaci, menghina, dan mempermainkan Nabi ﷺ dengan melempari batu, mereka juga menuangkan debu di kepala Rasulullah ﷺ.

Sesampainya di rumah masih banyak debu yang berada di kepala Rasulullah ﷺ. Sayyidatuna Fathimah mendekati ayahnya dan membersihkan debu yang mengotori kepala sang ayah, tanpa terasa air mata pun membasahi wajahnya.
Sy Fathimah ingin menahan tangisan hatinya, akan tetapi ia tak mampu menahan air matanya.
Sy Fathimah terus membersihkan kepala ayahnya dan Sy Fathimah terus menangis, menangis, dan menangis.

Nabi ﷺ menoleh dan berkata, "Wahai puteriku, janganlah engkau menangis karena Allah سبحانه وتعالى akan menampakkan agama ini. Tidak ada tempat yang terbuat dari batu atau tanah atau kayu (keseluruh tempat kecuali agama ayahmu akan masuk, baik menjadikan mereka mulia atau menjadikan mereka hina." Beginilah keadaan mereka terus dalam keadaan jihad dengan kesabaran.

🌸 Wafatnya Sayyidatuna Khadijah ‎رضي الله عنها 🌸

Hari pun terus berlalu kesehatan Sayyidatuna Khadijah semakin melemah, penyakitnya semakin parah. Sayyidatuna Fathimah dan Ummu Kulstum setia mendampingi ibunya, dan duduk disampingnya. Rintihan rasa sakit terdengar dari bibir Sayyidatuna Khadijah, dan air matanya pun tak sanggup menutupi rasa sakitnya.

Air mata Sayyidatuna Fathimah pun membasahi pipinya, akan tetapi beliau dengan cepat mengusap air matanya kerana tak ingin (takut) kesedihan diketahui ibunya. Sayyidatuna Fathimah dan Sy Ummu Kultsum merasakan sebuah rasa sedih di dalam hati mereka atas apa yang di lihatnya bahwa ini adalah ibunya yang penuh kasih sayang dan penuh perhatian.
Seseorang yang sangat dicintai oleh ayahnya.

Rasulullah ﷺ merasa sedih atas apa-apa yang menimpa Sayyidautna Khadijah, dan Sayyidatuna Fathimah mengetahui hal itu.
Jika telah pergi ibunya, siapakah yang akan menggantikan ibunya?

Tidakkah cukup kesedihan ini? Tidakkah cukup kepedihan ini setelah pergi Abu Thalib, sedangkan dia adalah orang paling lembut dan sekarang ibunya harus pergi juga. Sayyidatuna Khadijah dan kedua anaknya saling berbincang-bincang dan memberi wasiat, "Wahai Fatimah. Wahai Ummu Kultsum. Aku merasa ajalku telah tiba."

Sayyidatuna Khadijah terus memberikan wasiat-wasiatnya dan diantaranya yang terpenting dan sangat ditekankan adalah mewasiatkan untuk menjaga dan memperhatikan ayahnya.

Kesehatan Sayyidatuna Khadijah semakin melemah dan ajalnya pun sudah sangat dekat. Rasulullah  ﷺdatang menghampiri Sayyidatuna Khadijah ‎رضي الله عنها , seorang isteri yang paling dicintainya.

Sayyidatuna Khadijah ‎رضي الله عنها ,adalah wanita yang telah berkorban, dia adalah wanita yang lemah lembut yang menyelimutinya dengan penuh kasih sayang, dan membenarkannya ketika turun wahyu.

Sayyidatuna Khadijah ‎رضي الله عنها , adalah wanita yang selalu penuh perhatian, wanita yang memberikan bekal makanan ketika Nabi di Gua Hira.

Sayyidatuna Khadijah ‎رضي الله عنها ,adalah wanita yang menghibur Nabi ketika semua orang lari, wanita yang mempercayai ketika semua orang mendustakan. Wanita yang menolong ketika semua orang menghina dan memusuhi.

Beliaulah Sy Khadijah  ‎رضي الله عنها , yang Allahسبحا نه و تعالى pilih untuk menemani kekasih-Nya.

Ketika Rasulullahﷺ datang, mata Sayyidatuna Khadijah  ‎رضي الله عنها ,  berkaca-kaca yang diiringi tetesan air mata yang memancarkan suatu pandangan yang penuh kasih sayang, suatu pandangan sebagai pengantar perpisahan mereka Rasulullah  ﷺduduk di dekat Sayyidatuna Khadijah ‎رضي الله عنه.

Dengan perlahan Rasulullah‎ﷺ meletakkan kepala Sayyidatuna Khadijah di pangkuannya, sedangkan di samping kamar Sayyidatuna Fathimah menangis melihat semua ini dan Ummu Kultsum berusaha meredakan tangisan adiknya (Fathimah) yang masih kecil.

Sayyidatuna Fathimah sedih karena perpisahan dengan Sayyidatuna Khadijah bukanlah hal yang remeh.

Jika seorang puteri yang masih kecil ketika ditinggal ibunya bersedih sekali atau dua kali.
Akan tetapi perpisahan dengan Sayyidatuna Khadijah  ‎رضي الله عنها ,  bukanlah perpisahan dengan seorang ibu yang biasa, karena ibundanya adalah wanita muslimah yang pertama, wanita yang menjadi pelindung Islam, wanita yang sangat dicintai Rasulullahﷺ

Ketika Sayyidatuna Khadijah sedang dalam pangkuan Rasulullah ‎ﷺ datang sebuah khabar gembira. Rasulullah ‎ﷺ. Bersabda,
"Wahai Khadijah, sesungguhnya Jibril As datang menyampaikan salam dari Allahسبحا نه و تعالى atasmu."

Sayyidatuna Khadijah menjawab,
"Allahussalam Waminhussalam wa'alaikassalam Wailahi Ya'udussalam Wa'ala Jibril Salam."

Kemudian Nabi ﷺ berkata, "Wahai Khadijah, sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى telah memberimu khabar gembira dengan sebuah rumah yang sangat megah di syurga, yang tidak terdapat didalamnya kesusahan ataupun kesulitan sedikitpun.

Mendengar hal tersebut bercampurlah rasa gembira dan sedih meliputi dua gadis yang cantik ini (Sy Fathimah dan Sy Ummu Kultsum) sebuah rasa yang aneh dan menakjubkan.

Sesaat mereka berdua bergembira dan senang akan keadaan serta kedudukan yang didapatkan oleh ibunya, kedudukan yang tidak dicapai seorangpun (mendapat salam dari Allah سبحانه وتعالى), bersamaan dengan adanya rasa gembira ini, goresan rasa pedih dan rasa sakit yang sangat mendalam bercampur atas perpisahan yang sangat berat bagi mereka.

Akan tetapi ini semua adalah takdir dari Allah سبحانه وتعالى, maka Sayyidatuna Khadijah pun meninggal di pangkuan Rasulullah ﷺ.

Dan dinamakan tahun ini dengan tahun kesedihan (Aamul Huzn).

Rasulullah ﷺ kehilangan paman yang selalu menjadi penolongnya dan kehilangan isteri tercinta yang selalu menjadi penghibur hati dan meringankan beban Rasulullah ‎ﷺ.

🌹☘🌹☘🌹☘🌹☘🌹☘🌹☘🌹☘🌹☘

In syaa Allah kita lanjutkan besok ya sahabat.

۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞

Sumber :

@kalam_ ulama

Di tulis oleh Habib Abdul Qodir bin Zaid Ba'abud

Putri Bungsu Rasulullah ﷺ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang