🥰 Episode 3

151 23 0
                                    

بِسْمِ الله ِالرَّحْمنِ الرَّحِيْم

۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞


🔖Kelahiran dan Masa Kecil Sayyidatuna Fathimah ra

Hari-hari pun berlalu, Nabi ﷺ sholat didalam rumah dan mengajari Sayyidatuna Khadijah ra, anak-anak perempuannya juga belajar, serta Sayyidatuna Fathimah dalam bimbingan ayahnya yang penuh kasih sayang.

Belajar kemuliaan, ibadah, juga bersimpu di hadapan Allah سبحانه وتعالى.

Belajar zikir, juga bagaimana tatacara mengabdi kepada Allah سبحانه وتعالى di umur yang sangat kecil itu ia terdidik untuk naik ke darjat yang tinggi.

Sampai ketika umur Sayyidatuna Fathimah 7 tahun, Allah سبحانه وتعالى memerintahkan Nabi ﷺ menampakkan dakwahnya,
"Fasda' bima tu'mar wa'ridh 'anil musyrikin." Juga diperintahkan untuk memperingatkan keluarganya,
"Wa andzir asyirotakal aqrobiin."

Maka Rasulullah ﷺ melaksanakannya dan menampakkan dakwahnya.
Ketika Nabi ﷺ menampakkan dakwahnya, Sayyidatuna Fathimah dalam umur yang masih kecil itu sebagai gambaran dan suri tauladan dalam dakwah ini.

Sayyidatuna Fathimah dalam umur yang masih kecil ia menjadi gambaran dan suri tauladan. Nabi ﷺ berkata,
"Wahai kaum Quraisy, bani Abdul Muttholib, Abas bin Abdul Muttholib, Shofiyyah 'ammati (ibu saudara) Rasulillah, selamatkan dirimu karena aku tidak dapat berbuat apa-apa atas kalian di depan Allah.سبحا نه و تعالى"

Kemudian Nabi menujukan pembicaraan ke Sayyidatuna Fathimah, dan berkata,
"Wahai Fathimah binti Muhammad, selamatkan dirimu karena aku tidak dapat berbuat apa-apa di hadapan Allahسبحا نه و تعالى"

Sebagian orang heran dengan hadith ini juga ketika melihat periwayat hadis ini adalah Bukhari Muslim.
Bagaimana Nabi ﷺ menujukan pembicaraannya kepada kaum Quraisy, bapak-bapak saudaranya, juga ibu saudaranya, kemudian menujukannya kepada anak kecil yang berusia 7 tahun? Tidak lain karena Nabi ﷺ tahu kekhususan, keistimewaan dan pengetahuanya yang luas juga karena kecerdasannya dalam meresap ilmu yang diberikan Nabi ﷺ.

Coba kita renungkan apa yang ada dalam hati Zahra', sedang dia dalam umur yang masih kecil ketika mendengar ayahnya mengkhususkan dalam khithobnya? Tidak diragukan lagi khitob yang ditujukan ayahnya semakin membuat semangat dan menggerakkan Sayyidatuna Fathimah serta memberi kekuatan yang luar biasa dalam hatinya. Seakan-akan Nabi memberikan amanat yang besar dan mengkhususkan dengan perintahnya.

Di masa kecilnya, Sayyidatuna Fathimah selalu ikut di belakang ayahnya kemana beliau pergi. Mengikuti ayahnya ketika berjalan di jalan-jalan Makkah, karena kaum Quraisy telah menyakiti Nabi ﷺ bahkan mengirim pengintai untuk mengintai Nabi ﷺ.

Sy Fathimah khawatir dengan keadaan ayahnya.
Sayyidatuna Fathimah telah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kekerasan yang tidak pantas anak sekecil itu melihatnya.

Para ulama' berkata bahwa Fathimah tumbuh dengan pertumbuhan yang sangat bagus. Mempersiapkan anak cucu yang ada di rahimnya, dan menumbuhkan sifat keimanan yang kuat. Kerana di masa sekecil itu,Sy Fathimah menghadapi banyak cobaan yang berat, maka terbentuklah dalam diri Sy Fathimah keperibadian yang kuat dan mandiri, yang mana dengannya memberikan kesiapan atas dirinya untuk mendidik anak-anaknya kelak.

Suatu hari Sayyidatuna Fathimah keluar, yang mana tidak tergambarkan dalam benak kita anak perempuan sekecil ini yang sangat lembut hatinya, rahmat terhadap sesama, seseorang yang penuh rasa kasih sayang, yang terdidik di rumah yang penuh keistimewaan, keluar mengikuti ayahnya menujuh Ka'bah.

Ketika Nabi ﷺ sedang melakukan ibadah, Sayyidatuna Fathimah menunggu ayahnya di sampingnya.

Ketika ayahnya sedang sujud, datang manusia paling celaka yaitu Uqbah bin Abi Mu'ait beserta teman-temannya, mendekati Nabi yang sedang sujud, dan Uqbah menginjakkan kakinya di atas kepala Rasulullah ﷺ, kemudian menarik Nabi dan mencekiknya dengan sangat keras sehingga mata Nabi ﷺ menonjol keluar.

Kemudian datang Sayyiduna Abu Bakar ra dengan berlari, berusaha mencegah hal ini, menarik , menahan ini. Sedangkan Sy Fathimah ra hanya boleh melihat dengan mata kepalanya sendiri yang diiringi air mata dan berdoa. Kemudian Uqbah dan teman-temannya berpindah memukuli dan menyiksa Sayyiduna Abu Bakar ra.

Sayyidatuna Fathimah bergegas menolong ayahnya dan membawa pulang.

Pulang dalam keadaan menangis dan penuh kesedihan dalam hati Sayyidatuna Fatimah. Anak sekecil itu menyaksikan ayahnya dianiaya orang-orang Quraisy.
Di mana seharusnya mereka berbuat baik, karena ayahnya adalah orang yang terkenal pemurah, jujur, yang selalu diperbincangkan kejujuranya.
Ayahnyalah yang menyelesaikan pertikaian Quraisy dalam meletakkan Hajar Aswad, dan menyelamatkan Quraisy dari perpecahan, permusuhan, dan pembunuhan.

Tapi, sekarang apa balasan mereka?
Apa kehendak mereka? Apa yang mereka mau sehingga berbuat seperti ini?
Nabi ﷺ tidak pernah bergaul kecuali dengan mahabbah.

Sayyidatuna Fatimah menggalami derita yang mendalam di masa pertumbuhannya.
Di masa kecil yang seharusnya tidak mengenal kecuali kasih sayang, kelembutan, dan kegembiraan.
Akan tetapi Sayyidatuna Fatimah hidup dengan penderitaan ini dan mulai merasakan kesedihan atas ayahnya ﷺ.

Maka kembali Nabi ﷺ ke rumahnya duduk didampingi Sayyidatuna Fatimah, yang hanya bisa membisu dan menatap wajah ayahnya.
Dengan air mata yang terus mengalir atas apa yang telah menimpa ayahnya.

Kemudian Sayyidatuna Khadijah menghampiri Nabi ﷺ dengan penuh kasih sayang, merawat, membersihkan dan mengusap bekas darah dan lebam yang ada di wajah Rasulullah ﷺ akibat pukulan-pukulan orang Quraisy.
Tanpa disadari Sayyidatuna Khadijah meniteskan air mata dan bertanya atas apa yang terjadi, Nabi pun menceritakannya.

Suatu hari Rasulullah ﷺ keluar, dan Sayyidatuna Fathimah mengikuti di belakangnya menuju ke Ka'bah

Kemudian Nabi ﷺ melakukan sholat dan Sy Fathimah duduk di samping ayahnya. Sedangkan di samping Ka'bah orang-orang Quraisy sedang berkumpul.
Tiba-tiba datang salah satu dari mereka membawa bungkusan yang berisi kotoran dan darah onta yang baru melahirkan yang sangat bau dan menjijikkan mendekati Nabi ﷺ dan menuangkannya di punggung, leher serta kepala Nabi ﷺ.

Mereka menertawakan Rasulullah ﷺ bergembira, menari-nari sambil bertepuk tangan. Bahkan ada yang sampai jatuh terlentang kerana terlalu kuat tertawa.
Rasulullah ﷺ tetap khusyuk dalam sujudnya. Sayyidatuna Fathimah menangis dan menghampiri ayahnya.

Dalam keadaan menangis Sayyidatuna Fathimah menghampiri ayahnya, sambil membersihkan kotoran-kotoran yang ada di bahu ayahnya seraya berdoa atas orang kafir. Kemudian Nabi ﷺ bangun dalam keadaan marah dan berdoa, "Ya Allah, celakakanlah Uqbah bin Abi Mu'ait, celakakanlah Hisam bin Hakam, celakakanlah Utbah."

Maka Demi Allah, tidak disebut nama mereka kecuali terbunuh di perang badar.

😭Maka pulang Nabi ﷺ sedangkan air mata Sayyidatuna Fathimah terus mengalir. Ketika sampai dirumah Sayyidatuna membersikan kepala ayahnya dan mencuci baju ayahnya dalam keadaan menangis. Maka Nabi ﷺ berkata, "Wahai jantung hatiku Fathimah, janganlah kau menangis kerana Allah سبحانه وتعالى selalu menjaga ayahmu."

🌹🍃🌹🍃🌹🍃🌹🍃🌹🍃🌹🍃🌹

In syaa Allah kita lanjutkan besok ya sahabat.

۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞

Sumber :

@kalam_ ulama

Di tulis oleh Habib Abdul Qodir bin Zaid Ba'abud

Putri Bungsu Rasulullah ﷺ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang