Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, dirinya sendiri, keluarga masing-masing, dan SM Entertaiment. Saya hanya meminjam nama mereka untuk kepentingan cerita ini. Jika merasa cerita anda mirip saya tidak berniat mengcopy cerita anda karena ini murni dari imajinasi saya.
Nb: Doyoung in Renjun's Body
Warning : Typo bertebaran !
Check this out !
.
.
.
"Ayo pergi ke luar!"
Doyoung melotot mendengarnya, ia bahkan belum mandi dan wajahnya masih kusut di pagi akhir pekan begini. Tentu saja, ia baru bangun tidur dan kebiasaan di kehidupannya yang asli bahwa ia akan bangun telat setiap akhir pekan. Ia barusan bangun hanya untuk minum dan menghangatkan makanan tadi malam untuk sarapan Jeno.
Tapi Jeno mengajaknya keluar.
"Ke mana? "
Jeno tersenyum, "Kau butuh udara segar."
Doyoung mengerjap, tangan Jeno terangkat mengusak surai milik Renjun. "Kau harus mandi! "
Doyoung langsung kembali ke kamar, secepat kilat mandi dan berdandan, ia harus membuat Renjun cukup menawan untuk bersanding dengan Jeno. Doyoung sebenarnya bukan di usia anak sekolah menengah yang polos. Ia sudah dewasa dan tahu bahwa itu adalah ajakan berkencan. Dan itu cara Jeno mengajak Renjun berkencan.
Daripada Jaehyun yang terang-terangan, Jeno terdengar lebih manusiawi untuk Doyoung.
Jeno itu tampan apalagi dengan garis-garis wajah yang tegas. Hanya dengan celana denim, kaus yang dibalut krmbali dengan kemeja hijau pastel, pemuda itu sudah seperti Dewa Yunani yang tampan. Doyoung juga tahu Jeno mengenakan pakaian-pakaian merk lokal berbeda dengan Jaehyun yang memang memiliki koleksi pakaian mahal.
Jeno adalah versi Jaehyun yang lebih manusiawi untuk Doyoung.
"Kita sarapan di cafe dekat halte saja."
Doyoung mengangguk, mereka berjalan menuju cafe yang di maksud. Setelah sarapan, mereka menunggu bus yang tidak begitu lama datangnya. Bus itu sepi mungkin karena akhir pekan dan banyak orang yang ingin bermalas-malasan di atas kasur, jadi mereka bisa duduk di bangku paling belakang dekat jendela.
Jeno menggenggam tangan Renjun, Doyoung masih saja takjub dengan betapa genggaman mereka sangat pas untuk satu sama lain. Tangan Jeno yang besar dan jari-jarinya yang panjang pas untuk tangan Renjun yang mungil dan menggemaskan.
"Kita akan pergi ke mana? " tanya Doyoung.
"Aku ingin mengajakmu ke perpustakaan untuk mencari referensi. Kalau kau tidak mau masuk, kau bisa menunggu di tamannya."
Doyoung menggeleng, ia sebaiknya ikut masuk dan membaca beberapa buku tentang seni. Ia mungkin tidak bisa menjadi Renjun seutuhnya tapi ia harus hidup sebagai Renjun sekarang. Maka setidaknya ia harus membaca tentang seni untuk menjadi bagian dari Renjun.
Jeno mengajaknya ke perpustakaan nasional. Koleksinya sangat lengkap, bahkan Doyoung juga pergi ke tempat ini untuk referensi tugas akhirnya. Mereka berpisah sejenak untuk mencari buku masing-masing.
"Kau mungkin akan bosan jika berlama-lama membaca. Tapi bertahanlah sedikit, aku akan mencatat bahan-bahan yang aku butuhkan dan kita keluar."
Doyoung sebenarnya tidak keberatan dengan hal semacam itu. Tapi Hwang Renjun tidak, pemuda yang tubuhnya ia tempati sekarang lebih betah di depan lukisan daripada buku. Jadi setidaknya ia berusaha untuk menyesuaikan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side
FanfictionDoyoung terbangun di sebuah kamar dengan banyak lukisan yang tidak ia ketahui. Tubuhnya terasa lebih ringan ketika ia bangkit. Ia bercermin dan tekejut karena ia lebih pendek dan wajahnya lebih muda dari yang dia ingat. apalagi dengan warna rambutn...