"Vape tuh biar apa sih, Za?"
"Enak, kan? Wangi permen karet." Reza menghembuskan asap vape beraroma permen karet dari mulutnya. Bahkan Ia malah sengaja meniup asapnya hingga mengenai wajah Frida.
"Buang-buang uang. Gak ada manfaatnya," kesal Frida.
"Bunda bilang bole kalo pake uang aku sendiri," ujar Reza. "Ini aku beli pake hasil jual baju. Kemaren-kemaren ada yang dateng terus pesen banyak ke distro."
"Distro punya kamu, Za?" tanya Frida. Reza menggeleng, namun kemudian mengangguk. Gerakan kepala Reza mengundang kerutan alis Frida. "Jadi gimana yang bener?"
"Punya aku, punya Zagi, punya Adit, punya Alfin, barengan Aldo juga."
Aldo.
Jari telunjuk Reza terangkat menunjuk temannya di bangku sebrang. "Aldo yang rambutnya keriting. Yang kemarin pinjemin gitar biar aku bisa nyanyiin kamu."
Frida menoleh, mengikuti arah telunjuk Reza, menatap sosok cowok bernama Aldo tersebut. Yang ditatap juga sadar, Ia membalas tatapan Reza─atau lebih tepatnya Frida─tanpa sedikitpun mengubah ekspresi wajahnya yang datar.
"Dia emang jarang ngomong, tapi suka ngamatin sekitarnya diem-diem," jelas Reza. "Yang suaranya paling bagus, yang pasti bawa gitar kalo ke sini."
Reza masih berbicara. Bahkan tak hanya tentang Aldo, Reza pun menceritakan tentang Adit yang hobi spam, Alfin yang terbiasa diejek karena sering galau, Zagi yang merupakan pemilik saung kopi yang mereka duduki saat ini. Tapi sayang Reza tak menyadari, kontak mata antara Aldo dan kekasihnya belum putus.
I've got fire for a heart~
I'm not scared of the dark~Dibarengi dengan getaran, ponsel Reza berdering memutar lagu terkenal milik One Direction, "Drag Me Down". Dan saat itu, Reza spontan menghentikan kalimatnya, bersamaan dengan Frida yang dengan refleks memutuskan kontak matanya dengan Aldo.
"Siapa, Za?"
"Bunda."
Sementara Reza sibuk berbicara dengan bundanya di telepon, Frida kembali melirik Aldo sesekali. Gadis itu hanya ingin memastikan. Ternyata, Aldo masih dengan berani menatap gadis berkacamata itu, tak mau berpaling dari wajah manis Frida.
Tak butuh waktu lama, Reza menyudahi sambungan teleponnya. Frida langsung saja bertanya pada Reza tentang apa yang Ia bicarakan bersama bundanya di telepon.
"Bunda suruh aku jemput Gilbran, lagi sakit."
"Terus aku gimana?"
Bukannya menjawab, Reza malah berdiri. Ia mengulurkan tangannya agar Frida mau meraihnya dan ikut bangun. Menurut, Frida pun menggenggam tangan Reza dan bangun, kemudian membuntuti cowok itu yang menghampiri sohib-sohib dekatnya yang tengah sibuk main kartu.
"Gi, gue mau jemput Gilbran. Lo bisa tolong anterin Frida balik gak?" tanya Reza pada sahabatnya yang berambut gondrong bergelombang itu.
Zagi menggeleng. "Sorry, Za. Mobil barusan banget dibawa balik Abang. Doi balik lagi ke sini ntar sekalian tutup saung."
"Adit?"
"Gue kan ke sini nebeng Alfin, Za."
"Berarti Alfin bisa anterin?"
Alfin malah nyengir. "Aldo aja deh yang nganggur. Lo ga liat ya gue nanggung lagi main kartu."
Lantas tatapan orang-orang di situ teralih pada cowok berambut ikal yang saat ini masih saja menunduk menatap ponselnya. Earphone masig terpasang di telinganya, hingga teman-temannya mengira kalau Aldo mendadak budek.
"Dia gak denger kali, Za,"
"Gue gak bawa motor," gumam Aldo kemudian, membuktikan bahwa Ia mendengar segala yang diributkan teman-temannya tadi. Tapi pandangannya masih belum mau teralih dari ponselnya.
"Cuma lo doang, Fin." Reza nenatap Alfin memelas. "Please, kali ini doang."
"Aku ikut kamu jemput Gilbran aja deh, Za," bisik Frida pelan.
Seperti yang dikatakan Reza tadi, Aldo merupakan sosok yang diam namun pengamat. Cowok yang sedari tadi hanya menunduk kini mendongakkan kepalanya. Aldo menatap Reza, kemudian Frida di detik selanjutnya.
"Gue yang anter cewek lo, pake motor Alfin," kata Aldo akhirnya. Tapi seraya mengucapkan kalimat itu, mata Aldo tidak bisa lepas dari mata dibalik kacamata Frida.
"Makasih banyak, Do. Gue buru-buru."
"Sama-sama. Gue iklas, gue yang... anter... Frida pulang."
☕☕☕
kayaknya bakal ngebut tamatin kopi dan kamu sebelum fokus ke elastic heart & samudra.
kalian tau sendiri, elastic heart sama samudra itu perjalanan yang bakalan panjaaaaaaaang banget. ngetik 5 chapter kopi dan kamu sama dengan satu chapter samudra atau elastic heart.
so, elastic heart dan samudra gabisa aku bagi bagi sama cerita lain fokusnya.
makanya, aku bakal tamatin ini dulu mumpung dikasih waktu dan aku bisa lancar ngetik.
SEMANGATNYA DONG?!
![](https://img.wattpad.com/cover/203753714-288-k761480.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kopi dan Kamu
Cerita Pendek❲ ✓ ❳ Ini cerita singkat tentang Syahreza Manuela, cowok pantai yang cinta kopi dan musik indie. Tapi selain itu, Reza juga cinta dia. Dia adalah Frida Risyanawati, cinta pertama Reza. Reza bukan hanya suka, tapi kelewat cinta pada Frida. Semuanya b...