Kopi dan Kamu ☕ 12

88 20 18
                                    

"Sorry banget Za, gue gak bisa nampung lo malem ini. Perkiraan bokap nyokap balik dari Jakarta itu jam 11 nyampe sini," jelas Zagi panjang lebar, mencoba menolak dengan halus ketika Reza meminta izin untuk menginap dirumahnya.

"Oke gue tau berat bagi kalian buat nolongin gue," ketus Reza sambil berdiri, hendak pergi lagi tanpa memberikan Alfin dan Adit kesempatan untuk bicara.

"Gak gitu, Za," cegah Adit.

"Gapapa," ucap Reza pelan yang kemudian langsung melenggang pergi, meninggalkan ketiga temannya yang melongo tidak mengerti.

"Bukan salah kalian," ujar Alfin tiba-tiba. "Reza kalo sensi gitu berarti ada masalah. Yang pastinya bukan masalah sama kita. Palingan juga ceweknya."

"Apa ada hubungannya ama Aldo?" tanya Adit yang disambut tawa Zagi dan Alfin.

"Nggak mungkin."

Sementara itu, Reza pergi mengendarai mobilnya tanpa tahu arah tujuan. Pulang malas, teman tidak ada. Hingga ketika indera penglihatannya menangkap sebuah toko swalayan 24 jam, tangannya langsung membelokkan setir dan parkir di depan sana.

Reza turun dari mobilnya. Ia memasuki minimarket tersebut dan berjalan-jalan berkeliling, tidak tahu apa yang akan dibeli. Satu yang pasti, Reza membeli kopi. Tapi Ia sedikit bingung ingin membeli apa untuk mengisi perutnya yang kosong.

Kopi, roti sobek, dan camilan ringan. Setelah merasa cukup, Reza pergi ke kasir untuk membayar makanannya.

"Mbak, Esse Berry Pop satu."

Mbak-mbak kasir pun mengambil sebungkus rokok yang diminta Reza.

"Ada tambahan lagi?"

Reza sedikit menunduk, memerhatikan sesuatu yang ada di depannya. "Mbak, coklat yang paling enak yang mana?"

Mbak kasir terdiam melongo, bingung sendiri mau bagaimana menjawab pertanyaan Reza.

"Ya udah deh," gumam Reza yang pandangannya masih belum beralih dari coklat-coklat tersebut. Ia akhirnya mengambil 5 batang coklat dengan merek berbeda tiap batangnya. Silverqueen, Cadbury, Delfi, Toblerone, dan Dove. "Udah mbak. Itu aja."

Mbak kasir menahan senyumnya, sedikit geli dengan sikap tidak jelas cowok di hadapannya. Tapi Ia harus profesional. Ia tidak boleh tertawa, dan juga tidak boleh lupa menawarkan sesuatu yang menjadi ciri khas minimarket berlogo merah dan kuning tersebut.

"Sekalian pulsanya mas?"

☕☕☕

words count : 326
lupa ngetik jamber :D
sekitar jam 12an lah kayanya

Kopi dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang