34. Persiapan Perang

60 14 0
                                    

Noran masuk ke dalam ruangan dan mengunci pintunya, dirinya kemudian duduk dengan tenang.

"Blacksmithing!" ucap Noran.

Sebuah kubus merah muncul di udara, mengambang dan mengeluarkan hawa hangat.

Noran melemparkan sebuah ingot besi dan mulai membuat pedang lainnya.

[Mana -1000!]

Mana Noran berkurang dalam membuat pedang tersebut, ia hanya mampu membuat 6 pedang dalam sekali jalan.

Saat Mp miliknya hampir habis, ia akan meminum potion untuk memulihkan mana miliknya.

Beberapa jam telah berlalu, kini di hadapannya telah terbuat 450 Iron Sword tingkat Rare dan 50 lainnya yang memiliki tingkat Super Rare.

Ratusan botol potion kini berserakan di dalam ruangan ini, Noran tidak menyangka akan membutuhkan begitu banyak potion.

"Hah... Ini melelahkan pikiranku..." gumam Noran.

Mentalnya telah terkuras begitu besar, wajahnya sekarang pucat dan tubuhnya lemas.

Noran kemudian mencoba bangkit dan berjalan menuju ke pintu ruangan, di balik ruangan terlihat dua prajurit menjaga ruangan itu.

"Hah.." nafas Noran tidak beraturan.

Kedua prajurit itu memandang Noran yang pucat, mereka merasa panik. Mengapa ia bisa begitu pucat dan lemas?

"Panggil Duke Aaron ke sini." ucap Noran.

Seorang prajurit segera berlari untuk memanggil Duke Aaron, sementara prajurit lainnya kini membantu Noran berjalan kembali ke ruangan tersebut.

Noran menyimpan kembali semua botol potion itu, di ruangan ini hanya ada dua tumpukan pedang dalam jumlah besar.

"Istirahatlah tuan muda." ucap sang prajurit.

Ia membantu Noran untuk duduk, beberapa saat kemudian dua orang pria berjalan masuk, mereka adalah Duke Aaron dan sang prajurit.

Duke Aaron tergesa-gesa menuju ke ruangan Noran berada, itu karena sang prajurit mengatakan Noran memiliki penampilan pucat dan lemas.

Ia menjadi begitu khawatir, bagaimana jika Noran terkena racun? Itulah yang ia pikirkan.

"Noran! Apa yang terjadi?" tanya Duke Aaron.

Ia melihat Noran yang duduk di lantai dengan wajah yang pucat, tubuhnya nampak begitu lemah.

"Bukan apa-apa, aku hanya kelelahan. Ambil semua senjata itu, itu akan membantu pasukanmu." ucap Noran.

Duke Aaron mengangguk, menyuruh keduanya untuk memanggil lebih banyak prajurit untuk membawa tumpukan pedang-pedang itu.

"Biar kubantu kau." ucap Duke Aaron.

Ia memapah Noran dan membawanya ke kamar yang sebelumnya di tempati oleh Noran.

Ia menyuruh beberapa pelayan untuk mengurusnya dengan baik dan membiarkan beristirahat.

"Hah, ini akan menjadi peperangan yang sulit." gumam Duke Aaron.

Dua Duke lainnya tidak mungkin hanya akan diam, mereka pasti akan melakukan langkahnya.

Keadaan wilayahnya menjadi semakin dan semakin rumit, ia hanya berharap agar takdir dapat membantunya, setidaknya menyelamatkan putrinya.

Di halaman mansion, ada tiga kereta kuda yang di penuhi oleh tumpukan iron sword, tak jauh dari kereta kuda terlihat Toun sedang melatih 20 prajurit berperisai.

...

Keesokan harinya, Noran telah kembali seperti sedia kala, kini penampilannya segar dan cerah.

Beberapa pelayan mansion menyambutnya dan membawakan makanan untuknya.

Noran kemudian memakan sarapannya dan turun ke lantai satu, sepertinya semua persiapan telah selesai.

Noran berjalan keluar dan berdiri di dekat pintu, Duke Aaron menghampirinya.

"Semua persiapan telah selesai, aku akan membawanya ke wilayahku." ucap Duke Aaron.

Wilayah Duke Aaron berada di sisi utara kerajaan Rosvelt, dengan luas wilayah mencapai 5000 kilometer.

Wilayah Duke Aaron berada di tempat yang indah, terdapat sebuah lembah yang memiliki ribuan bunga. perkebunan apel yang luas dan juga penduduk yang ramah.

Kota Artus adalah pusat dari wilayah Duke Aaron, ekonomi terbesar dan militernya berada di sana.

Noran juga mengikuti mereka, perang ini di sebabkan dirinya maka ia ingin menyelesaikannya juga.

Duke Aaron membawa istri dan putrinya juga, ibukota sudah tidak aman untuk keluarganya. Bisa saja rubah tua itu menculik istri dan anaknya lalu menggunakan mereka sebagai sandera.

4 kereta kuda berjalan meninggalkan ibukota, 1 kereta penumpang dan 3 kereta barang, di sekeliling mereka terdapat puluhan prajurit yang menjaga.

Ibukota menjadi heboh, ini karena berita kemarin mengejutkan mereka, Duke Aaron dan Duke Russel telah menyatakan peperangan mereka.

Dua Duke lain juga telah mempersiapkan pasukan mereka, memanfaatkan peperangan keduanya adalah hal yang sangat tepat.

Keduanya akan menyerang pihak yang kalah dan mengambil wilayah mereka dengan kekuatan militer.

Kaisar Rosvelt, yang mulia Roland Eavu von Rosvelt telah mendengar ini. Sebagai kaisar, ia hanya memegang 50% kekuasaan dari total seluruh kerajaan Rosvelt.

Sementara 50% sisanya di pegang oleh para bangsawan. Jika ia menghentikan dua Duke secara paksa, ia bisa saja terseret dalam peperangan dan membuat kerajaan dalam perang saudara.

Kini, kerajaan Rosvelt adalah kerajaan terlemah dari 7 kerajaan besar, jika terlibat dalam perang saudara maka bisa di pastikan, musuh mereka yaitu kekaisaran Zugen akan menyerang.

"Bagaimana situasinya jenderal?" tanya sang Kaisar.

"Situasi memburuk tuan, kedua Duke kini telah memulai persiapan mereka. Apakah kita akan mengirimkan pasukan kerajaan?" tanya sang jenderal.

Sang menteri yang berada di ruangan tersebut berdiri, menolak usulan sang jenderal.

"Yang mulia, kita tidak bisa mengirimkan pasukan, kedua Duke bisa saja berpikir yang mulia memihak ke salah satu pihak.

Ini bisa membuat kerajaan terlibat dalam perang saudara. Kerajaan besar lainnya mungkin akan menyerang kerajaan Rosvelt ketika tahu kerajaan dalam peperangan saudara." ucap sang menteri.

"Tapi yang mulia, keamanan kerajaan akan terganggu, keduanya merupakan seorang Duke, aset kekuatan yang penting untuk kerajaan Rosvelt." ucap sang jenderal.

"Aku tidak akan mengirimkan pasukan, terlalu beresiko. Kirimkan surat untuk menyuruh keduanya menahan diri." ucap sang kaisar.

Sang kaisar kemudian pergi dari ruang singgasana bersama sang menteri di belakangnya.

Sementara sang jenderal mengepalkan tinjunya dan melaksanakan perintah sang raja.

"Ini hanya langkah sia-sia." gumam sang jenderal.

...

Noran dan 4 anggota partynya, kini menunggangi kuda mereka dan bergabung di barisan pasukan Duke Aaron.

Awalnya Duke Aaron menyuruh Noran untuk naik kedalam kereta kuda, namun ia menolaknya.

Akan lebih mudah baginya untuk melawan monster yang menganggu dalam perjalan dengan kudanya.

"Kemana kita akan pergi tuan?" tanya Sin.

"Kita akan pergi ke kota Artus, wilayah Duke Aaron." ucap Noran.

"Apa kita akan bergabung dalam perang ini tuan?" tanya Sin.

"Ya, kita akan bergabung dalam perang ini karena aku yang menyebabkan peperangan ini." ucap Noran.

Seven KingdomsWhere stories live. Discover now