Festival pun tiba. Banyak sekali orang yang ikut meramaikan berbagai acara yang disajikan. Bahkan banyak pendatang dari luar kota turut hadir demi festival hari ini.
Acara puncak akan diadakan pada malam hari. Aku dan tim penari akan ikut serta mengisi nanti.
Tapi sebelum itu, aku juga akan menikmati ragam acara yang tersaji saat ini.
Aku berdiri dengan beberapa teman panitia. Melihat bazaar makanan yang ada di sekeliling kami.
"Wah banyak banget makanannya. Aku harus cobain. Ayo Leo temani aku untuk berwisata kuliner", ujarku semangat kepada Leo.
Tanganku langsung menarik sebuah tangan. Mengarahkannya ke beberapa stand makanan. Memilih makanan terbaik versiku yang akan aku coba.
"Leo ayo kita makan ini", kataku dengan mata yang berbinar-binar.
"Ayo deh", jawab seseorang yang tangannya sedang kutarik.
Eh kok suaranya beda? Ini bukan suara Leo, batinku saat itu.
Aku pun menoleh ke belakang. Kudapati sosok yang lain bersamaku.
"Hai, Ra", Bio nyengir.
"Astaga aku salah tarik tangan orang", ucapku malu.
"Lain kali jangan asal tarik, Ra. Untung aja tangan aku yang kamu tarik, gimana kalau orang lain", Bio menasihatiku.
"Maaf ya aku gak sengaja. Abisnya pengen cepat-cepat nyobain makanan yang ada disini", kataku.
"Yaudah. Jadi mau makan ini?", tanya Bio.
Aku mengangguk bersemangat.
Bio tersenyum.
Kami pun segera membeli makanan dan minuman yang akan disantap. Dua burger dan dua minuman boba sudah berada diplastik yang kami pegangi. Selanjutnya kami duduk dibawah pohon untuk menyantap makanan dan minuman tersebut.
"Aaa akhirnya kenyang", ucapku girang.
Bio tertawa melihat tingkahku.
"Ayo ke pameran. Disana banyak lukisan yang bagus katanya, Ra", ajak Bio.
"Ayo, Bi. Go go go", kataku.
Bio terkekeh.
Ketika berjalan menuju pameran, banyak sekali kerumunan orang-orang. Membuatku merasa sulit berjalan. Aku hampir saja terpisah dari Bio jika tangannya terlambat menarikku.
"Pegangan sama aku ya biar gak misah", ujar Bio.
Ku lihat sosok Bio dari belakang. Aku merasa terlindungi oleh pemilik punggung yang bidang ini. Aku senang.
Bio masih menggandeng tanganku saat kami mengelilingi lukisan demi lukisan yang ada di pameran.
"Bagus banget ya lukisan-lukisan ini. Seniman Indonesia benar-benar luar biasa", kata Bio mengangumi.
Aku mengangguk setuju.
Setelah puas melihat pameran, kami pun beranjak keluar.
"Bi, aku harus pergi ke gedung utama. Udah waktunya untuk siap-siap. Penari harus udah di gedung dua jam sebelum acara dimulai", ucapku sekaligus izin pamit.
"Aku akan lihat kamu saat tampil nanti. Aku janji", ucap Bio dengan penuh keyakinan.
"Lily. Aku akan bawa bunga lily kesukaan kamu, Ra", lanjutnya.
Aku melambaikan tangan kepada Bio, sebagai kode bahwa kami harus berpisah sekarang.
Selama diperjalanan menuju gedung utama, pertanyaan muncul di kepalaku. Bagaimana Bio tahu aku suka bunga lily? Aku bahkan tidak pernah menceritakan itu, pikirku.
Tapi karena ingin fokus dengan penampilan nanti, aku pun tidak terlalu memikirkan hal tersebut.
Aku harus menampilkan yang terbaik nanti, karena aku yakin usaha tidak akan mengkhianati hasil, yakinku.
Jam menunjukkan pukul 8 malam. Tiba saatnya kami tampil menari diatas panggung. Tarian demi tarian kami tampilkan. Hingga terdengar sorak gembira dari para penonton yang menunjukkan bahwa mereka terpukau dengan penampilan kami. Tak lupa mereka juga memberikan tepuk tangan yang meriah ketika kami selesai menari.
Kami pun kembali ke belakang panggung. Berselfie ria sebelum make up dihapus.
Seseorang melangkah ke arahku dengan bouqet bunga lily yang digenggamnya.
"Selamat Hira. Aku menepati janjiku kan", ujar Bio.
"Terimakasih Bio", aku tersenyum.
"Kamu cantik, Ra. Ini untuk kamu", Bio menyodorkan bouqet bunga tersebut padaku.
"Terimakasih sekali lagi Bio", ucapku malu-malu.
"Hubungi aku kalau mau pulang, aku akan mengantarmu. Aku akan tunggu kamu", kata Bio sambil mengelus puncak kepalaku.
Aku terpaku. Spontan tidak tahu harus memberikan respon seperti apa. Walaupun begitu aku tidak menolaknya.
Hari ini, Bio berbeda dari biasanya. Sebenarnya dari dulu hingga kini, banyak hal janggal yang Bio hadirkan. Tapi, bagaimana pun sosok Bio yang sebenarnya, itu tidak akan mengubah perasaanku yang hari ini baru kuakui.
Bio membuatku senang dengan caranya yang sederhana. Dia membuatku merasakan hal yang romantis walau hanya dengan melihatnya yang tersenyum manis. Bio menambahkan warna baru di hidupku, yang meskipun masih samar, namun tetap ku tunggu dengan sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaimana Kamu Tahu Itu Aku?
RomanceKamu tidak akan pernah tahu bagaimana semesta berencana. Bagaimana rumitnya sebuah pertemuan, begitu pula perpisahan. Apa yang akan kamu lakukan jika semesta memperkenankan takdir yang rumit itu terjadi? Apakah kamu akan menghindarinya, atau kamu ak...