Peserta dan Peraturan

148 14 4
                                    

Devils Room

Dari arah satu-satunya sudut yang paling gelap di ruangan itu, terdengar sebuah benda elektronik yang menyala. Semua mata tertuju kearah yang sama. Layar komputer tanpa monitor menampilkan gambar hitam dengan garis-garis putih yang tak menentu.

Satu persatu orang di ruangan itu mendekati layar komputer di ruangan 12m X 25m persegi itu. Dan tiba-tiba, dari arah belakang layar itu mengeluarkan lantunan musik yang terdengar ceria. Seisi ruangan tertegun.

Jefri memeriksa di segala sisi layar komputer itu. Ia mencari darimana musik bisa terdengar dan bagaimana cara menghentikannya.

Musik akustik itu terlantun hampir setengah menit dan diilanjutkan suara sebuah bel, hingga suara seseorang bergema disana.

"Hallo... Selamat datang di Devils Room. Sesaat lagi, tempat ini akan menjadi neraka kecil dunia untuk kalian semua" kalimat pertama yang muncul membuat kaki siapapun pasti bergetar.

"Dan sebelum menikmati maut kalian masing-masing, Saya akan memperkenalkan siapa masing-masing diantara kalian yang berada di ruangan indah ini" tambahnya.

Semua orang dalam ruangan tersebut terlihat semakin gelisah setelah kalimat kedua muncul.

"Peserta Pertama" suara itu berhenti beberapa detik dan menampilkan foto Nikita di layar. Perempuan 25 tahun itu menutup mulut dengan tangan kirinya.

"Nikita Marazalina. Istri Sirih, Simpanan seorang Pejabat. Memandang remeh arti dari sebuah pernikahan hanya untuk uang. Begitu banyak orang yang telah ia rugikan dan sakiti. Tidak hanya istri, anak-anak, dan keluarga dari pejabat itu. Teman-teman sosialitanya pun banyak yang telah ia tipu. Memanfaatkan paras cantiknya dengan cara yang sangat baik. Keserakahannya pada harta membuatnya tega merusak rumah tangga orang lain".

Nikita terlihat ketakutan. Semua mata kini menatapnya dengan sinis. Ia berjalan mundur, menghindari kerumunan dengan tatapan penuh benci itu.

"Dasar Pecun! Najis lo..." ucap Kenta.

"Bisa BO (Booking)? Berapa range-nya?" timbal Chico.

Yuki berusaha mendorong satu-satunya perempuan selain dia itu. Langkahnya terhenti sebab layar itu kembali bersuara.

"Peserta Kedua kita, Jefri Nico". Foto Jefri terpampang di layar komputer. Kini tatapan –tatapan tajam itu berpindah kearahnya.

"Seorang Penjahat Kelamin. Ia sangat gemar menculik dan memperkosa anak-anak perempuan di bawah umur yang tinggal di sekitar rumahnya".

Jefri hendak menendang layar itu yang kemudian di tahan oleh Chico. Pria itu melingkarkan lengannya di leher Jefri dari belakang.

"Tahan Bro... Tahan..." ucap Chico.

"Mengoleksi ribuan video porno pedofil di kamarnya. Pernah juga memperkosa adik semata wayangnya hingga ia meninggal dunia. Sayang saja, keluarganya enggan melaporkan dirinya ke polisi karena rasa sayang terhadap anak kandungnya lebih besar daripada ke anak angkatnya". Jefri berteriak, memaki. Meminta layar itu menghentikan ucapannya.

"Anjir, harusnya gue lagi casting. Ini malah ada d tempat sialan kayak gini! Udah cantik, rapih, wangi" keluh Yuki tidak mempedulikan ucapan di layar kembali.

"Peserta Ketiga". Kini giliran foto Yuki Keinarra terpampang.

Yuki kini mengarahkan ketidak peduliannya pada semua arah mata yang melihat padanya. Ia melihat satu persatu wajah mereka dan tersenyum serta mengangkat bahu kirinya. Tak ada ketakutan atau penyesalan di wajah makeupnya yang flawless.

The Faces of The Devil (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang