Adipati Abiyasa

55 2 0
                                    


POV Adipati

Jika ada yang bertanya bagaimana rasanya menjadi orang yang ahli dalam ilmu supranatural, atau yang biasa mereka sebut dukun atau paranormal, mungkin saya hanya bisa tersenyum. Karena saya bukan orang yang ahli menjadi dukun atau paranormal. Mereka hanya mempercayai bahwa saya ahli, namun sesungguhnya saya bukanlah seorang ahli supranatural yang seperti mereka pikirkan.

Ada banyak hal yang takkan bisa saya pungkiri tentang saya yaitu, saya terlahir dari seorang pasangan ahli klenik. Bapake, sebutanku untuk ayah adalah seorang kejawen begitupun juga Mamake, ibuku. Saya hidup bersama mereka dan mengamati semua hal yang mereka lakukan.

Bapake termasuk dukun yang di segani karena banyak membuktikan kesaktiannya. Saya pun telah membuktikannya bertahun-tahun sejak kecil.

Salah satunya, setiap hendak melakukan ulangan atau ujian sekolah dahulu, bapake akan memberikan saya segelas air putih. Rasa air itu bukan seperti air biasa. Namun asin.

Dan yang aku perlu lakukan sebelum meminum air itu adalah membaca Surat Al-Fatihah dan shalawatan beberapa kali, kemudian membaca doa hafalan dari bapake. Lepas itu, menghentakkan kaki kiriku ke tanah beberapa kali.

Selain dapat menyembuhkan beberapa penyakit, membuat usaha seseorang berhasil, menambah kesuburan pasangan-pasangan yang ingin memiliki anak, dan banyak kegunaan lainnya, air pemberian bapake dapat menghilangkan rasa gugupku ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan di sekolah. Berkat bapake aku selalu menjadi juara kelas selama sekolah.

Alasan saya lari dari rumah di kampung dan pindah ke kota adalah untuk mengembangkan usaha mereka. Setelah semua ilmu yang mereka berikan saya pelajari, saya meninggalkan mereka dan membuka usaha yang sama.

Alasan lainnya, Bapake dan Mamake telah di tuduh menyantet salah seorang warga yang menjadi saingan usahanya. Mereka menghardik orang tua saya yang tlah banyak membantu banyak orang.

Bapak memaksa saya untuk pergi ke tempat yang jauh dan menghindari semua itu. Saya tak perlu memikirkan mereka, katanya.

Dengan uang simpanan orang tua saya, bekal, beberapa helai pakaian, dan pelajaran-pelajaran yang saya dapatkan dari mereka, saya pergi dan memulai karir sebagai seorang dukun atau paranormal.

Tidaklah mudah.

Tak banyak orang yang percaya dengan hal supranatural seperti ini di jaman modern, terlebih di kota. Saya memulai karir dengan membuat iklan pembersihan gedung-gedung dan rumah berhantu. Setelah berhasil, saya menambah metode penyembuhan beberapa penyakit. Ketika banyak pasien dari mulut ke mulut yang datang ke rumah, saya menambah keahlian menjadi seorang ahli pengganda uang.

Klien-klien yang sudah mengenal saya, meminta bantuan saya, bahkan minta di gandakan uangannya dengan saya adalah klien lama saya.

Pada awalnya, saya menggandakan uang dengan gali lubang tutup lubang. Jika klien yang satu menitipkan uang, saya akan menunggu klien lainnya menitipkan uang. Uang dari klien kedua akan ku berikan pada klien pertama. Kepercayaan yang ku dapat di klien pertama membuat dia semakin besar menitipkan sejumlah uang padaku. Aku melakukan itu pada lebih dari puluhan klien.

Dengan dalih proses dan sedikit mantera untuk membuat mereka tidak berkutik padaku, aku dapat mempertahankan uang-uang mereka dan membeli banyak perlengkapan untuk memenuhi kebutuhan hidupku.

Rumah yang tidak terlalu mewah, hanya memiliki tiga lantai dengan kolam renang di sebuah perumahan di Jakarta. Dua mobilku pun tidak terlalu mewah. Dan sebagai pemilik rumah panti asuhan, aku memiliki tanggung jawab untuk menghidupi 17 anak yang berada disana.

Apa yang klien lihat pada diriku membuat mereka percaya bahwa aku bukan sekadar Adipati Abiyasa, namun Adipati Luar Biasa.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Faces of The Devil (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang