Nikita Marazalina

59 2 0
                                    

POV Nikita

Orang-orang memanggilku Niki. Aku adalah seorang istri simpanan politikus yang punya nama besar di ibu kota, pria yang tengah ku pukuli dadanya ini. Bapak.

Ia menolakku ketika mengetahui bahwa aku telah berbadan dua karena hubungan terlarang kami. Ia tidak ingin kami memiliki buah hati. Bapak selalu mengingatkanku untuk meminum pil kontrasepsi namun aku memang sengaja tidak meminumnya.

Setiap meminum pil KB yang ia belikan, aku semakin sering mengalami pendarahan. Berat badanku pun bertambah, aku tidak ingin terlihat semakin gemuk dan tidak menarik. Bapak pasti akan meninggalkanku dan mencari perempuan cantik lainnya.

Bapak sangat marah setelah mengetahuiku hamil. Ia memintaku menggugurkan kandungan yang baru beberapa minggu ini tapi aku tak memiliki nyali.

Di sisi lain, menurutku ada baiknya juga. Ketika bapak memiliki ikatan lain selain cinta dan nafsu untukku, yaitu anak, bapak akan semakin sulit meninggalkan aku. Dan kemungkinan besarnya adalah ia akan menikahiku secara resmi ketika istrinya meninggal.

Cerdiknya aku.

Rayuan, alasan, permohonan ku tak mempengaruhinya. Ia membuatku harus memilih. Ia memberi sejumlah uang di rekeningku untuk biaya menggugurkan kandungan dan waktu selama seminggu sampai bapak kembali dari Eropa.

Semua kisah ini dimulai setahun lalu, ketika aku menghadiri acara pesta ulang tahun anak seorang teman sekolahku di sebuah restoran di kawasan SCBD, Jakarta Selatan. Pesta yang besar dan sangat meriah. Untuk datang ke sini, aku harus membuat gaun dari salah satu designer terbaik di Indonesia.

Sebuah gaun ketat berwarna putih dengan bagian bawah hanya sampai lutut, di bagian dadanya terdapat renda dengan bagian dada yang berbentuk V. Gaun itu membuatku menjadi pusat perhatian, di tambah dengan sepatu hak tinggi dan tas Hermes berwarna peach senada. Tak lupa berlian bertengger di pergelangan tangan dan telingaku. Aku sengaja tak memakai kalung, karena aku membiarkan semua orang fokus pada dadaku.

Temanku itu mengenalkan aku pada seorang lelaki paruh baya yang ku panggil 'Bapak' karena usianya jauh lebih tua 30 tahun dariku. Ia tahu apa yang telah aku lakukan 2 tahun belakangan ini, karena ia sahabat ku dan yang kami lakukan pun sama.

"Udah, lu tinggalin aja si tua bangka. Gue kenalin elu ke om-om yang jauh lebih kaya dari dia" terang Rita padaku dengan berbisik. Sebagai anggota DPRD atau wakil rakyat yang jabatannya sangat terhormat, ia berpakaian sangat mencolok.

Bapak memberi tahu Rita bahwa ia jatuh hati dari pertama kali melihatku. Walaupun saat itu aku pun tengah menjadi istri simpanan seorang pejabat lain, namun Bapak jauh lebih kaya daripada dia.

Dari hari itu, aku dan Bapak menjadi sering berkomunikasi dan bertemu. Suamiku yang jarang pulang membuatku lebih leluasa kemanapun. Kami sering pergi ke kafe, restoran, bahkan ke hotel.

Aku memberi tahu Bapak bahwa aku telah menjadi istri simpanan seorang pejabat, namun aku tak memberitahukan identitasnya. Aku sangat sadar bahwa lingkungan pejabat sangatlah sempit. Aku tetap menjaga rahasianya.

Bapak menjadi lebih royal semenjak aku memberitahukan keadaanku, seakan ia ingin meyakinkanku bahwa ia lebih baik daripada suamiku saat ini. Apapun yang aku minta, selalu ia penuhi tanpa pengecualian atau bertanya alasan. Hidupku begitu mudah.

Selain dari suamiku, setiap bulan aku diberi uang saku ratusan juta oleh Bapak. Perhiasan, barang-barang mewah, mobil sport pun ku dapatkan darinya. Pernah suamiku bertanya mengenai itu dan aku menjawab bahwa semua ku peroleh dari hasil investasiku tanpa membuatnya curiga.

Hubungan aku dan bapak berjalan mulus. Kami sangat ahli menjaga rahasia dan memberi perhatian serta pengertian. Dalam kesibukannya, ia masih menyempatkan untuk bertemu denganku. Aku pun sama, ketika suamiku sedang berada bersama istrinya, aku dapat leluasa bertemu dengan Bapak kapanpun.

Namun jika di tanya rasa, aku tak menyukai keduanya. Jika di tanya cinta, aku tak memiliki pada keduanya. Yang ku lakukan hanya, menjadi pemuas nafsu dan memenuhi apapun yang mereka tidak dapatkan dari istri sah mereka, demi uang.

Semakin lama, Bapak semakin posesif atau ia akan meninggalkanku. Aku di mintanya untuk memilih, antara ia atau suamiku. Jelas aku memilihnya, ia yang jauh lebih kaya dan berusaha menyenangkanku lebih dari suamiku.

Aku berhenti menjadi istri simpanan suamiku dan memilih menjadi istri simpanan Bapak. Sosok mengayominya membuatku merasa memiliki ayah kembali.

"Teh, Saya harus bayar uang kuliah sebelum ujian ini. Si Dede juga di tanyain uang sekolahnya", salah seorang adikku mengirim pesan singkat di Whatsapp. Aku segera menghubungi adikku untuk menanyakan berapa total jumlah uang yang ia butuhkan. Hanya puluhan juta, aku mengirimkan uang lebih padanya untuk membiayai ke-2 adikku lainnya.

Sebagai anak tertua tanpa orang tua yang masih ada, aku menjadi tulang punggung bagi mereka. Aku takkan pernah membiarkan adik-adikku hidup susah seperti hidupku dahulu.

Adik pertamaku, seorang perempuan berusia 19 tahun. Ia tengah duduk di bangku kuliah jurusan hukum di Universitas besar daerah Depok. Ia tinggal bersama adik bungsu perempuan kami yang masih kelas 4 Sekolah Dasar.

Aku memang sengaja tak meminta mereka tinggal bersamaku di rumah megah pemberian Bapak ini. Aku tak ingin mereka tahu apa yang aku lakukan dan Bapak mengetahui keberadaan mereka. Tidak ada yang tahu apa yang bisa saja terjadi pada mereka jika aku dan Bapak memiliki masalah. Yang mereka tahu, aku hanya bekerja. Dan mereka ku biayai penuh untuk kehidupan sehari-harinya.

Bergelimangan harta dan kehidupan yang serba ada tak mampu membuatku merasa bahagia. Aku tidak diizinkan bekerja atau memiliki kegiatan lain. Aku hanya diizinkan pergi bersamanya, berbelanja, ke salon, ataupun pergi dengan teman-teman sosialitaku. Jika harus keluar dari rumah megah dengan fasilitas luar biasa ini, harus memiliki izin dari Bapak. Bahkan ia menempatkan beberapa penjaga di rumahku dan akan mengikutiku setiap kali aku keluar rumah.

Bapak pernah bercerita bahwa ia memiliki 2 orang anak lelaki dan salah seorangnya sudah berkeluarga dan tinggal di luar negeri. Ibu, istri Bapak sudah cukup tua dan sering dirawat di rumah sakit karena menderita penyakit jantung dan diabetes.

Bila bisa memilih, aku lebih ingin menjadi seorang model daripada istri simpanan pejabat. Tetapi, aku lebih nyaman menjalani hal seperti ini. Tidak perlu bekerja keras. Hanya diam di rumah, menunggu Bapak datang, melayaninya di rumah dan ranjang, lalu menerima uang. Uang tambahan pun bisa ku dapatkan dari bisnis jual beli barang-barang bermerek dengan harga yang lebih murah bersama teman-teman sosialitaku. Tanpa mereka ketahui, barang-barang tersebut bukanlah barang yang asli. Mereka terlalu mempercayaiku.


***

The Faces of The Devil (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang