Wattpad Original
Ada 10 bab gratis lagi

Bab Dua: Kesan-Kesan Pertama

59.6K 1K 23
                                    

Aku membalikkan panekuk, mengagumi warna keemasan yang sempurna. Mulutku mengeluarkan air liur hanya dengan menatapnya.

Saat itu 4:30 pagi, dan rumah sangat sepi. Aku senang bangun pagi dan memasak, hal yang tidak pernah Ella biarkan aku untuk melakukannya, dan mungkin akan lebih tegas sekarang mengingat bos besar yang menyeramkan kembali.

Aku cukup pandai memasak, jika aku boleh bilang. Itu bukan sesuatu yang aku nikmati, namun ketika diperintahkan untuk tidak melakukannya membuat hal itu lebih menggiurkan untuk dilakukan. Membuatku merasa memberontak.

Aku mendengar pintu terbuka, dan merasakan jantungku berpacu tiba-tiba. Siapa yang sudah bangun di jam seperti ini? Pengurus rumah tangga dan pelayan datang pukul 6. Bagaimana jika yang masuk itu pencuri?

Aku menggunakan pisau plastic yang aku gunakan untuk memoleskan Nutella dan menodongkannya di depanku. Tidak mungkin aku biarkan pencuri membunuhku.

Pintu dapur mulai terbuka, dan aku memutuskan untuk menyerang mereka, namun karena terburu-buru aku terpeleset adonan panekuk, jatuh pada pantatku, dengan pisau meluncur ke kaki si pelaku.

Aku mengikuti kaki yang telanjang hingga mataku bertemu dengan sepasang mata cokelat tua.

Merasakan malu yang membara karena posisiku sekarang, tertutup adonan panekuk dan duduk di lantai. Aku bertaruh, aku membuat kesan-kesan pertama yang luar biasa.

Tobias melihat sekeliling dapur untuk beberapa waktu, lalu matanya mendarat padaku. Aku menjaga kontak matanya, namun sebelum aku dapat mengatakan apa pun, dia berbalik dan pergi, menutup pintu di belakangnya. Dia pasti berpikir aku cacat mental. Bukannya aku peduli apa yang dia pikirkan.

Aku bangun dengan badan yang sakit, mengantisipasi memar di bokongku malam ini. Yah, bukannya akan nada yang melihatnya nanti.

Aku mengambil sebotol air mineral dari kulkas, menunggu debar jantungku mereda sebelum aku mulai membereskan kekacauan yang aku buat. Sedetik kemudian, alarm kebakaran berbunyi, penyiram air otomatis mengeluarkan siraman air dingin dan membuatku basah kuyup dalam sekejap.

Aku melompat, mencari penyebabnya, dan memukul diriku secara mental ketika aku sadar bahwa aku meninggalkan panekuk dan telur di kompor dengan api menyala. Bagaimana aku tidak mencium itu sebelumnya?

"Demi neraka, apa yang terjadi?" suara bariton yang maskulin berteriak. "Matikan itu sebelum pemadam kebakaran datang."

Aku sedang mencoba melakukannya, pikirku dengan kesal.

Aku sadar satu-satunya cara mematikan alarm tersebut adalah dengan mematikannya dari monitor di langit-langit.

Setelah beberapa kali memanjat, aku berhasil mematikan konsol tersebut tanpa bantuan dari Tuan Enam Kaki Sekian, yang hanya berdiri di sana menontonku.

"Terima kasih untuk bantuannya," gumamku pelan, ingin dia tidak mendengarku dan mendengarku di saat yang sama.

"Itu bukan masalahku untuk diselesaikan."

"Wow, dia bicara," suaraku penuh dengan sarkasme.

"Apa yang kamu inginkan dariku?"

Aku membuka mulut untuk bicara, namun dia menginterupsiku sebelum aku dapat mengatakan apa pun.

"Aku tidak punya waktu untuk ini. Aku sibuk, oke?"

Aku benci caranya bicara denganku seakan aku sangat tidak kompeten, jadi aku lakukan apa yang telah dia lakukan semenjak kembali. Aku mengacuhkannya.

Aku pikir hal itu akan membuatnya frustasi seperti hal itu membuatku frustasi, namun terbukti salah ketika ia berjalan menjauh seperti tidak terjadi apa-apa.

Berengsek.

Aku membersihkan dapur sebisaku, mengepel lantai yang basah dan mencuci peralatan yang kubuat kotor. Aku selesai satu jam kemudian, dan saat itu aku sungguh kelelahan, jadi aku memutuskan untuk kembali tidur. Dalam perjalananku menuju ke kamar, aku melihat sedikit ruang olahraga, di mana Tobias sedang telanjang dada di atas treadmill. Dia memakai earphones dan alisnya mengerut, wajahnya terlihat serius seperti biasanya.

Meskipun dia menyebalkan, aku akui dia lumayan menawan.

Baiklah, mungkin aku merendahkan. Dia menawan pada tingkat model pria. Tipe pria yang memberkahi sampul majalah GQ  dan cocok di sana.

Ototnya yang seperti papan cuci terbentuk dengan baik, dan dia lebih berotot dari yang aku kira. Figur tinggi, kuatnya terlihat anggun dalam artian yang gagah.

Aku berjalan menjauh sebelum ia mendapati aku memperhatikannya.

Kembali ke kamarku, aku pergi mandi untuk menghilangkan adonan yang menempel di rambutku dan melompat ke tempat tidur.

Aku kesulitan untuk tidur. Kekesalan yang aku rasakan saat interaksi nyata pertamaku dengan Tobias menelanku perlahan, dan semua balasan bagus yang seharusnya aku ucapkan mulai berdatangan.

Ketika aku baru saja akan tidur, ada ketukan di pintu kamarku, yang aku putuskan untuk mengabaikannya.

Mereka mengetuk lagi.

Jika mereka membuka pintunya, aku bersumpah-

Pintunya terbuka.

Wanita muda, sangat cantik berjalan masuk. Aku tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya dan tidak tahu siapa dia.

"Bisakah aku membantumu?" Aku menahan geramanku.

"Toby meminta saya untuk memberi tahu Anda bahwa Anda akan makan siang dengan orang tuanya hari ini dan untuk siap pukul 12.00."

Toby?

"Um... siapa kamu?"

Dia tertawa penuh nada dan berjalan masuk ke dalam kamarku, menutup pintu di belakangnya.

"Namaku Penelope Jones. Saya asisten pribadi Toby."

"Oh, begitu. Bisakah kamu memberi tahu Toby aku sebenarnya sibuk hari ini dan lain kali dia harus memberitahuku lebih dulu sehingga aku bisa mengosongkan jadwalku?"

Dia tertawa padaku. "Bersiap saja pukul 12. Tidak perlu berpura-pura sebagai orang penting."

Apa maksudnya?

Dia meninggalkan ruangan sebelum aku sempat mengatakan apa pun.

"Tidak perlu berpura-pura sebagai orang penting," ejekku dengan nada melengking seperti boneka Barbie.

Aku melirik ke arah jam, jantungku seperti akan lepas mengetahui aku hanya punya waktu 15 menit untuk bersiap-siap. Aku langsung memakai sundress dan sepatu hak namun melewatkan riasan, meninggalkan rambut cokelat tua panjangku, ujungnya menggelitik punggungku yang terbuka.

Aku mengambil ponsel dan dompetku dan berjalan ke lantai bawah untuk menemukan Tobias berjalan keluar dari dapur dengan celana olahraga dan kaus, bahkan tidak mengganti bajunya.

Apa dia bercanda?

Unholy Matrimony (Ikatan Tak Suci)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang