Tring!
Sura notifikasi chat dari ponselnya membuat Agatha membuka matanya, yang sedari tadi hanya terpejam tanpa berniat untuk tidur. Ia kemudia membuka aplikasi WhatsApp dan melihat pesan yang ternyata dari Dinda.
Dinda❤️
Keluar kuy?
Kemana?
Kafe biasa. Gue mau cuci mata nih😁
Oke gue tunggu.
Agatha bangkit dari tempat tidur dan mengambil tas selempang kecil miliknya yang berada di atas meja belajarnya. Sekilas ia melihat pantulan dirinya di dalam cermin. Kaos kebesaran dan celana panjang yang sedikit longgar. Tanpa berniat mengganti pakaiannya ia kemudia keluar dari kamar dan menuju lantai bawah dan mencari Bi Emi.
"Bibi dimana?" Seru Agatha.
"Dapur non" Agatha kemudian menghampiri Bi Emi yang sedang menyajikan makanan di atas meja makan.
"Agatha mau keluar bentar Bi"
"Makan dulu, yah" ujar Bi Emi tersenyum ke arah Agatha. Agatha hanya mengangguk lalu duduk dan makan bersama Bi Emi.
Agatha memang sangat dekat dengan Bi Emi, karena mereka sudah bersama saat Agatha masih kecil. Bahkan Agatha sudah menganggap Bi Emi sebagai ibunya, karena umur Bi Emi hanya berbeda 2 tahun lebih tua dari Mamanya. Di sela-sela makan, sesekali Bi Emi memperhatikan Agatha yang tidak seperti biasanya, ia tampak sedang memikirkan sesuatu sejak tadi.
"Non Agatha dari tadi mikirin apa sih?" Bi Emi mencoba bertanya dengan pelan-pelan. Tak lupa dengan senyum manisnya.
"Gak ada kok Bi" dengan wajah suram ia menundukkan kepalanya.
"Gak apa-apa, cerita aja sama Bibi. Bibi bakalan dengerin kok"
Agatha kemudian mengangkat kepalanya perlahan dan memandang wajah Bi Emi dengan serius.
"Emang Agatha keliatan lesbian ya Bi?"
Seketika tawa Bi Emi pecah, membuat Agatha mengerucutkan bibirnya kesal.
"Tadi aja senyum manis, sekarang malah ngetawain kayak gitu" gerutu Agatha.
Bi Emi kemudian meneltralisirkan tawanya agar Agatha tidak semakin kesal.
"Emang siapa yang ngomong kayak gitu"
"Noh si Dinda— ahh Agatha hampir lupa kalo ada janji sama dia. Kalo gitu Agatha pergi dulu yah Bi" tanpa menghabiskan makan malamnya Agatha berpamitan kepada Bi Emi dan segera berangkat ke tempat ia dan Dinda janjian.
Saat Agatha memasuki kafe itu, ia melihat Dinda sedang melambaikan tangan ke arahnya. Agatha menghampirinya, tapi matanya tertuju kepada gadis yang duduk di samping Dinda. Ia memperhatikan gadis itu. Cantik. Kenapa tidak, ia memiliki wajah yang bersih, rambut yang sepertinya terawat, hidung mancung, bahkan mata yang indah. Tunggu, sepertinya Agatha pernah melihat mata yang seperti itu. Dari mimik wajahnya Agatha berfikir gadis ini memiliki sifat yang lembut dan pendiam.
"Ga, sini cepet!" suara Dinda menghentikan pemikirannya. Agatha kemudian duduk bersama mereka dan tersenyum ke arah gadis itu. Yang Agatha tidak sangka adalah bagaimana respon yang di berikan kepadanya.
"Ahhh, kakak jangan senyum kayak gitu dong ke Ade. Kan Ade jadi meleleh" seru gadis itu dengan suara centilnya.
Agatha hanya melongo mendengarnya. Mungkin pemikirannya yang mengklaim gadis ini lembut dan pendiam salah besar.
![](https://img.wattpad.com/cover/215576312-288-k651704.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Us
Teen FictionAndra semakin meminimkan jarak di antara mereka berdua, ia lalu mengangkat dagu Agatha agar tidak menunduk. Ia mensejajarkan wajahnya dengan wajah gadis itu. Agatha bisa merasakan hembusan nafas Andra yang menerpa wajahnya. Ia semakin panik. Terliha...