Agatha benar-benar kesal. Ia sampai membanting pintu kamarnya sendiri, membuat Bi Emi khawatir. Di tambah Agatha yang terus berteriak semakin membuatnya khawatir.
Sudah lama Bi Emi tidak melihat Agatha sekesal ini. Ia benar-benar khawatir akan terjadi sesuatu kepada anak majikannya ini.
Saat Agatha sudah berhenti berteriak, Bi Emi mengetuk pintu kamarnya dengan perlahan,
"Non Aga kenapa?" Namun tak ada jawaban dari dalam sana.
Bi Emi tidak tau harus bagaimana lagi. Ia berniat untuk menelpon Dinda, ingin menanyakan apakah ada kejadian di sekolahnya yang membuat Agatha sampai sekesal ini.
Namun niatnya ia urungkan tatkala pintu kamar itu terbuka, menampilkan Agatha yang acak-acakan.
"Agatha gak kenapa-kenapa kok Bi" ujarnya dengan tersenyum lebar yang menampilkan deretan giginya.
Bi Emi lega melihat senyum itu. Ia kemudian menarik ujung rambut Agatha yang terurai, membuat Agatha meringis kesakitan.
"Bibi kirain kamu kemasukan setan tadi"
"Astagfirullah, Bibi kalo ngomong suka bener" Agatha kembali meringis karena mendapat jitakan manis dari Bi Emi.
"Kenapa kamu teriak-teriak kayak tadi?" Pertanyaan Bi Emi kembali membuat Agatha memberengut kesal.
Ia berjalan memasuki kamarnya dan di ikuti Bi Emi dari belakan. Agatha mulai menceritakan tentang kejadi yang menimpanya. Ia menceritakan dengan sangat detail tanpa terlewatkan sedikit pun. Bi Emi yang mendengarnya bercerita sesekali terkekeh.
"Jadi masih gara-gara kamu di anggap lesbian?" Tanya Bi Emi setelah Agatha selesai bercerita.
"Iya Bi. Agatha gak tau kenapa mereka bisa berasumsi kayak gitu. Terus itu juga, Agatha kan gak sengaja mukulin dia. Kenapa harus balas dendam sampe segitunya. Huh, Agatha jadi kesal kalo ingat wajahnya"
Bi Emi mengusap rambut Agatha pelan,
"Kamu pernah pacaran gak?" Agatha hanya menggeleng "berapa orang yang pernah nyatain perasaannya ke kamu, tapi kamu tolak?"
Agatha berpikir sejenak,
"Agatha lupa. Tapi Dino, temennya Andra sama Vero juga pernah nyatain perasaannya cuman Aga tolak" jawab Agatha polos.
"Mungkin gara-gara itu mereka nganggep kamu lesbian. Setiap ada cowok yang deketin kamu, kamu selalu nolak" ujar Bi Emi terkekeh
"Isshh, Aga 'kan punya alesan sendiri kenapa gak mau pacaran" ujarnya cemberut.
"Udah-udah gak usah di bahas lagi. Mending ganti baju, terus turun ke bawah buat makan. Okey?" Agatha hanya mengangguk lalu menuruti perkataan Bi Emi.
****
Agatha sedang menikmati hembusan angin sore dengan bersepeda. Ia menuju mini market yang tidak berada jauh dari rumahnya. Saat ia memarkirkan sepedanya, ia tidak sengaja melihat motor Vero yang juga terparkir di sana. Agatha hanya mengedikkan bahunya acuh. Ia tidak heran karena ia tahu rumah Vero tidak berada jauh dari sini.
Agatha mengambil semua cemilan yang ia inginkan. Ia sampai memeluk sebagian cemilan itu, karena tangannya sudah penuh. Saat Agatha melihat keranjang belanjaan yang kosong di dekat lemari pendingin tempat minuman itu, ia berniat untuk mengambilnya. Tapi langkahnya terhenti saat melihat punggung cowok yang ia kenali. Agatha memicingkan matanya. Saat cowok itu berbalik, tanpa sadar Agatha menjatuhkan semua cemilan yang ia pegang dan menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.
Andra yang melihat tingkah laku Agatha hanya memasang wajah datarnya.
'sinting!'
Saat Andra ingin pergi, ia kembali mengingat taruhannya yang belum selesai. Ia tersenyum miring dan menghampiri Agatha.
Agatha yang berharap Andra tidak melihatnya segera membalikkan badannya. Namun saat ia akan melangkah Andra tiba-tiba menarik kerah bajunya dari belakang, yang membuatnya sedikit terhuyung kebelakang.
"Nih makanan gak lo pungutin?" Ujar Andra.
Agatha memberengut kesal, lalu memungut cemilan yang tadi ia jatuhkan. Andra yang melihat Agatha sedikit kesusah, mengambil keranjang kosong dan memberikannya kepada Agatha.
Agatha mendongak saat Andra mengulurkan keranjang itu.
Melihat Agatha yang hanya diam menatapnya, Andra ikut berjongkok di hadapan Agatha dan memindahkan makanan yang ada di tangan Agatha ke dalam keranjang.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Agatha sinis.
"Belanja, ngapain lagi" sahutnya santai.
Agatha yang tidak ingin berurusan lama-lama dengan Andra, segera pergi dari hadapan Andra dan melanjutkan mengambil cemilan yang belum ia ambil.
Ia menaruh semua belanjaan yang ia beli di keranjang sepedanya. Agatha melihat Andra yang sedang duduk di atas motor Vero. 'Dia yang pake' pikir Agatha. Ia segera mengayuh sepedanya meninggalkan tempat itu.
Agatha yang sedang asik mengayuh sepedanya merasa seperti ada yang mengikutinya sejak tadi. Ia lalu menghentikan sepedanya tepat di depan sebuah rumah. Saat ia turun dari sepedanya, ia melihat Andra yang juga menghentikan motornya.
"Lo ngapain sih ngikutin gue!" Kesal Agatha.
Andra tersenyum miring dan menaikkan sebelah alisnya.
"Gue gak ngikutin lo" jawab Andra santai.
"Gak ngikutin? Terus ini apa?"
"Ck. Gue mau ke rumahnya Vero. Lo ngapain ngalangin jalan gue? Mau gue tabrak lo!" Agatha menatap rumah yang ada di depannya. Agatha benar-benar malu. Bagaimana ia bisa lupa kalo rumahnya searah dengan rumah Vero.
Agatha yang sudah malu langsung pergi dari sana. Sedangkan Andra hanya terkekeh melihat wajah Agatha yang merah karena menahan malu. Lalu ia segera memasuki rumah Vero.
Andra memasuki kamar Vero, di dalam sana sudah ada Dino dan juga Aldo yang sejak tadi sudah menunggu Andra.
"Lama amat lo, beli ginian aja" Aldo merampas kantong yang di pegang Andra lalu kembali menghampiri Vero dan Doni yang sedang bermain PS.
Di rumah Vero hanya ada mereka berempat. Kedua orang tuanya sedang pergi keluar kota untuk mengurus bisnis keluarga Vero. Karena itulah Doni tidak segan-segan untuk berteriak saat ia kalah dalam permainan.
"Sial kalah lagi gue!" Doni melempar stick PSnya ke kasur lalu mengambil minuman yang Andra beli tadi.
"Gimana?" Tanya Aldo menatap Andra.
"Apa?" Jawab Andra bingung.
"Udah jadian?" Andra hanya menatap Aldo datar tanpa berniat menjawab pertanyaannya itu.
"Gue 'kan udah bilang lo gak bakalan bisa dapetin Agatha. Noh si Dino ngejar Agatha 1 minggu gak dapet-dapet, apa lagi loh yang baru sehari" sahut Vero yang mendapat lemparan kaleng bekas dari Dino.
"Apa jangan-jangan Agatha beneran gak doyan sama laki" Ujar Dino menatap mereka semua.
"Agatha tinggal deket rumah lo Ver?" Tanya Andra mengalihkan pembicaraan.
"Ho'oh. Sepuluh rumah dari rumah gue. Kenapa? Lo mau ngapelin dia. Gak usah serius-serius amat jalanin taruhan ini, ntar lo jatuh cinta gimana? Masih untung kalo Agatha juga suka sama lo, kalo kagak bisa belibet. Udah kalah, patah hati pula" jelas Vero.
"Kalo Agatha bisa buat Andra jatuh cinta, terus lupain mantannya yang tersayang. Gue bakal traktir kalian berdua tiga hari tiga malam. Gue serius, kalian pegang janji gue" Dino dan Vero kompak menunjukkan ibu jari mereka ke arah Aldo.
Andra hanya mendengus, ia kemudian membaringkan badannya di atas kasur dan menatap langit-langit kamar. Ia memikirkan perkataan Vero. Ia tidak perlu terlalu serius dalam taruhan ini, ini hanya sebuah bermainan konyol yang di sarankan temannya yang harus ia menangkan.
Gue gak akan jatuh cinta.
Andra terus mengucapkan kalimat itu dalam hatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/215576312-288-k651704.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Us
Dla nastolatkówAndra semakin meminimkan jarak di antara mereka berdua, ia lalu mengangkat dagu Agatha agar tidak menunduk. Ia mensejajarkan wajahnya dengan wajah gadis itu. Agatha bisa merasakan hembusan nafas Andra yang menerpa wajahnya. Ia semakin panik. Terliha...