Part 7

4 1 0
                                    

Agatha berjalan menaiki tangga dengan senyum lebarnya. Hari ini ia tidak terlambat datang ke sekolah. Ia terus tersenyum sesekali menyapa siswa-siswi yang berpapasan dengannya.

"Agatha!" Agatha berbalik saat mendengar namanya di paggil. Terlihat Dinda yang sedang berlari menghampirinya. Saat sampai, Dinda memegang bahu Agatha untuk mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, setelah merasa cukup ia langsung memukul bahu Agatha.

"Lo- gue udah manggil-manggil lo dari tadi kampret"

Agatha meringis memegang bahunya. Namun kembali tersenyum setelahnya.

"Lo ngapa dah senyum-senyum gitu" ujar Dinda setelah mereka berada di dalam kelas "oh iya gue ingetin sama lo. Lo jangan deket-deket sama Andra"

"Cihh, siapa juga yang mau deket-deket"

"Bukannya gitu. Kayaknya mereka jadiin lo bahan taruhan deh" ucapan Dinda membuat Agatha mengernyit heran.

"Kenapa?"

"Gue gak tau alasannya, cuman gue saranin lo jangan deket-deket sama dia atau nasib lo bakalan sama kayak cewek semalem"

Agatha hanya mengangguk, Dinda sudah menjelaskan lewat telepon soal kejadian semalam. Kenapa Andra di tampar dan apa alasan ia pindah dari sekolah lamanya. Namun Dinda lupa memberitahukan soal Agatha yang akan menjadi target selanjutnya, ia baru ingat saat melihat Agatha tadi.

'apa jangan-jangan dia mau balas dendam gara-gara gue pukulin kemarin. Tapi gak gitu juga dong, masa jadiin gue bahan taruhan sih. Pokoknya gue gak boleh deket-deket sama dia' batin Agatha.

Saat jam istirahat Agatha tidak ikut bersama Dinda ke kantin, ia lebih memilih ke perpustakaan. Tidak. Ia kesana bukan untuk belajar atau pun membaca buku, melainkan untuk tidur. Pagi tadi ia bangun terlalu awal, ia sengaja menyuruh Bi Emi membangunkannya jam 4 subuh agar tidak terlambat. Pada saat jam pelajaran tadi pun ia terus saja menguap dan beberapa kali mendapat teguran.

Saat ini Agatha sedang menelungkupkan kepalanya di meja sudut perpustakaan dengan wajah menghadap ke samping. Ia tertidur dengan damai.

Andra, Dino dan Vero sejak tadi berdiri di depan pintu perpustakaan. Mereka tau Agatha sedang berada di dalam sana karena sejak tadi mereka mengikutinya.

"Gimana, lo berani?" Ujar Dino menaikkan satu alisnya

Tanpa mengucapkan apa-apa, Andra langsung pergi dari hadapan mereka berdua.

"Good luck Ndra" ucap Vero dari jauh.

Andra berdiri di belakang Agatha yang masih tidur. Ia memandang pundak gadis itu 'kenapa juga gue harus nurutin ucapan mereka' pikirnya. Saat ia berbalik, ia mengingat kalo ia sudah menyetujui taruhan itu. "kalo gue mundur, sama aja gue kalah. Harga diri gue bisa bisa jatoh, mobil gue- gak rela gue" ujar Andra membatin.

Ia kemudian membuang nafas kasar dan duduk di kursi dekat Agatha.

Suara decitan kursi yang di tarik oleh Andra membuat tidur Agatha terganggu.

Agatha terlonjak kaget dan dengan spontan memundurka wajahnya. Bagaimana tidak, saat ia membuka matanya ia melihat Andra yang sedang menatapnya dengan tatapan dingin.

Seketika ia mengingat perkataan Dinda pagi tadi "Beneran nih gue target dia sekarang. Tapi gini amat cara dia deketin cewek. Terkesan kagak, takut iya" ujar Agatha dalam hati.

Namun ini bukan pertama kalinya Agatha di dekati cowok. Bahkan ia pernah di paksa dengan cara yang sedikit kasar agar ia menerima perasaan cowok itu. Jadi baginya pendekatan yang seperti ini sudah biasa.

You and UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang