5.Yang Terulang

23 6 0
                                    

Suasana yang masih kembali datang menghantui,pengalaman yang sudah dikubur dalam-dalam kembali tergali.

"Sya!!"
Teriak Rafka mengejar Yeghsya.

Papah Yeghsya ikut menyusul menepuk pundak Yeghsya.

"Sya udah Sya."Rafka menenangkan.

"Tolong!!Nggak mau!"Yeghsya berjongkok dekat ban mobil sambil menangis histeris memegang kepalanya seolah-olah melindungi dirinya.

"Pak,ini non Yeghsya kenapa?"Tanya Pak Darma.

Tidak ada yang membalas pertanyaan Pak Darma mereka hanya kembali memerhatikan Yeghsya dan duduk sejajar dengannya.

Sedangkan Yeghsya masih teriak histeris sambil menangis hingga sesegukan.Tangisannya kembali mengencang,dan tidak kunjung berhenti.

"Stop! Yeghsya nggak mau!! Berhenti!!"
Yeghsya masih meneriakkan dirinya.

"Sya,ini papah,nggak akan nyakitin kamu,nggak akan pukul kamu,nggak akan nyiksa kamu.Papah sayang sama kamu."Lembut papah kepada Yeghsya.

"Sya,ini Kak Rafka,disini."Rafka kembali menyadarkan Yeghsya.

"Non,ini Mbok Sinem lho."Mbok Sinem menggoyangkan pundak Yeghsya.

Pada saat semuanya masih hening,tangisan Yeghsya yang kencang kian mereda,tidak ada lagi tangisan namun Yeghsya yang masih sesegukan membuka matanya hati-hati untuk memastikan siapa orang yang ada dihadapannya.

"Udah ayo kita pulang aja."Ajak papah yang langsung to the point.

Semua berdiri dan Rafka memeluk erat Yeghsya,dan menuntunnya untuk segera ke dalam mobil.

Di dalam mobil hanya ada keheningan dan suara dari radio.Karena perjalanan menuju ke rumah terhitung cukup jauh membuat Yeghsya terlelap.Namun keadaannya masih sama.Hening.

"Papah nggak nyangka, Yeghsya masih begitu,papah pikir semenjak dua tahun lalu semuanya sudah hilang.Ternyata trauma yang Yeghsya miliki masih ada."Jelas Papah.

"Kenapa papah nggak coba bujuk Yeghsya untuk datang ke psikiater?Siapa tahu dia mau."Tanya Rafka.

"Udah selalu dicoba,tapi yang ada Yeghsya akan marah selama seminggu.Jadi papah ngerasa biar waktu yang membuat trauma yang ada hilang.Ternyata nggak,papah jadi khawatir kalau dia terus-menerus begini."

"Tapi kalo Sya disekolah bagaimana?"

"Kalo disekolah dia masih bisa bersosialisasi,tapi kalau keramaian yang benar-benar orang asing dia akan benar-benar histeris,bahkan waktu dia pertama kali masuk SMP masih takutnya ada.Tapi di sana ada orang yang bisa menenangkan dan meredam trauma-nya,ya dia mama."

"Cuman mama yang bisa meredam trauma-nya,tapi sekarang gak ada lagi yang bisa lagi mengendalikan emosi dia semudah itu.Kalo waktu di tanya psikiater,mungkin mama bisa menangkan Yeghsya, jadi orang tertentu atau dekat dengan dia aja yang bisa.Kayak tadi,papah nggak semudah itu bisa tenang-in  Yeghsya. "Panjang lebar papa.

"Ish,jangan berisik Sya mau tidur."
Yeghsya yang mengucek matanya,dan kembali menyandarkan kepalanya ke kaca mobil sambil terlelap.

Demi menghindari pertikaian,dialog diantara mereka dihentikan.Jika Yeghsya mendengar ini semua pasti akan membuatnya marah tak henti - hentinya.

"Sya,bangun udah sampai."Rafka mencubit pipi Yeghsya gemas.

"Hmmg..."

Setelah Yeghsya bangun semua keluar dari mobil dan segera masuk ke rumah tua itu.

"Sya-Sya, sepeda biru nya masih aja disimpan,ditawarkan beli yang baru nggak mau."Ejek Rafka.

"Karena Kaka nggak ngerti."Yeghsya meninggalkan Rafka yang masih memerhatikan sepeda birunya.

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang