Nostalgia #part 4

78 36 11
                                    

Buatlah kopimu dan cari kenyamananmu saat ini.

Sesampai Ayu diranjang peristirahatannya, Ayu duduk separuh rebahan sambil memainkan ponselnya.

Tak sengaja ia dapati sebuah potretnya terdahulu, tepatnya sewaktu ia masih kuliah dulu.

Dia berdiri dan berjalan kearah jendelanya. Dibukanya tirai jendelanya dan bulanpun memaksanya untuk bercerita.

"Huuuffttt..." Ayu menghela nafas..

"Akan ku ceritakan sedikit tentang masa lalu ku wahai bulan, yang juga mungkin kau alami.

Walaupun dengan alur nostalgia, tetapi erangannya masih sangat terasa.

tentang seorang yang engkau yakini sebagai tempat bersandar. yaitu tempat kau melepaskan lelah penatmu dengan tawa bersama mereka, dialah sahabatku.

Bersuara lantang didepanku, namun berbisik dibelakangku, dialah sahabatku.

Sederhana seperti tawanya, namun menabung kebencian dalam hatinya, dialah sahabatku.

Dan orang yang membuatku butuh akannya hingga ku sadar bahwa aku bisa kuat berdiri sendiri, itulah sahabatku.

Tak banyak salahnya, hanya karna perkara seorang pria yang dicintai hinggaku sukar memaafkannya.

Itu terjadi sekitar satu semester yang lalu, tepatnya sebelum ujian semester ganjil waktu itu.

Kami saling kenal dan tak jarang mengadakan pertemuan hanya demi sedikit canda tawa disela sebuah obrolan.

Tetapi semua berubah ketika kudapati sebuah pengkhianatan dari seorang sahabat bersama orang yang kukasihi saat itu.

Pengkhianat itu menemuiku setelah lembayung senja pudar didepan kostan ku.

Pertemuan itu hanya demi menyampaikan kalau aku tak pantas lagi untuknya dan tolong lepaskan dia.

Segala bentuk rasa yang bercampur saat itu membuat tubuhku menggigil dan mataku hampir tak mampu menahan kesedihannya lagi.

Tapi entah kenapa mulut ini masih ingin berbicara. kukatakan kepada laki-laki itu bahwa ku tak pantas saat ini, tapi aku akan berusaha menjadi yang terpantas untuknya dari saat ini, jadi tunggulah sayang.

Dia beralih, dan mengucapkan maaf kepadaku , padahal bukan kata maaf yang ku tunggu darinya saat itu.

Berlariku mencari nyamanku lagi, namun air mata tak lagi tertahan.

Air mata ini membuatku lelah, dan tak terasa cahaya sunrise menembus jendelaku lagi.

Pagi itu aku tersadar bahwa aku telah merendahkan diri meminta dikasihani kepada orang yang jelas telah mencoba membunuhku. Yaitu membunuh segala impian-impian yang ku bangun bersama mereka dulu."

Hilang semangat, hancur, dan malu. itulah yang Ayu rasakan setelah itu.

Diapun tak mengikuti ujiannya, ditelantarkannya semua impian yang menyertakan nama-nama mereka.

Kembali tertidur dalam kesendirian, sambil berharap mimpi-mimpi baru datang menghampirinya.

★Bersambung★
°Butuh cover untuk coretan-coretan kamu? japri aja!°
cp/wa : 083841524542

Ayu & FolkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang